Part 14

633 34 0
                                    


***

Mark, Davin dan Arga segera memeriksa kondisi teman yang lainnya. Mereka memeriksa satu persatu. Memastikan kalau tidak ada satupun yang terlewatkan. Mereka hanya bisa bersedih ketika tidak menemukan satupun yang selamat di antara mereka.

"Bagaimana?" tanya Mark berharap Arga dan Davin menemukan ada yang selamat.

Arga dan Davin menggeleng kepala dengan lemah. Hanya mereka saja yang selamat.

"Mark!" panggil Arga dengan menelan ludah.

"Ada apa?"

"Apa kalian lihat ke mana supir bus?" tanya Arga yang menyadari sopir bus tidak ada lagi di dalam bus.

Mark dan Davin segera berlari ke arah depan bus. Sopir bus beneran hilang.

"Sejak kapan dia tidak ada disini?" tanya Mark balik.

"Aku tidak tahu. Aku baru tadi melihatnya."

"Ah, sial," umpat Mark.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang," gumam Davin dengan lesu.

"Sebaiknya kita keluar dulu. Kita harus diskusi sama teman-teman yang lain," saran Mark.

"Aku setuju," sahut Arga.

Mark, Davin dan Arga turun dari dalam bus. Menghampiri Sherly dan lainnya sudah menunggu dari tadi.

***

"Bagaimana keadaan teman-teman yang lain?" tanya Sherly memegang baju Mark. 

Mark sulit untuk mengatakan yang sesungguhnya. Dia juga tidak bisa berbohong. Nanti akan ditanya lagi dimana mereka.

"Mereka tidak ada yang selamat," jawab Mark dengan berat.

"Tidak! Tidak mungkin!" teriak Sherly tidak terima.

"Sherly, sabar," kata Karla menepuk punggung Sherly.

"Kenapa ini semua terjadi sama kita. Apa salah kita," sambung Sherly.

"Sherly, kita harus tenang. Tidak ada yang mau seperti ini. Ini adalah musibah," bujuk Putri.

"Terus, sekarang kita bagaimana. Di sini sangat gelap?" tanya Wisnu.

"Kita sebaiknya mengambil barang seperlunya dari dalam bus. Kita harus pergi dari sini. Sopir bus itu menghilang tanpa jejak. Bisa saja dia kembali dan ingin mencelakai kita," ajak Mark.

"Menghilang tanpa jejak?" tanya Putri melirik ke Karla dan Sherly.

"Iya, oleh karena itu kita harus berhati-hati. Kita akan cari cara bagaimana keluar dari jurang ini," tambah Mark.

"Apa kita tidak menunggu bantuan saja?" tanya Sherly takut berjalan di tengah hutan.

"Kita harus ambil handphone dan minta pertolongan, Sher. Mereka tidak akan tahu kita di bawah sini kalau kita tidak ada yang menelepon mereka," ujar Davin.

"Iya, kita harus mencari bantuan. Ayo kita ambil barang seperlunya saja. Jika memang tidak ada sinyal seperti tadi, kita terpaksa harus jalan kaki ke atas. Percuma saja kita menunggu kalau tidak ada yang tahu kita di sini," sahut Mark setuju dengan Davin.

"Aku setuju," sahut Putri.

"Bagaimana Sher?"

"Aku juga setuju," sahut Sherly tidak ada pilihan.

"Ingat, ambil barang yang seperlunya saja. Kita juga harus menjauhi bus ini untuk berjaga-jaga. Bisa saja bus ini juga meledak kapan saja," tambah Mark.

***

Mereka naik kembali ke dalam bus. Mencari barang-barang yang sekiranya diperlukan. Yang bisa mereka gunakan.

Sherly segera mencari handphone miliknya yang berada di bawah tempat duduk. Handphone itu terjatuh saat bus menggelinding.

"Aduh, dimana handphone aku. Kok nggak ada. Semoga saja handphone aku tidak rusak," gumam Sherly dengan berjongkok di bawah bangku.

Setelah dicari-cari, Sherly menemukan handphone itu di dekat jasad Bu Guru. Untung saja dia menggunakan aksesoris handphone yang bisa menyala di tempat yang gelap. Jadi bisa menemukan dengan mudah. Aksesoris yang menjadi favoritnya.

Bersambung ....

Misteri Bus SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang