#3

678 119 7
                                    

Buruk Sangka

"Enggak, tunggu. Taehyung!" Ronta Jisoo berusaha melepaskan diri dan kembali keruangan pemeriksaan.

"DIAM JISOO!" Bentak Taehyung membuat Jisoo terdiam seketika. Dengan begitu ia pun lebih mudah memasangkan seatbelt padanya.

Setelah itu Jisoo benar-benar diam. Hanya suara isakan tipis yang sesekali terdengar dari wanita yang sejak mobil berjalan sampai lebih dari 15 menit berkendara terus berpaling muka.

Tak bisa dipungkiri, selain kesal, Jisoo lebih merasa takut mengingat ekspresi Taehyung saat membentaknya. Terlebih urat nadi yang tampak jelas di sekitar leher pria itu. Dan itu semua membuatnya tak mampu berkutik.

Tiga puluh menit kemudian, Jisoo yang masih bertahan dengan posisinya tahu persis dimana dan kemana mereka berkendara. Sudah pasti Seoul, dilihat dari petunjuk arah jalan tol serta suara maps mobil yang telinganya dengar.

Mengetahui itu, entah kenapa suasana hatinya membaik begitu saja hanya karena dapat menghemat ongkos. Namun ditengah gengsinya yang masih menegak, ada satu hal yang tak sanggup ia tahan.

Perutnya mual.

"Tae, tolong berhenti. Aku mau turun!" Pintanya tiba-tiba ditengah jalan tol.

Tentu Taehyung tidak menggubris, ia tetap melajukan kendaraannya.

"Taehyung, berhenti. Aku mau turun...!"

Taehyung yang kembali tersulut emosi mendadak menepikan kendaraan.

Saat mobil berhenti, tanpa basa-basi apalagi sempat memarahi, penumpangnya itu langsung keluar dengan terhuyung-huyung.

Dan disanalah Taehyung baru paham. Ia terlambat menyadari dan mengerti.

Ia merasa bersalah sudah menduga yang tidak-tidak. Ia sempat berfikir, Jisoo yang keras kepala ingin kabur dan bunuh diri di tengah jalan(?)

Tak Ingin lebih bersalah lagi, ia pun segera menyusul keluar dengan membawa minyak angin yang selalu tersedia di kotak P3K.

"Masih mual?"

Kim Jisoo yang masih menetralisir keadaan dengan berjongkok di pembatas jalan langsung mengadah melihat kearahnya dengan tatapan tak tajam namun terlihat ketakutan.

Jisoo hanya mengangguk kemudian kembali membuang wajah dengan menunduk kebawah.

Sesaat kemudian ia merasakan sebuah tangan yang kasar dan besar memijit tepat pada tengkuk belakangnya. Jisoo masih enggan memulai interaksi, namun terlihat jelas ia mulai merasa nyaman.

Tanpa bertanya tiba-tiba Taehyung mengambil tangan yang semula ia gunakan untuk memijat perutnya.

Kali ini Pria itu memijat telapak tangannya persis seperti tips di buku akupuntur untuk meringankan mual.

"Mau ke rumah sakit lagi?"

Pertanyaan itu akhirnya dapat menarik atensi Jisoo untuk melihat kearahnya.

"Kita periksa keadaan kamu, bukan buat gugurin kandungan kamu"

Jisoo tak merespon, ia hanya diam dengan tatapan kosong melihat kebawah.

"Hm?" Tanya Taehyung lagi.

"Gak usah, aku gapapa kok." Jawabnya dengan suara parau, khas anak-anak habis menangis.

Taehyung terkekeh sepelan mungkin, berusaha tak menyakiti hati Jisoo yang sedang merajuk.

"Yaudah kalau gitu, aku gak bakal maksa" jawabnya selembut mungkin.

Taehyung tersenyum, tiba-tiba membayangkan masa depan saat ia harus membujuk istrinya  yang merajuk saat sedang mengandung seperti Jisoo.

Tangan Jisoo yang semula ia pijit kini ia lepaskan. Dan tanpa aba-aba, Taehyung mengangkat dan memasukkannya kembali kedalam mobil.

"Lain kali kalau mau keluar mobil, jangan lupa sendalnya dipake. Aspal jalan tol itu panasnya dua kali lipat dari jalan bisa, ngerti kan?" Ucapnya sambil memakaian Jisoo seatbelt.

Perjalanan dilanjut. Kali ini tak sehening tadi karena kini Taehyung menyalakan music Jazz. Musik yang ia ketahui memiliki efek menenangkan bagi ibu dan bayi dalam kandungan.

15 menit kemudian mereka sudah sampai di gerbang tol Seoul. Memang hanya butuh waktu satu Jam dari ibu kota Provinsi Gwonchang.

"Tae" Panggil Jisoo tiba-tiba

"Hmm?" Sahut Taehyung sebisa mungkin mencuri pandang berusaha mendengar perkataan Jisoo sebaik mungkin.

"Mmm- bisa tolong antar aku pulang gak?"

"Pulang?" Taehyung tersenyum dengan smirk yang terkesan menakutkan. "Kamu kan belum bayar apa-apa. Bukannya dari awal udah aku bilang ini semua gak gratis, ingat?"

Jisoo mendengus.

"Kamu kan tahu aku gak punya uang, kamu berharap apa coba dari aku? Kan kamu yang bilang orang hamil ngerepotin. Aku bilangin nih ya, mending kamu ikhlas aja deh dari pada nanti makin repot."

Taehyung tertawa mendengar ocehan Jisoo.

"Aku serius. Kamu cuma bakal tambah repot kalau nahan aku. Kalau kamu gak mau antar, aku gapapa kok kalau kamu turunin disini. Aku bisa pulang sendiri." Kekeh Jisoo.

Dan ya, saat itu juga Taehyung menepi dan menghentikan mobilnya.

"Ayo turun"

Jisoo tergagap, namun juga sudah tak punya harga diri untuk menarik ucapannya.

"Aku mau tagih hutang kamu didalam" Taehyung menunjuk gedung estetik satu pintu yang bergaya khas eropa.

"Kamu mau ngapain? Aku ini hamil loh. Jangan lakuin yang engga-engga. Aku bisa laporin kamu ke polisi!"

"Emang kamu pikir aku mau ngapain sama wanita hamil di tempat makan? Aku tau kok kamu lagi hamil, cerewet lagi."

Dan Taehyung keluar meninggalkan Jisoo sendirian menyusulnya.

---

Tak sampai lima menit, hampir semua hidangan sudah tersedia di depan mereka. Taehyung memulai acara makannya lebih dulu begitu hidangan itu sampai, sedangkan Jisoo hanya menatap tanpa minat.

"Kenapa? Makan makanannya, jangan diliatin terus"

Jisoo masih tak berselera, dan ekpresinya seperti tengah memaki Taehyung yang begitu menikmati makanannya.

"Gak ada racunnya kok. Cepet dimakan"

"Aku juga tahu ini gak ada racunnya. Tapi aku ini manusia, bukan sapi yang makan beginian. Aku mau burger kayak kamu" Keluhnya.

"Burger gak bagus buat orang hamil. Oatmeal sama salad udah yang paling bagus. Lagian kan yang bayar aku. Tinggal makan aja apa susahnya, hm?"

Dengan wajah cemberut akhirnya mau tak mau Jisoo memulai acara makannya. Sedang disaat yang sama taehyung terkekeh pelan memperhatikan gadis itu yang makan dengan terpaksa.

Tbc.

MOBIUS DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang