"Eh, ada si buta," ucap Zera, menatap Lainah dengan sinisnya.
"Eh iya," sahut Quira.
"Eh, tunggu! Mau ke mana lo? Jangan buru-buru, dong!" tahan Zera, menarik tas Lainah dengan kencang. Membuat gadis itu tersentak dan hampir saja terjatuh, jika dia tidak bisa mengatur keseimbangannya.
"Ka-kalian mau apa?" tanya Lainah dengan gugup.
"Tidak apa-apa. Hanya ingin bermain denganmu sebentar saja," ucap Zera, tak lupa dengan senyuman smirknya.
"Jangan! Aku mohon, jangan melakukannya lagi!" pinta Lainah, menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada.
Melihat aksi Lainah ssperti orang lemah ini, membuat Zera dan Quira semakin memandang Lainah dengan remeh.
"Ck, gak semudah itu, sayang!" timpal Quira. Lalu, tanpa belas kasihan, dia menarik rambut Lainah dengan begitu kasarnya.
"Awgh!" jerit gadis itu kesakitan.
"Eh, kenapa? Sakit ya? Maaf, gue gak sengaja!" ucapnya berpura-pura terlihat baik. Sedangkan, Lainah yang menjadi korbannya, hanya mampu menunduk dalam dan berusaha menahan air matanya.
Lagi-lagi, Lainah mencoba untuk pergi dari sana. Namun, kembali lagi Zera menarik Lainah begitu kasar. Membuat Lainah kali ini terjatuh.
"Eits! Urusan lo dan gue belum selesai! Lo gak bisa seenaknya pergi begitu saja."
"Ka-kamu mau apa?" was-wasnya di saat Zera mulai melakukan aksinya dengan tenangnya.
"Tenang. Gue cuma buat lo tambah cantik aja kok. Gak lebih!"
Tangan Zera begitu lihai sekali bermain di wajah Lainah yang mulus. Memberikan coretan lipstiknya pada bibir gadis itu. Sehingga, membuat bibir itu terlihat begitu merah. Lalu, memberikan polesan blush-on pada pipi Lainah, memberikan kesan, jika gadis itu terlihat bersemu. Lalu, tak lupa, memberikan ketebalan pada alisnya.
"Sudah!" ucapnya, mengakhiri aksinya dan kembali menyimpan itu semua di dalam tasnya.
"Wah, ini sangat cantik!" puji Quira terlihat kagum.
Mendengar pujian itu, bukannya Lainah senang. Namun, gadis itu malah merasa was-was. Ini pasti ada yang tidak beres.
"Ka-kalian melakukan apa?" tanyanya.
"Lo pengen tau?" tanya Zera dengan antusias. Dan membuat Lainah seketika mengangguk.
"Nih, lo lihat deh!" ucapnya, menunjukkan cermin di hadapan Lainah. Dan itu membuat Lainah bingung.
"Eh, ups!" sontaknya, teringat akan sesuatu. "Sorry, gue lupa kalau lo buta!"
Seketika, gelak tawa telah ramai begitu saja. Membuat Lainah sontak terkejut. Ternyata, saat ini dia sudah menjadi pusat perhatian. Dan dia yakin, ada sesuatu hal yang terjadi.
"A-apa yang kamu lakukan?" tanya Lainah kembali. Namun, malah mendapatkan tertawaan untuk kesekian kalinya.
"Ck! Makanya, jangan bego jadi orang!" maki Quira, yang disertai dengan mendorong kepala Lainah dengan kasarnya.
Sebisa mungkin, Lainah berusaha untum menahan amarahnya. Dia tidak ingin, dirinya kembali dikuasai oleh amarahnya sendiri. Dan dia juga tak ingin, rahasianya terbuka begitu saja.
Dengan mengepalkan tangannya, Lainah berusaha untuk berdiri dari posisinya. Lalu, sebisa mungkin dia berjalan, tanpa tongkatnya di kerumunan yang membuat hatinya kian terasa sakit.
Bugh!
Tiba-tiba saja, seorang siswa malah menungkai kaki Lainah dengan sengaja. Dan lagi-lagi, hal ini mengundang tawa dari semua orang.
Hahaha!
Dasar payah!
Makanya, jangan buta!
Makanya, kalau jalan itu pakai mata!
Kasihan banget deh!
Ih, ayo bantuin!
Apaan sih? Gitu aja jatuh!
Lebay banget!
Cacian demi cacian dia terima dengan hati yang sudah mulai rapuh. Lainah begitu merasakan sakit pada kakinya. Namun, luka itu tak sebanding akan hatinya yang sudah mulai kehilangan beberapa kepingannya.
"Bangun lo!" bentak Zera, menarik kerah belakang baju Lainah dengan kasar. Membuat Lainah terpaksa bangkit dengan kakinya yang begitu nyeri.
"Sa-sakit," lirih Lainah. Namun, sama sekali tak diindahkan oleh Zera. Bahkan, dengan begitu kasarnya, Zera menyeret tubuh Lainah menuju tengah lapangan. Membuat luka pada lutut gadis itu semakin parah.
Bugh!
Lagi, Lainah di dorong hingga terjatuh di lantai. Dan itu disaksikan oleh semua pasang mata, namun tidak ada satupun yang berani melerainya.
"Gimana? Pertunjukan gue bagus, bukan?" tanya Zera dengan berbangga diri. Dan itu mendapatkan sorak-sorai dari semua siswa dan siswi. Bahkan, dengan bangganya Zera mengayunkan tangannya, membuat sorak-sorai itu semakin menggema.
Plak!
Satu tamparan mengenai wajah Zera yang terlihat begitu senang. Sontak, membuat Zera terkejut akan apa yang dia dapatkan. Dan tidak hanya dia, bahkan semua siswa dan siswi yang ada di sana.
"Bangga lo?" tanya siswa yang sudah berani memberikan tamparan itu kepada Zera-Alvin.
"A-alvin? Lo?"
"Kenapa? Lo senang dengan itu, bukan?"
"Lo ngapain nampar gue, ha?!"
"Ck! Kan setiap apa yang diperbuat harus ada balasannya, gimana sih, lo?"
"What?!"
"Bentar, gue masih punya kejutan buat lo." Setelah itu, Alvin memutari tubuh Zera, sehingga berada di belakang gadis itu.
"Lo mau ngapain?"
"Shut!"
Sret!
"Aw!!! Alvin!" teriak Zera terlihat begitu kesakitan, di saat Alvin dengan sengajanya menarik ikat rambut Zera. Bahkan, bukan hanya ikat rambut yang dia tarik, melainkan juga ikat rambut gadis itu.
"Kenapa? Sakit, ya?"
"Lo apa-apaan, sih?!"
"Bentar, kayanya lipstik lo agak gak sinkron deh."
Dengan santainya, Alvin malah membuat lipstik yang ada di bibir Zera keluar dari zonanya. Membuat para penonton di sana menahan tawa mereka.
"Ups, sorry!" ucap Alvin dengan rasa tidak bersalah.
"Lo?!" geram Zera, yang malah membuat Alvin tersenyum smirk.
"Eits! Kayanya ada yang salah deh dengan tubuh lo," ucap Alvin kembali membuat ulah dengan memutar tubuh Zera. Namun, dia tak melakukannya dengan hati-hati, melainkan tanpa adanya kesadaran, hingga membuat Zera tertungkai akan kakinya sendiri.
Bugh!
"Aw!!!"
"Alvin!" teriak Zera begitu marah. Namun, malah menghadiahkan gelak tawa untuk dirinya sendiri.
Alvin yang sudah bertingkah pun terlihat begitu tenang, seolah-olah tidak terjadi apa-apa dengan sekitarnya. Bahkan, Alvin masih saja sempat-sempatnya untuk meronggoh permen karet di dalam sakunya dan memakannya.
"Apa maksud lo, ha?" Pertanyaan Zera, sama sekali tak diindahkan oleh Alvin. Melainkan, siswa itu langsung saja meninggalkan Zera yang sudah di rendam akan amarahnya.
Bugh!
Jleb!
To be continued ...
🔑for you🔑
Mentalmu terlalu kuat, bahkan sampai lupa, jika hatimu telah kehilangan beberapa kepingannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Me but Myself (End)
Teen FictionJudul Awal : Temaram Kisah gadis Indigo Prekognision yang mampu menatap kejadian-kejadian yang akan terjadi berikutnya. Namun, kelebihan yang dimiliki dirinya, malah menjadi kekurangan yang harus membuat dia terkucilkan dari semua orang terdekatnya...