Newlywed
Pukul delapan malam, setelah makan malam satu jam lalu di salah satu tempat pemberhentian jalan bebas hambatan, dua sejoli yang pagi tadi baru mengucap janji melanjutkan perjalanan pulang kembali ke Seoul.
Bohong jika tidak lelah, namun pernikahan yang mendadak memaksa Taehyung tak bisa lama-lama mangkir dari kerjaan. Masih syukur HRD perusahaan tempatnya bekerja memberi izin cuti sehari, dengan begitu setidaknya besok ia bisa istirahat setelah melalui weekend yang luar biasa.
"Adik-adik panti lucu ya? Pada nurut juga mereka, gak bandel." Taehyung tiba-tiba teringat pada anak-anak di panti, padahal baru dekat dalam hitungan hari.
"Iya dong, siapa dulu kakaknya?" Angkuh Jisoo merasa bangga bahwa kenyataannya ia memang turut andil dalam membesarkan mereka.
"Iya-iya, aku akui kok. Istrinya siapa dulu coba?" Balas Taehyung tak mau kalah.
Seketika canggung mendera. Jisoo memalingkan wajah, terlalu malu untuk sekedar menampakkan wajah apalagi merespon perkataan spontan Taehyung.
Istri? Astaga, rasanya masih aneh mendengar kata itu meski telah resmi menjadi status barunya.
Lain Jisoo yang tengah bersemu malu, lain pula Taehyung yang terang-terangan tersenyum gemas setiap kali melirik kearah wanita itu.
"BTW, Haruto sama Jeongwoo dari kecil udah disana ya? Keliatan banget deketnya sama kamu, apalagi haru, sampe mau nangis gitu." Sambung Taehyung berusaha mencairkan suasana.
Dan ya, wanita itu kembali tertarik pada pembicaraannya, bahkan sautas senyum tak mampu ia tutupi menyirat makna nostalgia yang seketika tergambar dikepala.
"Sebenarnya Jeongwo yang lebih dulu datang ke panti. Kalau haru, usianya udah 5 tahun waktu itu." Ucapnya membuka cerita.
"Kalau udah usia lima tahun, Berarti dia sempet tahu orang tuanya dong?"
Jisoo mengangguk.
"Ibu Haru sebenarnya asli orang iksan, sedangkan ayahnya tentara keturunan Jepang, makannya nama dia pakai marga Jepang."
Taehyung ber-oh ria.
"Aku kurang tahu gimana pastinya, yang jelas ayah Haru meninggal di Jepang dan ibunya dibunuh saudaranya sendiri yang seorang pemabuk. Haru hampir aja dijual sama pamannya. Beruntung tetangga mereka ngelapor dan Haru dititipkan di Panti. Sejak itu, aku yang selalu ngejaga dia, nemenin tidur, makan, belajar, semuanya. Makannya dia begitu sama aku."
Wanita itu menarik nafas dalam sebelum mengakhiri cerita.
"Dia itu traumatis, diluar apatis tapi aslinya manis, tipikal tsunder." tutupnya dengan penggambaran jelas sosok Haruto adiknya tersayang.
Taehyung mengangguk paham lalu memberi space untuk Jisoo hanyut dalam fikirannya.
Jisoo memang selalu begini. Acap kali ia mengingat atau bercerita tentang anak panti, memori bagaimana mereka datang dengan masing-masing membawa tragedi membuatnya bak orang paling bersalah karena sebelumnya pernah merasa paling menderita.
Tak terbayang jika ia berada diposisi mereka. Entah karena ditinggal mati, atau yang paling keji sengaja dibuang oleh orang yang sempat dikenali, bukankah jelas keadaanya lebih beruntung jika dibanding dengan mereka?
Setidaknya ia tak pernah merasa trauma setelah melalui tragedi mengerikan, tak lagi belajar berdamai dengan keadaan dan atau menelan pahitnya dipaksa melupakan.
Ia tidak merasakan itu. Tugasnya hanya perlu menyambung hidup dengan menanamkan pada diri bahwa ia harus bisa berdiri sendiri.
Selang beberapa menit, Taehyung merasa cukup dengan keheningan. Ia tak sanggup lagi melihat wajah sang istri yang hanya menunduk, kemudian melihat keluar, dan menunduk lagi dengan tatapan kosong di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOBIUS DESTINY [END]
Fanfiction"Takdir sudah ditetapkan, sekeras apapun aku berusaha, aku hanya se-ekor semut yang berjalan di pita Mobius" Start 06.06.22