Flashback
Kim Jisoo, gadis yang tumbuh besar di panti asuhan tanpa mengetahui alasan orang tuanya menghadirkannya di dunia.
Jangankan untuk bertanya tentang alasan, melihat secara langsung saja ia tak diberi kesempatan.
Yang ia tahu, dahulu ibunya juga besar di panti asuhan yang sama, kemudian merantau saat ia berusia tiga bulan untuk bekerja dan sejak itu tak pernah kembali. Sedang ayahnya, ia sama sekali tak tahu.
Jisoo tumbuh di lingkungan yang memaksanya untuk bersikap dewasa. Ia mampu memposisikan diri sebagai adik yang manis, juga kakak yang baik bagi anak-anak lainnya. Sebisa mungkin ia tidak merepotkan dan tahu diri setiap kali membutuhkan atau menginginkan sesuatu termasuk dalam merajut mimpi dan cita-cita.
Anggaplah Kim Jisoo memang seorang pemimpi, tapi dengan modal mimpilah ia kuat bertekat dan berhasil menjadikan itu nyata dalam hidupnya.
Usahanya tak sia-sia meski harus bekerja paruh waktu semasa SMA demi membeli buku dan mengikuti les tambahan. Karena pada akhirnya, ia mampu meraih beasiswa dan menduduki salah satu kursi di universitas ternama korea.
Gadis itu berhasil masuk di Seoul National University jurusan sastra korea.
Sejak itu, ia merantau di ibukota. Tinggal di asrama sampai semester dua, kemudian mencari kos termurah dan bekerja paruh waktu sebagai pegawai cafe untuk menutupi kebutuhan harian lainnya.
Kehidupan kuliahnya tak banyak drama. Ia menyelesaikan pendidikannya dengan predikat cumlaude yang juga salah satu mimpi baginya.
Beberapa bulan setelah lulus kuliah, Kim Jisoo diterima magang disalah satu perusahaan penerbitan swasta sebagai seorang editor buku. Sebagai anak magang, tentu gaji yang ia peroleh tak sebanyak pegawai tetap lainnya, alhasil setiap malam ia masih bekerja paruh waktu ditempat yang sama saat ia kuliah dahulu.
Sampai pada malam itu, ketika café tempat ia bekerja sedang ramai-ramainya, seorang pria menghampiri dan memesan beberapa makanan untuk dibungkus bawa pulang.
Seusai ia membersihkan café hendak pulang, seorang temannya menghampiri dan memberi bingkisan makanan bertanda khas dari café mereka. Kata temannya, bingkisan itu titipan dari seorang pelanggan tampan untuknya. Tentu Kim Jisoo bingung, meski dengan senang hati menerima pemberian itu.
Begitu sampai rumah, ia langsung membuka bingkisan itu. Dan disana terdapat selembar kertas bertuliskan tulisan tangan yang lumayan panjang.
Halo, aku Lee Taeyong. Senang bisa bertemu denganmu. Aku harap kita bisa lebih dekat dari sekarang, tapi aku terlalu malu meminta nomor mu disana. Kalau tidak keberatan, kau boleh berterimakasih melalui nomor ini 0++++78. Aku menuggumu, Jisoo(?)
Ngomong-ngomong, nama mu Kim Jisoo, kan? Sungguh nama yang bagus untuk didengar dan diucap, aku menyukainya. Sampai jumpa lagi Jisoo, jangan lupa hubungi aku.-Lee Taeyong
Kim Jisoo tersenyum malu-malu membaca isi surat itu. Terserah jika ia dikatai kekanakan, tapi memang ia menyukai cara pria itu mendekatinya. Begitu manis tak kalah dengan novel romantis yang setiap hari berdatangan untuk ia riview.
Jisoo pun menghubungi nomor yang tertera disana.
Cukup canggung, namun dengan lihainya Taeyong mampu membuat pembicaraan berjalan mulus dan tak putus. Mulai dari sanalah, hubungan Jisoo dan Taeyong dimulai.
Hari-hari berikutnya, Taeyong semakin sering mampir ke café, entah itu memang mau nongkrong, mengerjakan tugas, atau sekedar mengetahui kabar Kim Jisoo. Bahkan beberapa kali pria itu menunggu sampai mengantar gadis itu pulang ke kosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOBIUS DESTINY [END]
Fanfiction"Takdir sudah ditetapkan, sekeras apapun aku berusaha, aku hanya se-ekor semut yang berjalan di pita Mobius" Start 06.06.22