"Kamu yakin, Nak?" tanya Hans dengan raut khawatirnya.
Dengan yakin, Lainah menganggukkan kepalanya. Sia sudah memutuskan untuk tetap di sini beberapa hari ke depan.
"Tapi-"
"Ayah tenang saja. Alvin juga gak akan balik sekarang," potong Alvin, tiba-tiba muncul dari balik punggung Lainah. Lebih tepatnya dari dalam rumah.
"Alvin?" heran Lainah.
"Alvin yang akan jagain Angel di sini. Ayah gak usah khawatir. Semuanya akan baik-baik saja."
"Ya sudah kalau gitu, Ayah titip anak Ayah sama kamu, ya!"
"Loh, Alvin kan juga anak Ayah."
"Iya, kamu juga. Tapi, Angel juga anak Ayah. Dan Ayah gak mau kehilangan dia untuk ke dua kalinya."
"Oo ... jadi kalau Alvin boleh hilang, nih?" rajuknya.
"Ya ... enggak gitu juga. Ah, sudahlah, kamu ini!" frustasi Hans. Yang malah mendapatkan tawaan dari Lainah dan Alvin.
"Gitu dong, ketawa dikit. Ini murung mulu!" sambar Galaksa tiba-tiba hadir.
"Ba-bang Galaksa?" lirih Lainah sedikit was-was. Dan Alvin yang menyadari perubahan Lainah, seketika merangkul gadis itu dan mencoba untuk menenangkannya.
"Lo takut sama gue?"
"Ck! Pake nanya segala," kesal Alvin, mengundang kekehan dari Galaksa.
"Kok lo yang nyolot sih, Vin?"
"Yaiyalah, lo buat kembaran gue takut gini. Gimana gue gak nyolot coba."
"Ya-ya, gue minta maaf, deh."
"Gitu doang?"
"Ya terus?"
"Ya, bujuk kek gitu. Atau pakai bingkisan apa gitu, kek." Galaksa langsung memutar bola matanya malas. Alvin benar-benar menyusahkan.
"Udah deh, lo diam aja, Vin! Ini bukan urusan lo juga."
"Ya jelas-"
"Udah-udah! Galaksa, ada apa?" tengah Hans pada akhirnya.
"Ini Om, Galaksa mau ngasih sesuatu ke Lai- Eh, Angel. Sebagai permintaan maaf Galaksa selama ini. Dan juga, kalau Om Hans ngizinin, Galaksa mau nemanin Angel di sini, Om."
"Ma-maaf, Bang Aksa gak perlu ngelakuin ini," lirih Lainah, berusaha memberanikan dirinya.
"Gue cuma gak enak sama lo. Bagaimanapun, gue udah pernah nyakitin lo. Dan gue hanya ingin menembus kesalahan gue dulunya."
"Gak pa-pa, aku udah maafin Bang Aksa, kok. Dan Bang Aksa gak perlu tetap di sini buat temani aku. Karena sudah ada Alvin yang bakalan nemanin aku."
"Ta-"
"Bang Aksa, please!" mohonnya. Sehingga, membuat Galaksa mengurungkan niatnya pada akhirnya.
"Ya sudah, tapi gue harap lo terima ini. Gue permisi dulu." Setelah itu, Galaksa berlalu dari sana. Memasuki mobil yang berada di belakang mobil Hans.
"Ya sudah, Ayah titip putri Ayah, ya!" ucap Hans. Lalu, meninggalkan Lainah bersama dengan Alvin di teras rumah.
"Alvin? Loh, kamu gak jadi pergi?" tanya Ariana, tiba-tiba muncul dari balik pintu rumah bersama dengan Aqilla di belakangnya.
"Enggak, Bun. Alvin mau di sini dulu. Sekalian, Alvin mau nemanin Lainah di sini."
"Ooh ... ya sudah. Tapi, ini benaran tidak apa-apa, kan?" khawatir Ariana.
"Iya, Bun."
"Ya sudah, kalau gitu Bunda pulang dulu, ya! Kalian baik-baik di sini. Jaga diri. Dan ingat selalu, jangan pernah membuat kegaduhan."
"Siap Bunda!"
"Ya sudah. Kamu baik-baik ya, Sayang! Bunda harap, kamu segera datang ke rumah Bunda." Ariana pun memberikan pelukan hangat untuk Lainah dan juga sebuah kecupan di keningnya Lainah.
Setelah itu, Ariana pun berlalu dari sana. Dan di susul oleh Aqilla yang sudah selesai berpamitan dengan Lainah dan Alvin.
Setelah semuanya memasuki mobil yang mereka tempati masing-masing, mobil itupun langsung beranjak pergi dari sana. Meninggalkan Lainah dan Alvin bersama.
"Gimana?" tanya Alvin membuat Lainah mengernyitkan dahinya bingung.
"Naik motor bareng gue, yuk!" ajaknya, membuat Lainah semakin bingung.
"Heh, jangan cengo-cengo mulu. Entar, kemasukan lalat baru tau."
"Ih, mana bisa."
"Yaudah, mau gak?"
"Emang motor kamu ada di sini?"
"Ada."
"Kok bisa?"
"Motornya kakek maksud aku."
Sontak, Lainah membulatkan matanya.
"Motornya kakek? Kok mau tau?"
"Kan nenek pernah minjamin ke aku."
"Kapan?"
"Gak penting kapannya. Sekarang, kita jalan-jalan dulu!" ucap Alvin langsung saja menarik Lainah pergi menuju garasi.
"Alvin! Ih!"
...
"Gimana? Suasana sejuk, gak?" tanya Alvin di balik helmnya.
"Iya!" timpal Lainah seraya merentangkan tangannya bahagia.
Hari ini, gadis itu benar-benar menikmati artinya hidup. Dan itu semua berkat Alvin. Alvin yang sudah membuat Lainah bisa tertawa seperti sekarang.
Alvin selalu punya cara untuk membahagiakan kembarannya itu. Selalu ada hal yang membuat gadis itu terhibur akan tingkahnya Alvin. Alvin begitu pandai dalam mencairkan hatinya Lainah. Makanya, Lainah tidak mau kehilangan sosok Alvin. Sebab, hanya Alvin yang bisa mengerti dirinya setelah kakeknya dan juga Aqilla.
"Alvin," panggilnya, mengalihkan perhatian Alvin.
"Iya, kenapa?"
"Kalau suatu saat nanti, terjadi sesuatu sama aku, kamu janji ya. Janji gak akan ninggalin dan biarin aku sendirian. Tetap kaya gini, selalu ada buat aku."
"Gue mungkin gak bisa janji sama lo. Tapi, gue akan usahain buat selalu ada untuk lo. Karena bagaimanapun, lo ada satu-satunya perempuan setelah Bunda yang harus gue jaga. Dan lo gak bakalan gue biarin terluka. Gue akan berusaha buat lindungin lo terus Ngel."
"Makasih, ya!" ucapnya. Lalu, memeluk Alvin dengan penuh kehangatan.
"Sama-sama," timpal Alvin, seraya membalas pelukan itu.
"Gue tau lo takut terjadi sesuatu dan gue juga ngerasain hal yang sama, Ngel. Gue juga takut."
To be continued ...
🔑for you🔑
Jangan takut, selagi kamu tidak pernah berbuat salah. Walaupun karena kesalahan, tetap jangan takut. Karena takut itu adalah lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Me but Myself (End)
Teen FictionJudul Awal : Temaram Kisah gadis Indigo Prekognision yang mampu menatap kejadian-kejadian yang akan terjadi berikutnya. Namun, kelebihan yang dimiliki dirinya, malah menjadi kekurangan yang harus membuat dia terkucilkan dari semua orang terdekatnya...