Part 17

594 31 1
                                    

"Kamu baik-baik saja?" tanya Mark melepaskan pinggang Sherly.

"Aku baik-baik saja. Untung saja ada kamu. Aku tidak sadar sudah berdiri di sana," ujar Sherly melirik ke arah jurang yang sangat gelap karena tidak terlihat dasarnya.

Kaki Sherly lemas membayangkan dia tidak ditolong oleh Mark. Hampir saja dia mati dengan mengenaskan.

"Bagaimana? Apa masih ada sinyal?" tanya Bagas mendekat. Hanya Bagas satu-satunya yang tidak mencari sinyal. Tangannya akan sakit sakit saat tangan satunya lagi digerakkan bebas.

Sherly melirik kembali ke arah handphone saat Bagas bertanya. Handphonenya masih terlihat sinyal dengan beberapa garis.

"Masih ada masih ada," sahut Sherly senang.

Teman-teman yang lain juga senang. Dari semuanya masih ada satu yang dapat sinyal. Mereka sangat bersyukur.

"Cepat kamu telepon orang, cari bantuan," suruh Mark sebelum sinyal hilang.

"Iya, aku akan telepon Mia biar bisa menolong kita," balas Sherly cepat.

"Cepat Sherly," suruh Putri.

Sherly segera menelepon Mia. Mia bisa memberitahu Guru dan yang lainnya tentang posisi mereka. Mia anak yang pandai dan cepat mengambil tindakan yang tepat.

"Ayo Mia, cepat angkat," gumam Sherly menunggu Mia mengangkat panggilan yang terasa sangat lama.

Mereka penuh harap panggilannya segera terangkat. Sampai mereka tidak berani bersuara menunggu panggilan dijawab.

"Diangkat sama Mia," ujar Sherly heboh.

Putri langsung memeluk Karla dengan erat. Begitu pula dengan anak cowok. Akhirnya mereka bisa mendapatkan bantuan.

"Halo Mia, halo," ucap Sherly.

"Sherly, ini kamu? Kalian ada di …."

"Mia, Mia? Halo Mia," teriak Sherly tidak bisa mendengar suara Mia lagi. 

Panggilan langsung terputus sebelum selesai bicara. Handphone milik Sherly kembali kehilangan sinyal.

"Apa yang terjadi Sherly?" tanya Karla.

"Panggilannya putus," sahut Sherly ingin menangis. Itu adalah harapan mereka satu-satunya.

"Kok bisa?" tanya Davin.

Mark merebut handphone milik Sherly. Setelah tahu penyebabnya, dia berdecak kesal.

"Sial!" umpat Mark.

"Kenapa Mark?" tanya Arga.

"Sinyalnya hilang lagi," sahut Mark.

"Ayo kita cari sinyal lagi. Kita tidak boleh putus asa," ajak Putri memberi semangat.

Mark menyerahkan handphone milik Sherly kembali. Mereka kembali mencari sinyal. Mereka berdiri tidak jauh dari tempat Sherly berdiri tadi. Berharap masih ada sinyal di tempat tersebut.

Setelah sepuluh menit mereka mencari sinyal, sinyal tidak ada sama sekali. Mereka bahkan sampai menjulurkan tangan ke arah jurang. Namun hasilnya tetap nihil.

"Bagaimana ini? Sekarang tidak ada sinyal lagi," gumam Sherly dengan mata sudah berkaca-kaca.

Kesempatan mereka hilang begitu saja. Andai dia langsung menghubungi Mia tadi. Setidaknya mengabarkan lokasi mereka.

"Kamu jangan sedih Sherly. Kita masih ada jalan keluar lain kok," bujuk Karla.

"Coba tadi aku langsung telepon Mia."

"Kamu sudah melakukan yang terbaik," tambah Putri agar Sherly tidak menyalahkan diri sendiri.

"Sebaiknya kita langsung naik ke atas. Kalau kita di sini saja, tidak ada yang akan menemukan kita. Siapa tahu ada orang yang melewati jalan ini," saran Mark daripada hanya menunggu sia-sia di sana.

"Aku setuju dengan usulan Mark. Kita tidak tahu harus menunggu berapa lama. Kalian ingat, sopir bus itu bukan manusia. Dia adalah hantu. Bisa saja dia mencelakai kita, jika kita tetap masih di sini," sahut Davin.

"Aku juga setuju. Aku tidak mau ketemu hantu itu lagi. Serem," sambung Sherly.

Bersambung ….

Misteri Bus SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang