Part 1 : Perkenalan

50 37 152
                                    

"Terkadang, tidak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan kita."

Seluruh siswa SMA Anak Bangsa, termasuk Bintang, telah selesai mengikuti kegiatan upacara bendera. Mereka kembali ke kelas masing-masing.

Bintang langsung menduduki bangkunya begitu sampai di dalam kelas. Meregangkan otot tubuhnya yang terasa sangat lelah karena berdiri terlalu lama. Upacara bendera memang selalu menjadi hal yang menyakitkan bagi Bintang.

"Bintang!" panggil Desy menghampiri bangku yang diduduki oleh Bintang.

"Kenapa?" jawab Bintang seperlunya.

"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Desy sedikit khawatir.

"Aku, kenapa?"

"Maksudku, tentang anak baru itu. Tidak apa-apa 'kan jika dia sebangku denganmu?"

"Soal itu, seketika aku benci karena jumlah kelas kita ganjil. Kamu tahu, aku sengaja memilih untuk duduk sendiri agar bisa fokus. Tapi sayangnya hanya berlaku seminggu." Bintang terlihat sedikit kesal.

"Mau bagaimana lagi? Pihak sekolah yang menentukan," ucap Desy merasa prihatin.

"Iya."

Kalian boleh mengatakan jika Bintang sangat berlebihan. Tetapi keadaannya memang begitu, Bintang sebelumnya tidak pernah sebangku dengan laki-laki. Bintang dikenal sebagai siswi paling alim karena dirinya sangat menjaga jarak dengan kaum Adam.

Bukannya lebay, tapi memang seperti itu yang diperintahkan dalam agama Islam, untuk menjaga jarak dengan lawan jenis. Apalagi Bintang adalah gadis berjilbab, dia tahu apa yang dilarang dan dibolehkan.

Bel masuk pelajaran sudah berbunyi sejak lima menit lalu, tetapi belum juga ada guru yang mendatangi kelas yang ditempati oleh Bintang. Seharusnya saat ini adalah pelajaran bahasa Inggris oleh Pak Ahmad.

"Selamat pagi, anak-anak!" Bu Sarah memasuki ruang kelas dengan seseorang yang berada di belakangnya.

"Pagi, Bu." Kompak seluruh siswa kelas tersebut.

"Ibu yakin, sebagian dari kalian sudah tahu jika ada siswa yang akan bergabung di kelas ini. Jadi, tanpa basa-basi lagi, silakan kamu perkenalkan diri!" ucap Bu Sarah kepada siswa yang berdiri di sampingnya.

"Nama saya Adnanda Amran, panggil saja Adnan. Semoga kita bisa bekerjasama, terima kasih."

"Hai!" Kompak seisi kelas, kecuali Bintang yang terlihat tidak begitu peduli.

"Karena hanya ada satu kursi kosong, silahkan kamu duduk di samping Bintang."

"Baik, Bu. Permisi," ucap Adnan diangguki Bu Sarah.

"Nah, anak-anak. Ada informasi tambahan selain dari bergabungnya Adnan di kelas kita. Informasinya, untuk hari ini Pak Ahmad tidak bisa hadir karena anaknya harus dilarikan ke rumah sakit. Jadi, kalian bisa menggunakan waktu selama pelajaran Pak Ahmad dengan berkenalan atau menuntaskan soal-soal yang sudah di tugaskan. Jika sudah selesai, Ibu minta kumpulkan ke sie. Pendidikan dan letakkan di atas meja Pak Ahmad. Paham, 'kan?"

"Paham, Bu."

"Baik, kalau begitu Ibu tinggal dulu."

"Siap, Bu."

Adnan duduk diam di kursinya. Dia merasa canggung karena orang yang ada di sampingnya, yang baru dia ketahui bernama Bintang itu tidak melihat ke arahnya sama sekali. Jangankan untuk melihat atau sekedar bertegur sapa, bahkan wajahnya terlihat seperti tidak peduli.

Adnan melihat ke arah Bintang. Dia ingin memecahkan suasana tetapi ragu, takutnya malah membuat Bintang tidak nyaman dengan adanya dirinya.

"Jangan melihatku terus seperti itu! Ada apa?" tanya Bintang tanpa melihat ke arah Adnan.

"Eh, maaf." Adnan merasa malu karena kepergok sedang memperhatikan. "Adnan," ucap Adnan selanjutnya sambil mengulurkan tangannya.

Bintang merasa bingung karena Adnan menyebutkan namanya sendiri. Begitu melihat ke arah Adnan, barulah ia sadar jika Adnan sedang mengajaknya berkenalan. Secara bergantian Bintang melihat wajah Adnan dan tangannya yang terulur ke arah Bintang.

"Kamu mengajakku berkenalan?"

Adnan semakin merasa canggung karena uluran tangannya yang tidak kunjung menerima balasan. Bukannya menjawab, Bintang malah bertanya mengenai apa yang sedang Adnan lakukan.

"Iya," jawab Adnan dengan wajah bingung.

"Aku sudah tahu kamu siapa, dan aku yakin kamu pun sudah tahu siapa aku," ucap Bintang yang juga merasa bingung.

"Tapi, kita belum berkenalan secara personal," ujar Adnan.

"Baiklah, aku Bintang," ucap Bintang tanpa menerima uluran tangan dari Adnan yang masih setia menggantung sejak tadi.

"Apa kamu tidak suka dengan keberadaan ku?" tanya Adnan memastikan.

"Maksudnya?" Bintang tidak bisa memahami maksud dari ucapan Adnan.

"Ha-ha-ha..."

Bintang dan juga Adnan kompak mengarah ke asal suara tawa tersebut. Ternyata itu adalah ulah Desy yang sudah sedari tadi memperhatikan interaksi antara Adnan dengan Bintang.

"Astaga! Kalian ini, lucu sekali!" Desy masih belum usai dengan tawanya.

"Ada apa, Desy?" Tanya Bintang.

"Astaga! Kamu Adnan, 'kan?" tanya Desy dan diangguki oleh Adnan, "Bintang itu memang seperti itu. Jangankan menerima uluran tanganmu, bahkan sekedar berbincang dengan lawan jenis pun sangat jarang. Jadi, harap dimaklumi!" jelas Desy masih dengan sedikit tawanya.

"Desy!" Bintang mendelikkan matanya ke arah Desy.

"Oh maaf, aku tidak tahu. Aku pikir Bintang sama seperti gadis lain," ucap Adnan.

Bintang hanya bisa diam saat dirinya dijadikan bahan perbincangan oleh Desy dan Adnan.

"Tidak masalah. Lebih baik kita berkenalan! Aku Desy, sekertaris di kelas ini. Selamat bergabung! Aku mewakili seluruh kelas dan juga Rizky, ketua kelas yang tidak hadir hari ini," ucap Desy panjang lebar sambil menarik tangan Adnan yang masih dibiarkan menggantung sejak tadi.

"O-oke, aku Adnan. Senang juga bisa bergabung dengan kalian." Adnan sedikit tersenyum yang tanpa sadar dilihat oleh Bintang.

Aku akan crazy update!! Yeayy🎉🎉

Karena aku tau digantungin itu ngga enak, jadi aku akan update setiap hari!!
So, stay terus yaa!
Jangan lupa vote, koment, dan yang terpenting follow💕

ASTROPHILIA (Antara persahabatan dan impian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang