Part 2 : Perhatian

48 38 136
                                    

"Setidaknya perhatian kecil bisa menjadi awal dalam sebuah hubungan pertemanan."

Sudah sepuluh menit berlalu sejak bel istirahat berbunyi. Hampir seisi kelas kosong, hanya tersisa Bintang yang sedang asik dengan buku tebal latihan-latihan soal. Tidak seperti yang lainnya, Bintang termasuk salah satu siswi yang jarang mendatangi kantin.

Tapi saat ini, bukannya mengerjakan soal-soal di buku tebal itu, Bintang justru menjadikannya sebagai alas kepalanya untuk tidur. Mungkin dia kelelahan akibat semalam begadang mengerjakan banyak soal.

Setelah seminggu kedatangan murid baru bernama Adnan, tidak ada yang berubah kecuali tugas-tugas yang semakin menumpuk. Bahkan Bintang yang tergolong anak rajin pun merasa keteteran, ditambah sulit fokus karena sebangku dengan Adnan.

Padahal, Bintang sudah menggunakan banyak waktunya untuk mengerjakan tugas, tetapi tetap saja tidak ada yang berubah dari tumpukan tugasnya. Bukannya berkurang malah kian bertambah. Bahkan terkadang Bintang sampai tertidur di waktu istirahat seperti sekarang ini.

Adnan memasuki kelas dan menemukan Bintang yang sedang tertidur di atas bukunya. Sontak, Adnan langsung menghampiri mejanya yang berada tepat di sebelah Bintang. Adnan memperhatikan Bintang sejenak.

"Siapa?" tanya Bintang tanpa membuka matanya begitu merasakan ada tangan yang menempel di dahinya.

"Kamu sakit?"

Bintang seketika terbangun dan menjauh mundur beberapa langkah. Hal itu juga membuat Adnan ikut terkejut karena gerakan Bintang yang tiba-tiba.

"Astaghfirullah! Kenapa kamu sentuh dahiku?" tanya Bintang masih dengan wajah kagetnya.

"Kenapa?" Adnan malah bertanya balik.

"Kamu yang kenapa."

"A-aku tadi..., Maaf, aku pikir kamu sakit, jadi aku berinisiatif untuk mengecek dahi mu." Adnan merasa sedikit bingung.

"Sakit?"

"Iya, tadi kamu tertidur pulas."

"Aku tidak tidur," kilah Bintang masih dengan posisinya berdiri karena terkejut tadi.

"Jadi?"

"Aku hanya menutup mata sebentar."

Adnan tertawa gemas begitu mendengar penuturan Bintang. Jelas-jelas tadi itu Bintang sedikit mendengkur, tapi malah mengelak jika dirinya tidak tidur.

"Kenapa tertawa?" selidik Bintang.

"Tidak ada, lupakan saja. Apa kamu akan terus berdiri di situ? Kamu tidak tertarik untuk duduk kembali? Tenang saja, aku tidak akan menyentuhmu."

"Hmm...."

Bintang kembali ke kursinya dengan sedikit menggeser kursi itu menjauh dari Adnan. Adnan yang melihat itu hanya tersenyum kecut, merasa jika Bintang tidak menyukai kehadirannya.

"Kamu tidak makan? Aku tidak melihatmu di kantin. Setelah aku cari, ternyata kamu ada di sini?"

"Untuk apa kamu mencari ku?"

"Aku takut terjadi apa-apa denganmu. Bagaimana pun juga, kamu itu teman sebangku yang juga menjadi tanggung jawabku."

"Tidak usah pedulikan aku, aku bisa mengurus diriku sendiri."

"Baiklah, sepertinya kamu memang orang yang lebih suka menyendiri."

"Bukan urusanmu." Bintang kembali asik dengan soal-soalnya.

"Kamu tidak lelah belajar terus? Tidak makan?"

"Ayolah, pertanyaan mu banyak sekali. Untuk saat ini, aku tidak makan," jawab Bintang sedikit kesal.

"Maaf, apa kamu sedang diet?"

"Untuk apa aku diet? Aku sedang berpuasa."

"Puasa?"

"Iya, apa aku harus menjelaskan juga puasa itu apa?" Bintang memutar bola matanya malas.

"Bukan itu, tapi ini." Adnan menyerahkan kantong plastik yang sedari tadi dipegangnya.

"Apa ini?"

"Makanan."

"Aku tahu. Tapi apa maksudmu memberikan makanan untuk ku?"

"Apalagi? Seperti yang aku bilang, aku khawatir terjadi sesuatu pada teman sebangku ku saat ini."

"Kamu makan saja sendiri, aku puasa."

"Bawa saja untuk buka nanti,"

"Tidak, ini makananmu."

"Aku membelikannya untukmu."

"Baiklah, aku terima."

Bintang menyimpan makanan itu ke dalam tas kemudian kembali beralih ke buku tebalnya. Meskipun sebenarnya dia sedang tidak bisa memahami apa yang dibacanya karena merasa sangat mengantuk. Jangankan mengerjakan, memahami soalnya pun tidak bisa ia lakukan sejak tadi.

"Apa sesulit itu?" Adnan memperhatikan Bintang yang sedang dengan ekspresi bingungnya.

"Sebenarnya tidak sulit, tapi aku tidak bisa fokus dari tadi."

"Itu karena kamu sedang dalam keadaan mengantuk berat."

Bintang reflek melihat ke arah Adnan, mencoba mencari penjelasan lebih lanjut mengenai apa yang dibicarakan oleh Adnan.

"Selama seminggu ini, aku sering melihat mu tertidur saat jam istirahat. Meskipun aku tidak tahu apakah kamu memang seperti itu sebelumnya, tapi kamu terlihat kelelahan. Karena itu, aku berpikir jika kamu sedang sakit karena pola tidur kamu seminggu ini tidak baik."

"Penjelasan mu sudah seperti Psikolog saja."

"Aku serius, kamu bisa sakit karena pola tidurmu yang berantakan. Jika boleh, aku sarankan agar kamu jangan terlalu sering begadang hingga lewat tengah malam. Itu sangat tidak bagus."

"Baiklah, Pak psikolog. Aku terima saran dari anda." Bintang sedikit meledek ke arah Adnan.

"Kamu ini, bukannya menurut malah meledek." Bintang hanya mengedikkan bahunya. "Tidurlah, aku akan membangunkan mu saat pelajaran berikutnya dimulai."

Bintang hanya bisa melihat ke arah Adnan sekilas kemudian kembali menutup matanya untuk tidur.

"Aku akan tidur, jangan pernah menyentuhku lagi. Untuk saat ini aku percaya padamu karena aku merasa sangat mengantuk."

Adnan tersenyum tipis melihat tingkah Bintang.

Yeayy update lagi!!
Jangan lupa untuk vote and komen yaa....
Terima kasih 🔥

ASTROPHILIA (Antara persahabatan dan impian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang