Mereka berlima segera turun dari dalam bus. Berdiri tidak terlalu jauh dari jangkauan bus. Untung saja bulan bersinar terang, jadi mereka masih bisa melihat arah sekitar dengan remang. Di tambah lampu bus yang masih menyala.
Sherly sekarang sudah menangis tersedu-sedu mengingat keadaan teman-temannya. Dia sangat shock. Belum pernah dia mengalami kecelakaan seperti itu seumur hidupnya.
"Bagas, kamu tidak apa-apa? Lengan baju kamu sudah basah," tanya Wisnu khawatir melihat Bagas yang sesekali mengernyit alis menahan sakit.
Pertanyaan Wisnu membuat Sherly menoleh ke arah tangan Bagas. Lalu berjalan mendekat saat tahu tangan Bagas terluka.
"Aku masih kuat kok. Tidak apa argh," balas Bagas merintih sakit.
"Hiks ... hiks … Bagas, tangan kamu kenapa?" tanya Sherly di sela menangis.
"Tangan Bagas patah," lapor Wisnu.
Sherly, Karla dan Putri melihat ke arah tangan Bagas. Mereka baru menyadari jika baju Bagas telah basah dalam remang-remang. Basah karena ditetesi oleh darah. Mereka tadi tidak menyadarinya.
Sherly menahan isak tangisnya. Lalu dia memeriksa keadaan tangan Bagas. Tangan Bagas harus segera diberikan pertolongan pertama. Sebelum bertambah parah
"Bagas, ayo lepas jaket kamu," suruh Sherly setelah selesai memeriksa Bagas.
"Tidak apa-apa, kok," elak Bagas tidak mau membuat mereka khawatir.
"Tangan kamu harus dibalut biar darahnya tidak keluar lagi," kata Sherly tidak mau kalah.
"Aku tidak apa-apa. Lagian bukannya kamu takut sama darah?" tanya Bagas yang mengetahui phobia Sherly.
"Iya Sherly, kamu kan sangat takut sama darah kan. Kenapa kamu mau lihat lukanya Bagas," sambung Karla.
"Aku memang takut sama darah. Tapi aku lebih takut kalau aku kehilangan teman aku lagi. Aku tidak mau," ujar Sherly dengan mata berkaca-kaca.
Bagas akhirnya melepaskan jaket yang digunakan dengan pelan-pelan. Tidak tega melihat muka Sherly yang berniat membantunya. Dia sedikit kesulitan melepaskan jaket agar tangannya tidak kena atau bergerak sembarang.
Mereka berempat menatap tangan Bagas dengan ngeri setelah jaket dilepaskan. Bagian lengan bawah Bagas sudah remuk. Ada tulang yang bahkan sudah menembus kulit. Pantesan Bagas merintih kesakitan. Lukanya saja sangat parah.
"Ini pasti sangat sakit," ujar Sherly ngeri dan sedih.
Sherly segera mengeluarkan sapu tangannya dari dalam tas punggung. Tas yang tidak lepas dari tubuhnya. Dia menggunakan semua sapu tangan yang di dalam tas untuk membalut luka Bagas seadanya. Dia memang sering membawa banyak sapu tangan ke manapun karena takut kotor.
Sherly kali ini tidak terlalu takut sama darah. Fokusnya membantu Bagas. Jadi tidak terlalu fokus sama darah.
"Sherly, pakai ini," ujar Karla setelah Sherly selesai membalut tangan Bagas.
Karla melepaskan baju blazernya. Lalu menyerahkan kepada Sherly. Lumayan bisa menahan tangan kiri Bagas yang terluka.
"Baik," sahut Sherly.
Sherly menerima blazer milik Karla. Blazer itu bisa digunakan untuk menopang tangan Bagas. Tangannya dengan telaten mengikat blazer itu ke leher Bagas. Setelah itu dia meletakkan tangan Bagas di dalamnya dengan hati-hati.
"Apakah masih sakit?" tanya Sherly setelah selesai.
"Ini sudah lumayan. Setidaknya darah sudah berhenti. Terima kasih," ucap Bagas lebih nyaman tangannya dibuat gendongan.
"Syukurlah," gumam Sherly.
Sherly kembali menangis setelah membantu Bagas. Dia menatap lagi ke arah bus. Berharap jika masih ada temannya yang masih selamat.
Bersambung ….
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Bus Setan
TerrorBlurb Menceritakan kisah sekelompok siswa yang terjebak di dalam bus setan. Bus itu membawa mereka ke dalam jurang. Dari 25 penumpang hanya 8 orang yang selamat. Mereka segera kabur untuk menyelamatkan diri. Dari belakang sang hantu sopir bus mengik...