"Minggir minggir woy,," Alex membuka jalan untuk ketiga temannya. Tepat di depan mading, keempat pria itu tengah fokus mencari namanya di beberapa kertas yang tertempel disana. Tidak ada yang mengumpat, kecuali anak laki-laki yang merasa risih.
Hari berlalu begitu cepat, hingga tak terasa sampailah mereka di akhir sekolah. Semua ujian telah mereka lewati dengan lancar jaya. Dan hari ini adalah pengumuman kelulusan yang telah dinanti-nantikan oleh kelas dua belas. Mungkin sebentar lagi cerita mereka akan segera tamat.
"YEYY GUA LULUSSS!" teriak Alex heboh, membuat beberapa orang berdecak malas karena suaranya yang sangat berisik. "GILA GILAA WOYYY,,, MOMMY ALEX LULUS HOR—"
PLAK!
"BERISIK!" Sungguh, suara Alex jika diteruskan dapat menimbulkan polusi suara yang dapat merusak gendang telinga. Apa lagi bagi Sakha yang tengah berjuang mencari namanya.
Entah dirinya yang memang kurang teliti atau ada salah penulisan di kertas-kertas ini, kenapa sedari tadi ia tidak menemukannya. Padahal Sakha sudah mengeceknya berulang kali, tapi tetap saja nama tampannya itu tidak ketemu.
Perasaannya bertambah gelisah saat Skyland dan Sarga telah dinyatakan lulus. Sialan, jika dirinya benar-benar tidak lulus, bagaimana nasib masa depannya.
"Udah lah, terima kenyataan aja bro" kekeh Alex merangkul bahunya. Jelas saja Sakha langsung menepis lengan itu dengan perasaan dongkol.
"Nyenyenye"
"Hallo daddy, bang Sakha tidak lulu—" baru saja Sarga ingin cepu, namun ponselnya diambil alih secepat kilat begitu saja oleh kembarannya.
Dengan cepat, Sakha mematikan sambungan telpon itu yang masih terhubung dan memasukkan nya kedalam saku, memang definisi anak durha**. "Maen-maen lo sama gua, ngajak ribut?"
"Ayo"
"Hus hus hus,, minggir kalean" seorang guru yang di kenal dengan sebutan Cimoy itu memasuki kerumunan, membuat Sakha sedikit menggeser tubuhnya. Yah Cimoy, Cici Gemoy.
"Bu, ko nama saya tidak ada sih bu" protesnya langsung, dengan raut wajah sedih.
'YNTKTS!' Batin guru tersebut. "Sebentar yah, ini ada satu kertas yang belum tertempel, mungkin ada nama kamu nya" bu Cimoy menempelkan perekat dan langsung memajangnya di mading, membuat Sakha ketar ketir di tempat.
Tunggu, setelah diamati dengan seksama, sepertinya kertas itu hanya bertuliskan nama seseorang. Dengan segera Sakha menarik kertas yang barus aja di tempel itu, membuat bu cimoy memegang dadanya terkejut.
"LULUS BROOO,,, MAKAN-MAKAN KITA DI KANTIN" Teriak Sakha tak kalah heboh. Yah,, walaupun jika di bandingkan dengan nilai Sarga dan Skyland, nilai dirinya sangat jauh di bawah.
"Gass,,,"
"MAKAN GRATIS DI KANTIN, SAKHA YANG BAYAR GUYS,,"
"AMBIL AJA SEPUASNYA"
Pletak
Pletak
Sakha memukul kedua bahu temannya itu menggunakan kertas. Gila saja jika dirinya mentraktir satu sekolah, yang ada uang bulanannya habis tidak sesuai target. Lagi pula kan dia tidak mau menjadi beban keluarga, maunya jadi kepala keluarga nanti bersama Felica. Ahahah,,,
Kembali pada kenyataan, Sakha dibuat terkejut saat teman-temannya sudah tidak ada lagi di sana. Mereka sudah berlari kearah kantin bersama dengan siswa-siswi lain. Menghela nafas gusar, Sakha menekan nomor kontak di ponselnya. Dan terhubung, seseorang di sebrang sana mengangkat panggilannya.
"Daddy,, trans—"
"Tidak, nanti mommy marah"
"Ayolah Daddy, nanti Sakha pijat lagi deh kaki berbulu nya"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Family (SEQUEL) || END
Юмор(SEQUEL NOT PERFECT HUSBAND) #RANDOM 🗿DISARANKAN MEMBACA NPH DULU🗿 Kisah perjalan rumah tangga Skala dan Sayna setelah dikaruniai dua anak kembar laki-laki yang memiliki tingkah sangat absurd. Sakha Alltha Mahendra, Anak pertama dengan tingkah yan...