#4

670 118 11
                                    

Pasrah

"Sekarang kamu mau apa dari aku?"

Taehyung terkekeh, tak sangka wanita yang barusan bertanya dengan mulut penuh itu masih ingat tujuan awal mereka. Tak tanggung-tanggung nafsu makan bumil yang satu ini. Lucu sekali melihat dua piring telah kosong setelah sebelumnya menu itu sempat ia protes.

"Aku tanya kamunya ketawa, emang aku lagi ngelawak ya?" Kesal Jisoo begitu makanan dimulutnya tertelan habis.

"Ini kamu minum dulu" Taehyung memberikan segelas air putih yang ia tuang dari teko di tengah meja mereka. "Kalau makan, biasain jangan sambil ngomong. Walau masih dalam kandungan, kamu gak maukan anak kamu nanti nyontoh kelakuan kamu?"

Kim Jisoo tak peduli. Wanita itu hanya minum dengan mata melirik tajam kearahnya. Dari tatapannya saja Taehyung sudah tahu wanita itu sedang mengumpat dalam diam.

"Aku mau kamu cerita" Ucap Taehyung yang tiba-tiba serius.

Kim Jisoo berhenti minum, kemudian mengambil nafas sebelum bicara.

"Tunggu, kamu yakin? Cuma cerita? Setelah semua yang kamu kasih ke aku, dan kamu cuma mau denger cerita dari aku?"

Taehyung mengangguk mantap

"Wah, bener-bener definisi orang baik." Jisoo bertepuk tangan mendramatisir keadaan. "Yaudah gini, kamu mau aku ceritain tentang apa? Legenda korea? Dongeng? Drama korea terbaru? Atau gosip artis terbaru? Aku bisa kok. Kamu ketemu orang yang tepat sih kalau soal begini." ujarnya angkuh.

Taehyung tak sedikitpun menggubris ucapan konyol Jisoo. Pria itu hanya menatapnya tanpa minat menanggapi. Setelah dirasa cukup memberi kesan bahwa ia sedang serius, ia pun lanjut bertanya

"Kemarin, kenapa kamu bisa sampai pingsan di pinggir jalan? Kamu kenapa?"

Jisoo tersenyum, ia paham sebenarnya arah pembicaraan pria ini kemana. Hanya saja, perlukah ia sejujur itu? Tentu tidak, ia sudah persiapkan semua jawaban agar penolongnya ini puas dan tak banyak bertanya lagi

"Oh itu" Kim Jisoo mengangguk-angguk kemudian berpura-pura mengingat sesuatu, "Jadi kemarin sebenarnya aku baru aja ketemu sama pria yang udah hamili Aku. Kami sempat berdebat soal kehamilan ini. Tapi ya gitu, dia gak mau tanggung jawab dan nurunin aku gitu aja di pinggir jalan. Tamat."

Jelas Jisoo singkat dan kemudian ia meraih teko mengisi kembali air di gelas kosongnya. Lain Jisoo yang berusaha lari dari situasi, lain pula Taehyung yang terus mengurung setiap gerak geriknya dengan tatapan serius dan menyelidik.

"Terus, kamu nyerah dan langsung mutusin buat aborsi? Kamu gak ada niatan buat pertahanin bayi kamu, gitu?"

Jisoo mengangguk mantap "Toh kami sama-sama gak menginginkan bayi ini ada."

"Kamu bohong."

Jisoo tersentak, seolah sedang tertangkap basah. Padahal sebisa mungkin ia berusaha bersikap natural. Namun mendengar kata bohong, hatinya tak mampu mengatakan tidak.

"Kamu bohongkan? Aku tahu kamu menginginkan bayi itu. Aku tahu dari bagaimana kamu lega mendengar kandungan kamu baik-baik aja. Kamu juga nangis waktu bilang sama dokter soal aborsi bayi, bahkan sebelumnya kamu juga sampe mau laporin aku ke polisi kalau macem-macem sama kamu yang lagi hamil. Iyakan?"

Jisoo bungkam. Taehyung benar, semua yang dikatakannya benar.

"Kalau kamu memang tau caranya berterimakasih, harusnya kamu bisa jawab dan ceritakan semua yang terjadi dengan jujur. Aku cuma mau itu Jisoo. Bisakan?"

Jisoo tersenyum penuh arti, merasa terusik akan keinginan Taehyung yang terlalu ikut campur pada masalahnya.

"Apa gunanya sih buat kamu? Toh kamu gak kenal aku, kamu juga gak bisa berbuat apa-apa untuk hidup aku, untuk apa coba aku cerita ke kamu?" Ucap Jisoo dengan nada bicara menggebu dan tatapan mata kesal, sebisa mungkin menunjukkan bahwa ia merasa risih.

"Aku akuin kamu memang orang baik, tapi kalau kamu cuma mau buat aku semakin dikasihani, mending aku bayar semua hutang aku pakai uang deh. Lagian aku gak se-menyedihkan yang kamu kira kok." tekannya sekali lagi.

"Maaf Jisoo, tapi aku gak pernah perhitungan buat bantuin orang termasuk kamu. Kalau kamu bilang aku gak bisa berbuat apa-apa untuk kamu, kamu bener. Karena saat ini aku gak tau cerita kamu, aku belum kenal sama kamu. Itulah kenapa aku mau tahu, karena aku mau coba bantu kamu sebisa aku." Taehyung menatap lembut wanita itu, berusaha meredakan suasana.

"Kalau kamu tanya alasan aku masih mau nolongin kamu, itu semua karena sebagai manusia, sejujurnya aku lebih merasa bersalah sama anak kamu dari pada mengasihani nasib kamu." Tutur Taehyung setenang mungkin.

Kim Jisoo merasa terpojok dan kalah. Namun ada harga diri yang rasanya harus ia lindungi. Entahlah, ia merasa kesal dengan keadaannya yang semakin diperjelas pria itu.

Gadis itu menenggak habis air didekatnya kemudian terkekeh pelan.

"Lucu ya. Ketika kamu ngomong begitu, aku bahkan gak bisa nyangkal kalau kamu memang benaer. Tapi bagiku, semua gak sesederhana yang kamu kira. Justru aku akan lebih merasa bersalah kalau anak ini lahir tanpa seorang ayah. Karena aku tahu gimana rasanya gak diharapkan dan hidup sendirian."

Mereka terdiam beberapa saat. Saling menatap, mencoba menyelami pikiran satu sama lain sampai kemudian Jisoo melanjutkan bicaranya.

"Aku juga anak yang lahir diluar pernikahan, tanpa rencana, tanpa rasa cinta. Aku gak diinginkan, tapi dilahirkan. Setelah itu aku dibiarkan. Aku tahu rasanya, dan aku gak mau anak aku merasakan sedikit aja perasaan itu bahkan saat dia masih dalam kandungan."

Taehyung membisu. Ia merasa tersentil setelah salah bicara dan menilai orang tanpa memikirkan sudut pandang jika ia berada diposisi orang tersebut.

Entah seberapa banyak penderitaan yang disimpan wanita didepannya kini, karena semakin dalam ia mengenal semakin banyak pula hal tak terduga dibalik sikap menyebalkannya

"Kamu benar, daripada mengasihani nasib, gak ada salahnya aku memperjuangkan anak ini walau hanya sekali bukan? Itulah yang aku lakukan kemarin, dan inilah yang terjadi." Lanjut Jisoo.

Taehyung membenarkan, bahkan ia melihat sendiri wanita itu terus berusaha masuk kerumahnya meski sudah dikasari berkali-kali, bahkan sampai rela menunggu hingga larut malam.

"Aku nyerah bukan berarti tanpa alasan atau usaha sebelumnya. Aku udah sulit sama diriku sendiri. Aku belum sanggup menghidupi orang lain bersamaku. Apa menurut kamu aku masih se-egois itu untuk mementingkan nasibku sendiri dari pada anak ini?" Akhirnya Jisoo mengungkap semuanya.

Saat ini Taehyung paham maksud Jisoo, walau hanya sedikit ia mengerti alasan utama gadis itu mengambil keputusan yang bahkan berat baginya.

"Jisoo, aku janji bakal bantu kamu sebisa aku. Jadi tolong-"

"Memangnya kamu bisa apa? Orang yang hamili aku aja udah gak kenal sama aku. Apalagi ngeladenin kamu?"

"Iya, tapi kasih aku kesempatan, gimana aku bisa bantu kalau kamu gak kasih-"

"Lee Taeyong" Sergah Jisoo tiba-tiba.

Bak tersambar petir, Taehyung yang tadinya begitu semangat meyakinkan Jisoo sampai tak bisa berkata-kata. Beraninya pria keparat itu menghamili wanita lain dan menerima perjodohan dengan mantan kekasihnya.

"Maksud kamu Lee Taeyong anak wali kota?"

"Aku juga baru tahu kalau dia anak wali kota. Rasanya aku cuma akan mempermalukan diri kalau tiba-tiba datang dan mengaku sudah dihamili. Iyakan?" Kim Jisoo bertanya dengan raut pilu seolah tak berdaya.

Kim Taehyung semakin mengerti, dan semakin yakin untuk membantu, harus membantu.

"Maaf Jisoo, boleh aku tahu gimana kalian bisa ketemu? Jujur, aku kenal keluarga mereka karena kami tinggal di daerah yang sama. Kami juga cukup dekat untuk bisa bertemu, jadi tolong ceritakan semuanya biar aku bisa bantu kamu."

Jisoo merasa tak ada gunanya terus mengelak. Toh pria ini bahkan sudah membantunya sebelum mereka saling mengenal. Lalu apa lagi yang harus ia tutupi sekarang? Ia pun menceritakan kejadian satu bulan lalu ketika ia dan Taeyong pertama kali berjumpa.

Tbc.

MOBIUS DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang