Happy Reading!!!
_______"Nyatanya, tidak semua orang bisa menutupi lukanya."
Pagi ini, setelah dua Minggu kepergian Raka dan juga Resa, tubuh Bintang terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Kehilangan kakak dan juga mamanya, membuat Bintang seperti sedang ditimpa ratusan batu dari berbagai arah. Padahal kesedihan akan kehilangan papanya pun belum pudar, sudah harus kehilangan lagi.
Sudah dua Minggu sejak kepergian mereka, Bintang hanya berdiam diri di rumah. Sesekali menerima tamu, tetapi tidak jarang juga Bintang mengabaikan mereka. Sekolahnya terbengkalai, belum tertarik untuk kembali ke sekolah. Butiknya pun bernasib sama, tidak pernah Bintang kunjungi. Meskipun masih ada pegawai yang mau untuk mengurus sementara butik sampai Bintang merasa jauh lebih baik.
Hari ini Bintang memutuskan untuk kembali ke sekolah. Tidak bisa jika dirinya akan terus mengurung diri di rumahnya. Dirinya harus bangkit untuk kehidupan berikutnya, tentang masa depan yang sudah menjadi impiannya.
Bintang sudah sampai di koridor sekolah. Hampir semua mata tertuju kepadanya. Mungkin karena dirinya sudah tidak terlihat cukup lama dan kembali dengan kondisi yang berbeda.
Bintang terus berjalan dengan ekspresi wajah tidak peduli. Seperti sosok Bintang yang selalu ramah telah hilang. Dan itu jelas menunjukkan bahwa Bintang sedang tidak baik-baik saja. Hingga tepat berada di depan ruang guru, Bintang diminta untuk masuk oleh salah satu guru dan membawa Bintang pada ruang rapat.
Tidak banyak yang dilakukan. Para guru hanya mengucapkan bela sungkawa dan serangkaian kalimat-kalimat motivasi agar Bintang tetap melanjutkan sekolah dan mengejar mimpinya. Mengingat Bintang adalah salah satu siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi sehingga sangat disayangkan jika dirinya memutuskan untuk menyudahi pendidikannya.
Setelah hampir satu jam berada di ruangan itu dengan Bintang yang hanya bisa diam saja, akhirnya Bintang dibolehkan untuk memasuki kelasnya. Padahal pelajaran sudah dimulai sekitar dua puluh menit yang lalu.
Bintang mengetuk pintu kelas yang tertutup. Di dalam, kondisi kelas terlihat cukup berisik. Entah sedang melakukan apa, mereka tidak tahu bahwa Bintang berada di balik pintu dan hanya memandang nanar pintu itu. Sepertinya, ketukannya tidak terdengar oleh mereka.
Bintang memaksa langsung membuka saja pintu itu. Tidak akan jadi masalah karena dirinya pun hendak belajar kembali, bergabung bersama mereka. Entah bagaimana nanti mereka memandang keberadaan Bintang. Bisa saja pandangan mereka berubah terhadap Bintang.
"Assalamualaikum."
Setelah pintu itu terbuka dan Bintang mengucapkan salam, seisi kelas seketika terdiam. Mereka seperti tidak percaya bahwa yang datang adalah Bintang.
"Waalaikumsalam, Bintang. Silakan masuk," ucap guru yang sedang mengajar di kelas saat ini.
"Bintang!"
Saat Bintang berjalan masuk ke dalam kelas, tiba-tiba seluruh siswi di kelas itu berlari dan memeluk Bintang secara bersamaan. Semua merasa senang dengan kembalinya Bintang, mereka memberi kekuatan lewat pelukan itu.
Bintang hanya menerima saja serangan pelukan itu. Bahkan ekspresinya tidak berubah meskipun dirinya merasa sedikit terharu. Tidak ada air mata atau raut senyum di wajah Bintang, terlihat seperti tidak tahu harus bagaimana.
"Terima kasih, teman-teman."
Perlahan semua kembali ke tempatnya masing-masing, termasuk Bintang yang kembali duduk di samping Adnan.
"Selamat datang kembali, Bintang. Saya harap kedepannya kamu akan terus hadir di sekolah sampai kamu lulus dengan nilai terbaik. Keluarga kamu pasti bangga dengan itu."
Tidak menjawab penuturan guru itu, Bintang hanya bisa menganggukkan kepalanya. Bintang Belum terbiasa untuk kembali berbincang dengan orang lain.
"Aku senang kamu kembali," lirih Adnan tanpa melihat ke arah Bintang dan hanya diangguki oleh Bintang dengan melihat sekilas ke arah Adnan.
Pembelajaran yang sempat tertunda itu dilanjutkan sampai waktu menunjukkan pukul sepuluh. Hampir seisi kelas keluar untuk memenuhi kantin. Tidak dengan Bintang, dia memilih untuk menutup matanya dan tertidur.
Sebenarnya Bintang merasa sangat lapar, apalagi pagi tadi dirinya tidak sempat sarapan. Bahkan Bintang juga tidak sempat membuat bekal makanan. Akibat bangun kesiangan, banyak hal yang tidak bisa Bintang kerjakan pagi tadi.
Saat sedang tertidur, Bintang merasa ada sesuatu yang mengganggunya. Seperti benda yang sengaja disentuhkan pada bahunya berkali-kali. Hal itu cukup mengganggu tidurnya.
"Tidak bisakah kamu diam? Jika ada hal penting cukup bicara saja, jangan mengganggu seperti ini." Bintang berbicara tanpa melihat siapa pelakunya.
"Aku minta maaf. Aku hanya ingin memberikan ini." Adnan menyodorkan sesuatu agar lebih dekat dengan Bintang.
Bintang yang mendengar suara Adnan pun langsung bangkit dari tidurnya. Dirinya menghadap Adnan dengan tatapan bertanya. Terlihat jelas di mata Adnan kesedihan yang masih melekat pada Bintang.
"Itu, makanlah!" Adnan menunjuk ke arah bungkusan yang tadi digesernya.
"Aku tidak memintamu membeli makanan." Bintang merasa heran karena dirinya tidak memesan makanan sama sekali.
"Memang. Aku membelikan mu makanan karena saat pelajaran tadi aku mendengar banyak cacing yang meminta diberi makan." Adnan sedikit terkekeh teringat suara yang dia dengar dari perut Bintang.
"Tidak perlu. Kamu makan saja sendiri." Wajah Bintang memerah karena malu, ia menghindari tatapan Adnan.
"Tidak usah sungkan. Itu gratis, kok."
"Terima kasih."
Mau tidak mau, Bintang menerima makanan itu. Perutnya terasa sangat lapar dan sudah meminta untuk diisi sejak tadi. Bintang mulai memakan makanan itu.
"Apa kamu sudah makan?" tanya Bintang disela makannya.
"Sudah, sebelum kemari." Adnan tersenyum melihat Bintang yang menikmati makanannya.
"Kamu selalu membelikan ku makanan, padahal kamu bukan orang tuaku."
"Itu bukan apa-apa bagiku, aku suka melihatmu makan dengan lahap."
Mendengar jawaban Adnan, Bintang reflek balik memandang ke arah Adnan. Adnan terlihat serius memperhatikannya, entah sejak kapan. Tentu hal itu membuat Bintang merasa sedikit tidak nyaman.
"Jangan menatapku seperti itu. Tidak boleh." Bintang kembali fokus pada makanannya.
"Kenapa? Apa kamu tidak suka jika aku memperhatikanmu?"
"Bukan begitu. Seorang muslim seharusnya tidak berlebihan dalam menatap lawan jenis, apalagi sampai menikmati apa yang dipandangnya."
"Jadi?" Adnan memperbaiki posisi duduknya.
"Pandang seperlunya saja. Karena memandang terlalu lama pada lawan jenis itu sudah termasuk zina mata."
"Aku tidak begitu paham dengan ucapanmu. Agamaku memang Islam tapi aku tidak tahu banyak tentang apa yang boleh dan apa yang tidak diperbolehkan. Tapi di luar itu semua, aku senang karena kamu sudah terlihat seperti sebelumnya yang aku kenal."
"Terima kasih," ucap Bintang yang membuat Adnan kembali dibuat bingung.
"Untuk apa?"
"Sudah menghiburku dan memberi makanan, mungkin."
"Tidak. Aku yang seharusnya berterima kasih, karena setiap bersamamu aku akan banyak belajar hal baru. Seperti tadi, meskipun aku tidak begitu paham."
"Besok-besok mungkin kamu akan paham." Bintang tersenyum sekilas ke arah Adnan.
"Bagaimana bisa aku tidak memperhatikanmu. Saat kamu dalam kondisi apapun, tetap saja kamu terlihat cantik di mataku."
Apa akan ada benih-benih cinta di antara mereka??
Thanks udah mampir 😍
Yuk tinggalkan jejak!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTROPHILIA (Antara persahabatan dan impian)
Teen FictionFollow dulu sebelum baca!! Awal publish : 01 Juli 2022 Tentang dia yang perlahan dihadapkan pada kepergian orang-orang tersayangnya. Bintang. Gadis pendiam yang berusaha bangkit beberapa kali dari masa keterpurukannya. Hingga akhirnya, bertemu denga...