"Hei! Anak Bunda kenapa?" tanya Ariana, menghampiri Lainah yang tengah duduk di bangku taman, semenjak kepergian Zeyna tadinya.
Lainah hanya tersenyum simpul. Dan kembali fokus untuk menatap ke depan. Tanpa meminta izin, Ariana duduk di sebelah Lainah. Lalu, satu tangannya meraih tangan Lainah dengan lembut.
"Maafin Bunda, ya?" ucapnya, kembali mengalihkan tatapan Lainah.
Dari sini, Lainah bisa melihat, betapa tulusnya Ariana kali ini. Terbesit sebuah penyesalan yang begitu dalam di dalam bola matanya. Membuat hati Lainah pun ikut goyah.
"Tante-"
"Bunda, panggil aku dengan itu!"
"Bunda tidak usah merasa bersalah. Aku akan coba untuk memaafkan keadaan. Tapi, aku butuh waktu. Jangan paksa aku untuk pulih. Biarkan aku pulih sendiri." ucapnya. Lalu, melepaskan tangan Ariana dari tangannya secara perlahan-lahan. Dan beralih untuk pergi meninggalkan Ariana begitu saja.
...
"Ngel!" panggil Alvin, memasuki kamar Lainah begitu saja.
Lainah yang tengah sibuk dengan lukisannya, menatap Alvin dengan kesal.
"Kenapa gak ketuk pintu dulu?" protesnya, membuat Alvin terkekeh tidak jelas.
"Mau apa?" ketus Lainah.
"Nih," ucapnya seraya menyodorkan sebuah bingkisan kepada gadis itu.
"Apa ini?"
"Buka aja sendiri!"
"Yaudah, gak usah. Aku gak butuh juga."
"Yakin?"
"Iya."
"Yaudah," putus Alvin dan hendak berbalik arah untuk keluar dari sana.
"Eh, tunggu!" ragu Lainah. Membuat Alvin tersenyum menertawainya.
"Jangan gr! Aku cuma mau tanya. Kamu mau balik besok, ya?" tanyanya ragu.
"Ye ... siapa juga yang gr. Iya, dan lo juga bakalan ikut."
"A-aku? Gak. Alvin, aku masih mau di sini. Aku masih belum bisa jauh dari nenek."
Alvin yang melihat raut wajah Lainah yang berubah. Langsung saja kembali menghampiri Lainah. Lalu, membawa gadis itu untuk duduk bersamanya di sofa kamar gadis itu.
"Angel, kamu udah tau semuanya, kan? Bunda dan Ayah itu adalah orang tua kamu. Dan kita adalah kembaran. Jadi, gak mungkin kalau kami akan meninggalkan kamu sendirian di sini. Dan untuk perihal nenek. Kalau kamu sedih terus, sampai kapan kamu akan bisa menerima kenyataan ini? Bukankah kamu sayang nenek? Kalau kaya gini, kamu malah buat nenek sedih. Aku yakin, nenek pasti gak mau lihat cucu cantiknya ini sedih terus."
"Tapi, Vin. Semua itu gak semudah yang kamu pikirkan. Berbelasan tahun aku hidup bareng nenek. Apa-apanya, nenek yang selalu ada buat aku. Dan buat lupain nenek itu bakalan sulit buat aku. Aku gak bisa!"
"Yaudah, deh. Kayanya lo butuh waktu. Tapi, gue gak bisa membatalkan rencana ayah dan bunda. Sorry!"
"Gak masalah. Aku ditinggalkan sendirian di sini juga gak pa-pa, kok."
"Kalau itu gue gak bakalan biarin."
"Kenapa?"
"Ya enggak boleh!"
"Ih, posesif!"
"Tau juga lo posesif."
"Ya taulah, kamu kira aku kudet apa?"
"Ya, siapa tau."
"Ih! Alvin!"
"Jangan teriak! Gue masih bisa dengar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Me but Myself (End)
Teen FictionJudul Awal : Temaram Kisah gadis Indigo Prekognision yang mampu menatap kejadian-kejadian yang akan terjadi berikutnya. Namun, kelebihan yang dimiliki dirinya, malah menjadi kekurangan yang harus membuat dia terkucilkan dari semua orang terdekatnya...