Bugh!
Jleb!
Alvin tersentak begitu saja, di saat Zera dengan marahnya melempari Alvin menggunakan batu bata yang berada di pinggiran lapangan itu.
"Tidak!" teriak Lainah begitu saja, mengalihkan semua mata ke arah gadis itu. Bahkan, hal itu membuat semua orang terkejut. Lainah melepaskan penutup matanya begitu saja. Membuat, cahaya menembus retinanya.
Dan lebih terkejutnya, semua orang mampu melihat jelas bahwa Lainah berlari menuju Alvin yang tengah menahan rasa sakit dipunggungnya itu.
Bagaimana itu mungkin?
Jadi?
Tidak! Ini pasti bohong!
What?
Gue gak salah lihat, kan?
Yang benar saja!
Dia gak buta?
Kok bisa?
Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya. Dan itu sama sekali tak dihiraukan oleh Lainah.
Sedangkan, Zera yang awalnya tersenyum melihat Alvin kesakitan, langsung terkejut melihat sosok Lainah. "Gak mungkin! Gak mungkin gadis itu bisa melihat! Tapi?" batinnya.
"Alvin! Kamu tidak apa-apa?" tanyanya begitu khawatir. Alvin yang mendapatkan pertanyaan itu, sontak mengangkat kepalanya, menatap sosok Lainah yang tengah berada di hadapannya saat ini.
"Gue gak pa-pa," alibinya. Namun, membuat Lainah menggeleng. Dia tau, Alvin berbohong. Jelas-jelas, laki-laki itu menahan sakitnya. Dan itu terlihat begitu jelas dari wajahnya yang memerah.
"Kamu gak bisa bohong!" sentaknya. Lalu, langsung berdiri dari posisinya. Dan menatap sekelilingnya. Ini adalah kali pertamanya Lainah menatap sekolah ini. Dan juga kali pertamanya dia bisa menatap betapa kejamnya sekolah ini.
"Zera!" panggil Lainah begitu lantangnya, membuat seluruh penghuni sekolah ini terkejut.
Langkah demi langkah, Lainah menghampiri Zera yang kembali memasang wajah angkuhnya.
"Hai, apa ini?" tanyanya, yang malah meremehkan.
Plak!
Sontak, Zera yang bersikap angkuh langsung memegangi pipinya yang terasa begitu panas.
"Lo!" tunjuknya pada Lainah. Dan hendak ingin membalaskan perbuatan gadis itu. Namun, langsung di cegah oleh Lainah. Pandangan gadis itupun seketika berubah menjadi merah. Lainah benar-benar terlihat marah akan apa yang terjadi. Bahkan, dia sama sekali tidak menghiraukan luka pada lututnya itu.
"Berani-beraninya lo!" sentak Zera, hendak mendorong Lainah. Namun, tak lagi berhasil.
"Kenapa? Hanya segitu tenagamu?" tanya Lainah, yang kini malah menunjukkan senyuman smirknya.
Kejadian ini, membuat semua orang cengo. Bahkan, Alvin yang sudah bangkit dari posisinya dengan bersusah payah.
"What? Lo ngeremehin gue?" tantang Zera, membuat senyuman Lainah semakin mengembang.
"Lo! Benar-benar, ya!" marah Zera. Lalu, dengan beraninya, Zera langsung mendorong Lainah begitu saja. Namun, belum sampai gadis itu menyentuh pundak Lainah, Zera malah terdorong duluan dan itu tentu karena ulah Lainah.
"Zera, lo gak pa-pa?" tanya Quira, membantu gadis itu untuk berdiri.
"Lo liat sendirilah bego!" sentaknya, namun tetap menerima bantuan Quira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Me but Myself (End)
Teen FictionJudul Awal : Temaram Kisah gadis Indigo Prekognision yang mampu menatap kejadian-kejadian yang akan terjadi berikutnya. Namun, kelebihan yang dimiliki dirinya, malah menjadi kekurangan yang harus membuat dia terkucilkan dari semua orang terdekatnya...