Part 12

670 36 0
                                    

Karla yang yakin sudah aman melepaskan Sherly dan Putri. Dia juga terkejut melihat kondisi teman-teman yang lain. Untung dia bisa memegang dengan erat. Bersyukur pada kekuatan tubuhnya yang gemuk.

Putri segera memeluk Sherly lagi. Dia harus kuat dan tidak boleh terlihat takut. Jika dia takut maka akan menambah masalah. 

"Sherly takut," ujar Sherly memeluk Putri balik.

"Kamu yang tentang ya Sherly. Kita pasti akan baik-baik saja," bujuk Putri melirik ke arah Karla minta bantuan untuk membujuk Sherly. 

"Kita pasti akan baik-baik saja," sambung Karla menepuk bahu Sherly.

"Teman-teman yang lain …," ucap Sherly tidak bisa meneruskan kata-katanya.

"Mereka …."

Mark membuka mata setelah bus berhenti. Dia bisa merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya. Kepalanya tadi terbentur dengan keras dan sedikit sobek di bagian dahi. Dia menggerakkan tangan ke arah kepala menahan darah agar tidak keluar lagi. 

Mark bangun dengan kepala yang berdenyut. Menggeleng kepala sebentar untuk mengurangi rasa sakit yang berdenyut. Lalu matanya beralih menatap keadaan teman-temannya yang sangat miris.

Di sampingnya, Arga dan Davin juga ikut berdiri. Diikuti oleh Wisnu dan Bagas."Ah, tangan aku," gumam Bagas memegang tangannya yang patah akibat berbenturan keras dengan besi.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Wisnu memeriksa tangan Bagas.

"Tangan aku sepertinya patah. Ini sakit sekali," ngeluh Bagas memeluk tangan kirinya dengan tangan kanan yang tidak terluka.

Bagas menahan tangan kiri dengan tangan kanan. Tangan kirinya terasa sangat sakit jika digantung dan dibiarkan begitu saja.

"Bagas, kamu harus bersyukur tangan kamu hanya patah. Lihatlah keadaan teman-teman kita yang lainnya, lebih mengerikan," ujar Wisnu yang sudah melihat keadaan yang lain.

Bagas segera mengalihkan mata ke arah teman-temannya. Dia belum melihat keadaan di sekitarnya. Hanya berfokus pada diri sendiri dan tangannya. Setelah mengetahui kondisi temannya yang lebih parah, dia sangat bersyukur tangannya hanya patah saja. Masih diberikan kesempatan untuk hidup.

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Mark mendekat.

"Aku tidak apa-apa. Tapi tangan Bagas patah," jawab Wisnu menunjuk ke tangan Bagas.

"Bagaimana tangan kamu Bagas?" tanya Mark lagi.

"Aku sudah tidak apa," kata Bagas menguatkan diri dan menahan rintihan kesakitan. Tangannya langsung berdenyut ketika digerakkan.

"Apa kalian baik-baik saja," ujar Davin kepada Sherly dan lainnya yang masih bergerak.

"Kami baik-baik saja. Kami tidak ada yang terluka," sahut Putri.

"Syukurlah," ujar Davin sedikit lega.

"Ayo kita periksa teman yang lain. Siapa tahu masih ada yang selamat," ajak Mark.

"Tunggu dulu, biarkan Putri, Sherly dan Karla turun dulu. Kasihan mereka jika terus berada di dalam bus," cegah Davin tidak mau mereka melihat darah yang berserakan.

"Baiklah. Putri, kalian turun terlebih dahulu. Kalian tunggu kami di bawah sana," suruh Mark.

"Tapi di luar sana sangat gelap. Kami takut. Kami ini cewek," sahut Karla melirik takut-takut ke arah luar bus.

"Wisnu, Bagas, kalian berdua temani mereka bertiga. Biar aku, Davin dan Arga yang akan memeriksa mereka," suruh Mark lagi.

Mark tidak mungkin membiarkan Bagas memeriksa yang lain. Tangan Bagas dari tadi meneteskan darah. 

"Ayo Sherly," ajak Putri memeluk punggung Sherly.

Bersambung ....

Misteri Bus SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang