Mimpi dan Kenyataan

54 3 0
                                    

Pagi ini, Lainah memutuskan untuk tidak menggunakan penutup matanya ke sekolah. Dan sekarang, di sinilah dia berada, di depan gerbang sekolahnya.

"Semoga saja, ini adalah awalan yang baru," monolognya, seraya mulai melangkahkan kakinya memasuki pekarangan sekolah.

Sepanjang jalan menuju kelasnya, Lainah benar-benar menjadi pusat perhatian semua orang. Bahkan, ada beberapa orang yang dengan sengaja mengambil video dirinya. Dan tentunya, itu semua tidaklah dihiraukan oleh Lainah.

"Wah, kita ketemu lagi," ucap Zera, tiba-tiba menghalangi langkah Lainah bersama dengan para kawanannya di sana.

"Selamat ya, lo udah gak buta lagi! Ups!" sindir Quira, namun mendapatkan tertawaan dari semua orang.

Lainah yang kembali menjadi target mereka semua, kini hanya menunduk dalam diam. Ini adalah dugaan buruknya dari kemarin.

"Eh, mau ke mana lo?" cegah Zera, di saat Lainah hendak melangkah pergi.

"A-aku mau ke kelas," jawab Lainah gugup.

"Nanti dulu dong, urusan kita belum selesai!" ucap Zera yang di akhiri akan dorongan. Dan itu membuat Lainah terjatuh.

Tanpa ada yang menyadari, tangan Lainah terkepal begitu saja. Seketika, tatapan Lainah pun ikut berubah. Dia terlihat seperti bukan sosok Lainah pada umumnya.

Dengan tangan terkepal, Lainah bangkit. Melayangkan tatapan tajam kepada semua orang yang berada di hadapannya saat ini.

"Apa? Lo mau nyeburin gue lagi? Coba aja! Gue gak takut sama sekali!" angkuh Zera, seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Cih, baru juga siswi baru, tapi sifatnya udah kaya orang gak normal aja!" maki Quira, semakin memancing emosional Lainah.

"Uuu ... caper!" sindir yang lainnya.

Kepalan tangan Lainah menjadi semakin kuat dan Plak! Satu tamparan mendarat dengan indah.

"Kamu memang bisa maki saya! Tapi, ingat satu hal! Saya tidak bisa menerima apa yang sudah kamu lakukan selama ini pada saya, nona Zera!" sentak Lainah, lalu mendorong Zera begitu saja. Pergi dari hadapan semua orang dengan gumpalan amarah yang lambat laun hilang begitu saja.

"***! Lihat aja pembalasan gue! Gue akan buat lo menderita!" teriak Zera dengan marahnya. Namun, sama sekali tidak ditanggapi oleh gadis itu. Sebab, dia merasa tidak terjadi apa-apa. Dan perkataan Zera tadi, mungkin saja bukan untuk dirinya, tapi orang lain.

...

Di saat jam istirahat. Lainah memilih untuk ke kantin kali ini. Dan setibanya di kantin, Lainah tak membeli makanan sedikitpun. Tidak ada nafsu sama sekali untuknya saat ini.

Entah mengapa, perasaannya sangat tidak enak. Dia merasa ada yang aneh. Ada hal yang bakalan terjadi.

"Kenapa ini? Kenapa aku tidak bisa tenang?" monolognya.

Tak lama kemudian, tiba-tiba dia teringat akan mimpinya semalam. "Apa ini semua ada hubungannya dengan semalam?"

"Tidak, ini tidak mungkin."

"Apa yang tidak mungkin?" tanya seseorang yang tak dapat Lainah lihat siapa itu.

"Semuanya pasti mungkin. Dan semuanya memang sudah terjadi. Kamu terlambat."

"Siapa? Siapa itu?" tanya Lainah, berusaha mencari sumber suara itu, namun dia sama sekali tak menemukan seseorang yang tengah berbicara dengannya dan itu membuat sekitarnya menatap Lainah dengan aneh.

Karena merasa diperhatikan, akhirnya Lainah memutuskan untuk pergi dari sana. Dia memilih untuk kembali saja ke kelasnya.

Namun, baru saja dia melangkah pergi, tangannya tiba-tiba saja di tarik oleh seseorang. Membuat Lainah sontak terkejut.

Orang itupun membawa Lainah menuju taman sekolah. Dan sesampainya mereka di sana, Lainah melah dikejutkan oleh siapa yang sudah berani menarik tangannya.

"Ka-kamu?" tanya Lainah bingung.

"Iya, ini gue. Lo ingat gue?" tanya orang itu, membuat Lainah menggeleng tidak percaya.

"Tidak. Ini tidak mungkin. Bagaimana mungkin, kamu benar-benar datang ke dalam dunia nyata saya?" tanya Lainah kembali bingung.

"Kenapa? Kamu tidak menyukainya?" tanya orang itu lagi.

"Tidak! Saya tidak menyukainya!"

"Kenapa cantik?" Orang itupun mencoba membelai lembut pipi Lainah, namun langsung ditepis oleh Lainah.

"Jangan sentuh saya!" bentaknya. Namun, membuat orang itu tertawa.

"Santai. Jangan marah-marah! Saya tidak akan melukai kamu untuk saat ini. Tapi, satu hal yang perlu kamu ketahui. Suatu saat nanti, kamu akan menyaksikan semuanya yang pernah kamu mimpikan. Dan semuanya akan beranjak mundur dari sekarang. Yaitu, dari kamu mulai membuka penutup mata itu. Dan satu persatu hal yang pernah kamu mimpikan itu sudah berlangsung secara bertahap-tahap. Selamat menikmati cantik! Saya harus pergi!"

"Tunggu!" henti Lainah. Namun, orang itu sama sekali tidak mempedulikannya.

"Apa maksud ini semua? Mimpi? Semuanya? Bertahap?" bingungnya.

"A-alvin," lirihnya tanpa sengaja. Sekali lagi, Lainah menangis begitu saja. Dia malah mengingat semua mimpi dan ingatan yang terjadi pada Alvin.

"Aw!" jerit Lainah, tiba-tiba merasa sakit pada dadanya. Seperti ada sesuatu hal yang tengah menusuknya.

"Kenapa ini?" lirihnya, menahan rasa sakit itu.

"Siapapun, tolong aku!" jeritnya, sebelum akhirnya memejamkan matanya begitu saja.

To be continued ...

🔑for you🔑
Siap tidak siap, kamu harus siap menerima setiap kenyataannya. Karena kenyataan tak bisa dipilih, sebab itu adalah takdir dengan kejelasan.

Not Me but Myself (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang