Part 8 : Lentera

8 8 4
                                    

Happy Reading!!
__________

"Secercah harapan mulai muncul, seharusnya itu menjadi kabar baik. Sayangnya tidak ada yang tahu takdir kedepannya."

"Aku baru tahu jika gadis yang selama ini aku lihat di atas perahu kecil itu kamu."

Bintang yang saat itu sedang mengerjakan soal terperanjat ketika mendengar suara Adnan yang tiba-tiba. Apalagi saat ini dirinya sedang berada di perpustakaan sekolah yang kondisinya sedang sunyi.

"Coba biasakan untuk mengucapkan salam saat mengunjungi orang lain." Bintang menghela napasnya akibat tadi terkejut.

"Maaf." Adnan salah tingkah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Perahu kecil apa maksudmu?"

"Terkadang, saat malam aku mampir ke taman yang letaknya tidak terlalu jauh dari panti. Setiap aku ke sana, aku selalu melihat gadis yang berada di atas perahu kecil bersama dengan kamera dan teleskopnya."

"Bagaimana kamu berpikir jika itu aku?" Perhatian Bintang sedikit teralihkan dari soal-soalnya.

"Aku juga tidak berpikir begitu awalnya. Sampai semalam, aku melihatmu bersama seorang laki-laki menaiki perahu itu."

Bintang tidak ingin lagi membahas tentang dirinya dan juga hobi yang sudah lama dilakukannya. Pasti laki-laki yang dimaksud oleh Adnan adalah Raka.

"Diam berarti iya." Adnan kembali menyadarkan lamunan Bintang.

"Jangan terlalu yakin, bisa saja itu hanya orang yang kebetulan mirip denganku."

"Tidak, aku seratus persen yakin."

Bintang tertawa pelan mendengar ucapan Adnan yang begitu yakin. Bintang tidak akan membantah karena pada kenyataannya itu memang dirinya. Tetapi sebelumnya tidak pernah ada yang mengetahui tentang hal itu. Baru pertama kali ada orang lain yang mengetahui jika gadis itu adalah Bintang, dan orang itu adalah Adnan.

"Oke, tebakanku benar. Jadi, siapa laki-laki itu? Pacarmu?" tanya Adnan menyelidik.

"Kenapa kamu berpikir begitu?"

"Karena itu kemungkinan paling besarnya dan menjawab pertanyaanku selama ini."

"Pertanyaan? Pertanyaan apa?"

"Kenapa kamu sering menghindar dan tidak suka jika aku sentuh meskipun tidak sengaja."

"Tentang itu, jika laki-laki semalam bukan kakakku pun aku tidak akan suka disentuh olehnya. Tentu saja aku tidak suka disentuh olehmu karena kita tidak ada ikatan darah, kamu bukan mahram ku."

"Jadi laki-laki semalam itu kakakmu? Tapi aku tidak pernah melihatnya."

"Tentu saja, dia baru kembali dua minggu yang lalu."

"Pantas saja, kamu terlihat lebih bahagia akhir-akhir ini."

"Terima kasih." Bintang tersenyum tulus.

"Sama-sama."

Bintang kembali sibuk dengan soal-soalnya, sedangkan Adnan memilih untuk kembali ke kelas sebelum mendapatkan peringatan dari petugas perpustakaan karena berbincang di sana.

Bintang memutuskan untuk tidak terlalu menghindari Adnan. Karena dibeberapa kesempatan, Adnan mampu menjadi pendengar yang baik dan dia sangat ramah. Tidak menutup kemungkinan jika Bintang tertarik pada Adnan. Apalagi Adnan selalu bersikap baik kepadanya.

Adnan sangat pantas menjadi kandidat calon sahabat bagi Bintang. Itu pun jika Adnan memang ingin bersahabat dengannya. Bisa saja sikap Adnan memang seperti itu, bukan hanya kepada Bintang saja.

Mungkin Bintang lebih memilih membiarkan saja semua berjalan sebagaimana takdirnya. Bintang tahu persis jika yang datang bisa pergi dan yang ada bisa hilang. Meskipun ada kata kembali, tetapi itu tidak berlaku untuk setiap kepergian.

...

Bintang melajukan sepedanya dengan kecepatan stabil. Semenjak kepergian Herman, Bintang memilih untuk menggunakan sepeda ketika pergi maupun pulang sekolah. Karena dirinya harus menghemat pengeluaran meskipun sekarang dirinya yang mengurus butik Resa.

Bintang harus mampir terlebih dahulu ke butik milik mamanya itu setiap pulang sekolah. Baru pulang ke rumah saat menjelang magrib setelah menutup butik itu. Untungnya ada satu pelayan di butik tersebut yang sudah menjadi kepercayaan mamanya, sehingga Bintang tidak harus selalu berada di butik itu.

Mungkin hanya menunggu hari sampai Bintang memutuskan untuk menutup butik itu. Bukan karena malas mengurusnya, tetapi karena Bintang mempunyai impian lain. Dirinya merasa jika ia dilahirkan bukan untuk menjadi penerus mamanya. Bukankah setiap orang berhak atas impiannya?

"Assalamualaikum, Kak?" Bintang mencari keberadaan Raka yang tidak terlihat dari halaman depan.

"Kak Raka? Assalamualaikum."

Karena tidak juga mendapatkan jawaban, Bintang memutuskan untuk masuk saja ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya di lantai dua. Bintang bergegas membersihkan tubuhnya karena sebentar lagi adzan Maghrib berkumandang.

Setelah selesai membersihkan tubuh dan melaksanakan salat, Bintang kembali ke lantai satu. Sayangnya, Bintang masih belum bisa mendapati keberadaan kakaknya. Bahkan saat mengunjungi kamar mamanya pun tidak ada siapapun.

Bintang memutuskan untuk menuju ke dapur. Dilihatnya bahan masakan yang sudah menipis, dia bingung harus memasak apa. Satu-satunya yang menjadi pilihannya adalah membuat nasi goreng sederhana dengan bahan seadanya.

Saat Bintang sedang menyiapkan bahan masakan, terdengar suara pintu dibuka dari luar. Ternyata itu adalah Raka yang membawa sekantong bungkusan makanan.

"Assalamualaikum, Dek."

"Waalaikumslaam, Kakak dari mana?"

"Tidak perlu memasak, Kakak sudah membelikan mu makanan."

"Ah, syukurlah. Jujur saja, Bintang sedang tidak tertarik untuk memasak. Kakak bawa apa?"

"Mie ayam."

"Itu kesukaan Bintang! Eh, tapi sepertinya ada yang kurang." Bintang menatap lekat ke arah kakaknya, mencoba mencari jawaban.

"Apa?"

"Astaghfirullah! Mama di mana, Kak? Kakak tidak bersama Mama?"

"Tenanglah, Bintang. Kakak mengantar Mama ke tempat terapi kejiwaan dan di sana juga terdapat asrama. Kakak mendaftarkan Mama dengan fasilitas terbaik, artinya Mama harus menginap di sana supaya perawatan Mama lebih intensif."

"Kenapa Kakak tidak bertanya dahulu bagaimana pendapat Bintang?"

"Kakak yakin, kamu juga ingin yang terbaik untuk Mama. Semoga saja Mama bisa pulih sebelum Kakak pergi."

Bintang memeluk erat tubuh Raka. "Terima kasih, Kak."

"Sama-sama."

Tinggalkan jejak yukk!!

ASTROPHILIA (Antara persahabatan dan impian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang