Part 8

723 39 0
                                    

Beberapa jam kemudian Bu Guru mulai terjaga dari tidurnya. Responnya juga sama seperti Sherly dan Mark. Heran melihat langit yang sudah sangat gelap ditambah mereka berada di tengah hutan.

Bu Guru bangun dari tempat duduk. Kemudian mengecek jumlah siswa apa masih lengkap atau tidak. Setelah memastikan jumlah siswa masih sama dengan saat sebelum berangkat, Bu Guru berjalan mendekati sopir dengan pelan. Langkahnya harus hati-hati agar tidak oleng oleh bus yang bergerak.

Bu Guru sudah tiba di samping sopir bus. Matanya menelusuri sopir yang terlihat sangat santai membawa bus.

"Pak, kenapa kita ada di tengah hutan? Tujuan kita kan ke pantai," tanya Bu Guru.

Sang sopir bus sama sekali tidak menjawab. Dia terus membawa bus dalam diam dengan kecepatan yang cukup cepat.

"Pak, Bapak dengar saya kan," ujar Bu Guru semakin merasakan ada yang aneh.

Bu Guru melihat sebentar ke arah siswa yang masih tertidur. Kemudian dia beralih ke sopir bus lagi. Berharap jika firasatnya salah.

"Pak, tolong hentikan bus nya," suruh Bu Guru karena tidak ada respon dari tadi.

Lagi-lagi Bu Guru di diabaikan. Membuat hatinya tidak bisa berpikir jernih lagi.

"Pak, hentikan mobilnya sekarang juga!" Kali ini Bu Guru sampai berteriak keras untuk menyuruh sang sopir bus berhenti.

Bu Guru bertambah panik. Sang sopir tadi melihat ke arahnya sebentar. Lalu melihat ke arah depan lagi. Tidak ada ekspresi sama sekali. Dengan tatapan yang terlihat sangat dingin.

'Ini ada yang aneh. Aku harus membangunkan anak-anak.'

Bu Guru dengan langkah cepat berjalan ke tengah para siswa-siswi yang terlelap. Dia hampir saja terjatuh kalau tidak memegang pada kepala kursi.

"Anak-anak, ayo bangun," panggil Bu Guru menggoyangkan tubuh mereka bergantian.

Bu Guru mencoba membangunkan semua para siswa. Mereka harus segera keluar dari dalam bus. Atau setidaknya sang sopir mau meresponnya dengan baik.

"Anak-anak, ayo bangun," ujar Bu Guru tidak putus asa.

"Sherly, Mark, Karla, Putri, ayo bangun."

Bu Guru cukup kesusahan membangunkan mereka. Seolah-olah mereka berada di bawah pengaruh sesuatu. Tidak mungkin jika tidak ada yang bangun sama sekali.

"Anak-anak ayo bangun."

Bu Guru kali menggoyangkan tubuh mereka semakin keras. Dia terpaksa membangunkan mereka dengan paksa dan kasar. Alhasil usaha tidak sia-sia. Anak-anak mulai terjaga satu per satu.

"Ayo bangun cepat."

"Ada apa Bu?" tanya Wisnu mengucek mata.

"Apa kita sudah sampai?" lanjut Davin bertanya. 

"Kalian semua bangunkan teman-teman kalian yang belum bangun ya," suruh Bu Guru sudah berwajah pucat.

Wisnu dan Davin yang belum mengerti segera melaksanakan perintah Bu Guru. Mereka bisa melihat wajah Bu Guru yang kepanikan tanpa tahu alasannya.

"Ada apa ini?" tanya Sherly yang sudah terbangun akibat suara ribut-ribut.

Sherly mengucek matanya yang masih berat. Dia masih sangat mengantuk.

"Bu Guru menyuruh kami membangunkan semuanya," sahut Davin mengangkat bahu tanda tidak tahu. "Kamu pikir aku capung," sahut Sherly kesal tidak terima. 

"Siapa yang bilang kamu capung? Kamu itu kecoa," balas Mark usil dengan menghadap ke sisi berlawanan arah dengan Sherly.

"Ih geli," ujar Sherly memukul Mark emosi.

Setelah puas memukul Mark, Sherly juga ikut tidur lagi. Dia ikutan ngantuk melihat Mark yang sudah terlelap dengan cepat.

Mereka tidak tahu kemana bus itu akan membawa mereka. Mereka terlalu larut dalam mimpi. Sama sekali tidak bisa melawan rasa ngantuk.

Bersambung ....

Misteri Bus SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang