#7

584 106 17
                                    

Jalani Saja

"Loh, acaranya gimana? Kok kita pulang?" Tanya Jisoo keheranan sesaat setelah sadarkan diri di tengah perjalanan.

"Kamu harus istirahat Jisoo, gak baik di rumah orang sampai malam."

"Tu-tunggu, pipi kamu kenapa?" Perhatian wanita itu teralihkan pada wajah Taehyung yang babak belur. Saking penasarannya, telunjuknya ia gerakkan menyentuh pipi kanan pria disampingnya memastikan.

"Aku gak papa, kamu tidur aja. Nanti kalau udah sampe aku bangunin." sergah Taehyung lembut sembari menurunkan tangan mungil itu dari wajahya.

"Tapi itu merah banget- Astaga! Bibir kamu juga luka Tae" Kali ini Jisoo berusaha menyentuh ujung bibirnya.

"JISOO!" Bentak Taehyung.

Kim Jisoo terdiam, nyalinya menciut. Entah kenapa dadanya terasa sesak mendapat bentakan tak terduga seperti itu.

"Kamu mau buat kita celaka?! Aku bilang tidur ya tidur, gak usah banyak Tanya. Bisa gak?!" Cecar Taehyung lagi, merasa belum puas memperingati.

"Maaf" cicit Jisoo takut-takut, kemudian berusaha tidur sesuai intrupsi dengan wajah menghadap jendela.

Taehyung tak merespon, ia hanya melirik sekilas kemudian kembali fokus menyetir. 

Jujur saja ada rasa bersalah mendengar ungkapan maaf Jisoo yang terkesan ketakutan. Ia akui saat ini emosinya sedang sensitive, ditambah wanita hamil itu terus saja mengusiknya sehingga membuatnya kelepasan.

----

"Kim Jisoo, kita udah sampai. Ayo bangun" Taehyung membangunkan Jisoo yang terlampau nyenyak tertidur.

Tak mempan hanya dengan suara, kini diusapnya pelan pipi wanita itu. "Hey ayo bangun, aku gak mungkin angkat kamu sampai lantai atas kan Jisoo?" 

"Eunghhh~" akhirnya wanita itu mengerang kemudian mengucek matanya.

Taehyung masih setia menunggu sampai nyawa penumpang disampingnya ini benar-benar terkumpul.

"Kita dimana?" tanyanya begitu menyadari ini bukan parkiran di kos tempat ia tinggal. 

"Apartemen" Ucap pria itu sambil membuka seatbelt miliknya.

"Kamu gak anterin aku pulang dulu? Aku gak sanggup kalau singgah-singgah lagi tae." Rengeknya kemudian.

"Kita udah sampai Jisoo, ayo turun." Ucap pria itu sambil membuka seat belt milik Jisoo. Lama kalau harus menunggu wanita itu bergerak sendiri.

"Gak, Ini bukan kos aku. Biar aja aku disini sampe besok pagi."

Bukannya kesal, justru Taehyung merasa gemas dengan aksi merajuk Jisoo yang kini berpura-pura tidur kembali.

"Turun Jisoo, sekarang kita tinggal disini. Aku sama kamu. Lusa kita nikah, oke?" Tutur Taehyung  dengan suara lembut dan tenang.

Jisoo langsung terbangun, begitu syok dengan kalimat yang barusan ia dengar dan kemudian tertawa kencang.

"Kamu udah gila ya?"

Taehyung menutup kembali, pintu mobil yang sudah sempat ia buka "Aku serius. Demi anak kamu."

Kim Jisoo masih belum percaya. Ia menelisik penuh wajah dan manik pria itu, berusaha mencari kebohongan disana. 

Dengan lembut Taehyung mengambil kudua tangan wanita itu kemudian melingkupnya dengan  miliknya. "Aku udah janji bakal bantu kamu dan ini satu-satunya jalan terbaik buat aku nepatin janji itu." Jelas Taehyung serius.

Jisoo menggeleng, "Enggak, ini gak lucu sama sekali"

"Aku gak nge-lucu. Aku serius, ini keputusan terbaik buat kamu." Potong Taehyung berusaha meyakinkan Jisoo.

Jisoo kembali menggeleng dengan tegas, "Gak, gak seharusnya kamu ambil keputusan sepihak begini Tae. Ini gak ada sangkut pautnya sama kamu, bahkan aku udah makasih banget kamu mau bantu aku sampai saat ini. Gak perlu sampai kita nikah juga. Kamu gak salah dan gak berhak buat nerima hukuman kayak gini."

"Ini bukan hukuman Jisoo, aku beneran mau nikahin kamu. Mungkin saat ini aku belum bisa pastiin kalau aku cinta sama kamu. Tapi satu hal yang harus kamu tahu-" Taehyung menatap dalam manik mata Jisoo. Berusaha meyakinkan wanita itu bahwa ia benar serius dengan ucapannya.

"Aku gak bisa ngelepas kamu gitu aja. Aku merasa punya tanggung jawab atas kamu. Dan itu gak bisa aku pungkiri. Bahkan setelah berhari-hari aku coba untuk menghilang dan lari dari janji aku ke kamu. Tetap aja, aku gak bisa."

"Itu namanya simpati Tae" Sergah Jisoo. 

"Kamu kasihan sama aku yang udah cerita semuanya ke kamu. Gak lebih dari itu. Jadi tolong jangan gegabah. Kalau kamu merasa bersalah sama aku atau anak ini, Aku janji bakal pertahanin dan rawat dia sebisa aku. Aku gak bakal bunuh dia, jadi-"

"Kita rawat dia sama-sama." Potong pria itu dengan tegas membuat Jisoo stagnan.

Kemudian dengan lembut dan tatapan meneduh, Taehyung kembali bicara.

"Sama kayak kamu, aku gak mau dia lahir tanpa seorang ayah. Jadi Kim Jisoo, tolong jangan berjuang sendiri. Terima aku buat jadi tempat kamu berbagi, Oke?" 

Setelah hampir terhipnotis, dengan cepat Jisoo sadar dan kembali berargumen. "Gak gitu Tae, aku gak bisa-"

Cup

Kim Jisoo membeku, kaget dengan aksi spontan Taehyung yang kurang ajar baginya. Belum sempat protes, pria itu langsung menyanggah,

"Gak usah mikir macem-macem. Cukup jadi ibu yang baik buat anak kita, bisakan nyonya kim?"

Jisoo tak bisa berkata-kata. Merasa aneh mendengar kata 'anak kita' dan 'nyonya kim' keluar  begitu saja dari mulut seorang pria.

"Ayo turun. Kamu lagi hamil, gak boleh tidur dimobil semaleman." Ucapnya kemudian keluar dari mobil meninggalkan Jisoo begitu saja.

"Tu-tunggu" Wanita itu menyusul keluar dengan sedikit berlari sampai bisa menyamai langkah Taehyung yang sudah lebih dulu darinya. 

"M-mm tapi malem ini kamu gak bisa anter aku balik ke kos dulu gitu? Kita kan belum itu, maksud aku-" Jisoo terbata-bata sampai tak sanggup menyelesaikan bicaranya. 

"Ini udah lewat tengah malam Jisoo, aku gak sanggup kalau harus anter kamu, terus balik lagi kesini. Jadi ayo naik. Istirahat, gak usah mikir yang macem-macem. Karena besok kita bakal lebih capek dari hari ini."

"Siapa yang mikir macem-macem sih?!" sewot Jisoo.

"Iya-iya, aku yang mikir macem-macem kok. Bukan kamu" Taehyung mengalah begitu merasakan adanya sinyal merajuk dari bumil di sampingnya. 

Ya, dari pada repot membujuk, bukankah lebih baik jika ia mengalah saja?

Tbc.

MOBIUS DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang