Part 3

972 43 0
                                    

Sherly duduk di kursi barisan kedua. Dia duduk bersebelahan dengan Mark. Di sampingnya ada Karla dan Putri. Di kursi barisan ketiga duduk Arga dengan Wisnu di belakang Sherly dan Mark. Sedangkan Bagas duduk bersama Davin di belakang Putri dan Karla.

Sekarang mereka sudah siap untuk berangkat. Semua siswa siswi sudah duduk di bangku masing-masing.

"Anak-anak, apa barang kalian sudah dibawa semua? Apa masih ada yang tertinggal?" tanya Bu Guru memastikan lagi sebelum berangkat. Jika sudah berangkat tidak bisa balik lagi untuk mengambil barang yang tertinggal.

"Tidak ada Bu," sahut mereka kompak.

"Ingat, kalau ada barang yang tertinggal, maka jangan salahkan Ibu. Ibu sudah memperingati kalian semua. Kalian mengerti," kata Bu Guru memperingati sekali lagi.

"Baik Bu."

"Bu, kapan bus nya akan berangkat?" tanya Sherly bosan menunggu bus bergerak. Dari tadi semuanya pada sibuk urus ini itu.

"Sherly, kamu bener-bener tidak sabaran sekali," tegur Karla melirik ke arah Sherly.

"Ih, lama sekali," ucap Sherly memajukan bibirnya. 

"Tenang Sherly, sebentar lagi kita akan berangkat. Ibu cek dulu kehadiran kalian ya. Setelah itu kita langsung berangkat," sahut Bu Guru dengan ramah sudah terbiasa menghadapi siswi seperti Sherly.

Sherly mengangguk kepala dengan pelan. Membiarkan Bu Guru memanggil nama mereka satu persatu untuk absensi.

"Semuanya sudah ada. Kita bisa berangkat sekarang."

"Hore," teriak anak-anak heboh.

Siswa dan siswi yang lainnya juga sudah tidak sabar seperti Sherly. Hanya saja mereka tidak berani bilang secara terus terang. Jadi, mereka langsung girang ketika Bu Guru ngomong bus akan segera berangkat.

"Pak, kita sudah bisa berangkat sekarang," ujar Bu Guru ke sang sopir bus.

Pak sopir hanya menganggukkan kepala dengan mata tetap lurus ke depan. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun dari awal bus datang. Bus itu meninggalkan pekarangan sekolah dan para siswa-siswi lain yang belum juga kedatangan bus.

***

Mereka bercanda ria di dalam bus. Tidak lupa membahas tentang apa saja yang akan mereka lakukan saat tiba di pantai. Ada yang ingin langsung berenang dan ada juga yang ingin langsung istirahat di penginapan. Atau memilih berjalan-jalan santai menikmati matahari terbenam.

Perjalanan mereka sudah memakan waktu selama 30 menit. Para siswa-siswi yang tadi sibuk bicara kini sudah sepi. Mereka sudah mulai bosan di dalam bus. Tidak ada yang bisa mereka lakukan lagi. Mereka juga sudah habis topik pembicaraan.

"Apa tidak ada yang bisa kita mainkan di sini?" tanya Davin menguap bosan.

"Apa kamu bawa gitar?" tanya Bagas balik.

"Kamu lihat tadi aku bawa gitar? Apa kamu pikir gitar segede bola pingpong," balas Davin dengan pertanyaan konyol Bagas. Mana ada orang bisa menyelundupkan barang sebesar gitar. Ada ada aja.

"Aku kan hanya tanya. Tidak perlu sewot gitu," balas Bagas.

"Anak-anak, jangan ribut. Tenang-tenang," ujar Bu Guru berdiri di depan menenangkan para siswa-siswa mulai gaduh kalau tidak ada kerjakan. Ciri khas anak sekolahan saat gabut.

"Bu bosan," teriak mereka.

"Kalian mau apa? Kalau kalian bosan,kalian bisa lihat pemandangan di luar. Pemandangannya cukup bagus kan. Sangat bagus untuk menjernihkan pikiran," saran Bu Guru.

"Mana seru lihat pohon. Mereka hanya terlihat pohon bergoyang, kalau lihat cewek bergoyang baru seru," kata salah satu siswa sambil berdiri dengan bersandar di sandaran kursi penumpang. Tidak lupa dengan senyuman usulnya.

"Huuu …." Siswa-siswi lainnya kompak meneriaki pikiran teman sekelas yang rada mesum.


Bersambung ….

Misteri Bus SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang