Part 16

607 32 0
                                    

"Untuk apa kita bongkar bagasi bus, Mark? Kamu ingin ambil barang kamu?" tanya Sherly.

"Aku hanya ingin mengambil barang di bagasi bus untuk berjaga-jaga. Setiap orang harus memegang satu barang yang bisa melindungi dirinya sendiri," terang Mark.

Wisnu mendekat ke arah Mark. Sisa lainnya berjalan sedikit jauh dari mereka. Berjaga kalau mereka mengganggu mereka.

Bagasi bus dengan mudah bisa dibuka. Hanya beberapa kali congkel sudah terbuka. Ada beberapa tempat yang sudah penyok. Terutama bagian kunci yang sudah rusak parah. Jadi bisa menghemat waktu dan tenaga.

Wisnu membantu Mark memegang senter. Sedangkan Mark yang mencari barang-barang tersebut.

Mark mengambil kunci inggris, linggis, tali, gunting, pisau serta apa saja yang bisa mereka gunakan. Dia memasukan tali, gunting dan pisau ke dalam tas. Kemudian menyerahkan kunci inggris kepada Wisnu dan linggis kepada Davin.

Davin segera menyambut linggis yang diberikan oleh Mark. Sedangkan Arga sudah mempunyai tongkat kasti. Jadi itu sudah cukup.

"Apa kami juga harus pegang benda seperti itu? Barang itu cukup berat?" tanya Putri menatap linggis yang dipegang oleh Davin. 

"Kalian boleh tidak memegang ini. Tapi ingat, kalian jangan jauh-jauh dari kami," sahut Mark. 

"Iya baik. Kami janji tidak akan jauh-jauh," jawab Sherly cepat daripada disuruh bawa linggis yang cukup berat.

"Aku bagaimana?" tanya Bagas.

"Kamu tidak usah bawa apa-apa. Kasihan tangan kamu kalau bawa bebas," sahut Wisnu.

"Baiklah," jawab Bagas.

Setelah selesai mengambil barang yang bisa digunakan, Mark menyuruh mereka menjauhi bus. Kemudian menyuruh mereka untuk mencari sinyal, mencari bantuan.

"Kalian harus hubungi siapapun yang bisa kalian hubungi kalau dapat sinyal," perintah Mark. 

"Baik," jawab mereka.

"Ingat, jangan pergi jauh-jauh," kata Mark memperingati lagi.

Mereka patuh dengan perintah Mark. Mark adalah orang yang biasa memimpin. Dia adalah ketua osis sekaligus ketua tim basket. Jadi dia sudah biasa mengatur strategi dan menjaga yang lain.

***

Sherly mengangkat handphone setinggi-tingginya. Dia sangat berharap mendapat sinyal dan menghubungi seseorang. Begitu pula dengan yang lain. Mereka juga berusaha mendapatkan sinyal.

Beberapa menit kemudian, tidak ada satupun diantara mereka yang berhasil mendapatkan sinyal. Mereka sudah mencoba sampai memanjat pohon yang cukup tinggi. Namun tidak membuahkan hasil.

"Bagaimana?" tanya Arga ke Davin.

"Aku tidak dapat," sahut Davin menghela nafas berat.

"Sama, aku juga. Aku sudah naik ke pohon itu malahan," sambung Wisnu menunjuk ke arah pohon yang berada di dekatnya.

"Wah, ada sinyal ada sinyal!" teriak Sherly dengan heboh.

Mereka sontak melihat ke arah Sherly. Raut wajah mereka berseri saat ada yang berhasil mendapatkan sinyal. Namun wajah mereka berubah langsung horor melihat posisi Sherly yang tidak aman.

"Sherly, awas!" teriak Karla dan Putri.

Sherly tidak menyadari dia sudah ada di ujung jurang. Dia berjalan dengan mata yang fokus ke handphone. Tidak melihat langkah sama sekali. Dia sangat kaget saat Putri dan Karla berteriak.

Sherly sudah terlanjur menginjak ujung jurang. Tanah yang dia pijak hancur. Membuat tubuhnya oleng ke arah jurang.

Mark yang berada paling dekat dengan Sherly segera berlari ke arah Sherly. Dia dengan singap menarik dan memeluk pinggang Sherly agar tidak terjatuh ke jurang. Beruntung dia tidak terlambat. Kalau tidak Sherly bisa jatuh lebih dalam ke dalam jurang. Hal yang lebih buruk lagi, bisa jadi Sherly tidak akan selamat.

"Sherly hati-hati."

Bersambung ....

Misteri Bus SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang