~Part 32~

2.1K 173 6
                                    

Balik lagi nih hehe❤

Happy reading...

Kelopak mata carletta perlahan terbuka, terlihat matanya yang memerah dengan tangisan yang tak kunjung berhenti seraya terisak pelan menahan sesak.

"Sorry" lirihnya dengan mengusap pelan sisa air mata di pipinya, ia pun merenung kembali.

"Gimana langkah gue selanjutnya?" ia bertanya pada dirinya sendiri. Sungguh, kepalanya terasa berdenyut kencang hanya memikirkan tindakan apa yang akan ia ambil untuk kebahagiaan mereka.

Jujur, dirinya sangat ingin menjadi sumber kebahagiaan bagi ketujuhnya, tapi, apakah bisa?.

Akhirnya ia hanya dapat menghela nafas lelah dan memilih untuk menyerah, untuk saat ini saja, ia butuh beristirahat.

Entah kenapa akhir-akhir ini, ia sering merasa pusing, dan ia pun tak pernah mengeluh sebelumnya, tapi sekarang kepalanya terasa benar-benar berdenyut nyeri.

Pada akhirnya, ia kembali menutup kelopak matanya dengan perlahan, dan tertidur, berharap dengan begini, rasa sakit yang menyerang akan hilang, tanpa menyadari bahwa segerombolan para siswa sudah melewati keberadaannya.

"Gue udah cari ke semua tempat tapi nggak ketemu!" ujar Iqbal merasakan sesak karena terus berlari mencari keberadaan carletta.

Ares yang mendengarnya hanya dapat menghela nafas pelan dengan mata yang tertutup rapat, telapak tangannya pun terkepal dengan kuatnya, ia mencoba untuk tenang, tinggal menunggu para sahabatnya yang lain untuk melaporkan keberadaan gadisnya.

"Ketemu?" dingin Ares ketika Arnold beserta para sahabatnya yang lain berlari mendekat ke arahnya, belum juga sampai.

"Nggak ketemu!" lapor Rayhan dengan nafasnya yang tak kalah merasa sesak karna merasa panik.

Sekolah mereka memiliki gedung yang sangat besar dan tentunya sangat luas, mengingat sekolah mereka adalah sekolah terfavorit, tidak heran jika mereka, hampir semua siswa yang merupakan bagian dari anggota Dangerous, menyebar ke segala arah, hanya untuk mencari pawang dari sang ketua.

"Sialan KENANDRA!!!" tiba-tiba Ares berteriak seraya menggeram marah, ketika nama Kenandra melintas begitu saja dalam fikirannya. Ia berfikir, bahwa Kenandralah yang membawa gadisnya pergi.

Berbeda dengan para anggotanya yang terlihat kebingungan, di saat sang ketua meneriaki nama yang cukup mirip dengan sang wakil ketua, karna yang mereka tau, sang wakil ketua hanya bernama Kenan, Kenan Axton Nicholas, bukan Kenandra.

"Tenang Res, lo nggak boleh kebawa emosi" Kevin berusaha untuk menenangkan Ares yang lagi-lagi begitu emosi jika itu menyangkut Carletta, sang gadis mereka.

"AKH...!!!" di tendangnya tong sampah besar tersebut dengan kuat, membuat isinya berserakan tak tentu arah.

"Res!, lo apa-apaan si, lo mau bikin kerjaan kita makin nambah!" spontan Iqbal menggertak, namun dengan cepat Arnold menegur kelakuannya.

"Iqbal!, liat situasi!!" datar Arnold menatap Iqbal dengan tatapan tajamnya, sedangkan Iqbal malah mendengus tidak suka.

"Tapi-"

"IQBAL!!!" Tegas Arnold ketika ia menyadari tatapan membunuh Ares yang tengah tertuju pada Iqbal, saat ini bukanlah situasi untuk bermain, mengapa Iqbal begitu bodoh, apa ia ingin berakhir masuk rumah sakit.

Iqbal yang baru menyadarinya segera menyembunyikan diri di balik tubuh tinggi Arnold yang bahkan tidak mampu menutupi tubuhnya yang juga kekar dan berisi. Sedangkan Arnold, ia hanya menatap kelakuan Iqbal dengan tatapan jengah.

Transmigrasi CarlittaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang