Insiden

54 3 0
                                    

"Bagaimana, Dok?" tanya Airin di saat dokter lainnya telah usai memeriksa Lainah—dokter Elfi.

"Sepertinya dugaanmu benar, Dokter Airin." Elfi terlihat begitu kasihan menatap Lainah yang sepertinya tengah merenungi sesuatu hal.

"Ada komplikasi yang dialami oleh gadis ini. Dan kita harus melakukan tindakan lebih lanjut, agar dia bisa kembali pulih. Tapi, ini semua butuh persetujuan dari keluarganya. Apa kau tau keluarganya di mana?" ucap Elfi, ikut membuat Airin kasihan.

"Aku tidak tahu siapa keluarga gadis ini. Tapi, sepertinya dia mengalami masalah keluarga. Dan dia pasti membutuhkan seseorang yang bisa mendukungnya. Bukankah seperti itu Dokter Elfi?" tanya balik Airin.

"Ya, kau benar Dokter Airin. Tapi, bagaimanapun gadis ini harus segera dijenguk oleh keluarganya."

"Baiklah, lakukan saja untuk pemulihan gadis ini. Aku yang akan bertanggung jawab atas dirinya. Dan aku akan usahakan agar bisa bertemu dengan keluarganya."

"Baiklah, kalau itu adalah keputusanmu. Aku akan menghargainya. Tapi, ada baiknya secepat mungkin kau menemukan keluarganya." Airin mengangguk dan kembali menatap Lainah dengan iba. Lalu, Elfi pun langsung berpamitan.

"Aku berjanji padamu, Nak! Aku akan membuatmu pulih dari ini semua!" ucap Airin, seraya mengusap lembut pipi Lainah.

"Tante," panggil Lainah kepada Airin.

"Ya?"

"Bisakah kau mendengarkan aku?" tanya Lainah, sontak membuat Airin mengernyitkan dahinya bingung.

"Y-ya, tentu! Aku akan mendengarkanmu."

"Bawalah semua pasien yang ada di sini ke tempat lain!" ucap Lainah membuat Airin semakin heran.

"Kenapa begitu, Nak?"

"Aku mohon!"

"Ta-tapi, jelaskan dahulu kenapa, Nak?"

"Tante, aku mohon!"

Airin terlihat begitu ragu. Namun, hatinya seperti ada yang ingin mendorongnya untuk segera melakukan hal itu.

"Sayang, itu tidak semudah yang kamu bayangkan. Ada banyak pasien di sini. Aku tidak bisa melakukannya, Nak. Lebih baik, sekarang kamu istirahat saja, ya! Sepertinya kamu begitu lelah!" ucap Airin dengan lembutnya. Namun, membuat Lainah berkaca-kaca menatapnya.

Saat ini, dia begitu ketakutan. Potongan kejadian itu begitu kental dalam ingatannya. Dia takut, jika itu semua terjadi. Dan itu akan membahayakan semua orang yang ada di sini.

"Tan-"

"Sudah, sekarang kamu istirahat, ya!" hibur Airin lagi. Dan akhirnya, Lainah hanya mampu menahan dirinya. Dia tidak bisa mengatakan semuanya kepada Airin. Tapi, dia juga tidak bisa membiarkan bencana itu menimpa semua orang.

Setelah melihat Lainah tenang, Airin memutuskan untuk meninggalkan gadis itu sementara. Dan menitipkannya kepada sosok suster yang ada di sana.

Bahkan, sepeninggalan Airin, Lainah tak henti-hentinya memikirkan hal tersebut. Bahkan, dia semakin menjadi khawatir. Dan tiba-tiba, sebuah bel rumah sakit berbunyi begitu nyaringnya. Sepertinya ada pemberitahuan, jika telah terjadi sebuah kebakaran.

Deg.

"Sus?" lirih Lainah terkejut. Ini adalah hal yang dia takutkan.

"Tenang Dek, saya akan melihatnya dulu!" ucap suster itu, lalu meninggalkan Lainah sendirian di ruangan ini.

Sedangkan, di lantai paling atas rumah sakit ini, sedang terjadi kebakaran yang disebabkan oleh korsleting. Dan itulah yang membuat bel pertanda kebakaran berbunyi. Bahkan, para penghuni yang berada di lantai atas langsung saja turun ke bawah dengan terburu-buru. Semua orang seperti kalang kabut dengan apa yang terjadi saat ini.

Not Me but Myself (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang