Berdamai dengan kenyataan, akhirnya tiba saat yang dinanti-nantikan semua orang. Kecuali, pria yang kini tengah duduk dengan sepiring salad di kedua tangannya, dan jangan lupakan kacamata hitam yang senantiasa bertengger untuk menutupi matanya yang membengkak.
Setelah melalui konflik yang cukup panjang antara dua keluarga, Skala dan Ander akhirnya sepakat untuk menikahkan putra-putri mereka. Kecewa? Jelas saja, kedua pria itu sangat kecewa. Skala sebulan ini tak banyak bicara, bahkan kepada Sayna. Pria itu terus merenungi perbuatan di masa lalu, mungkin ini sebuah karma?
"Jadi bagaimana para saksi, sah?"
"Sah"
Satu kata itu mampu membuat hati Sakha kembali berdenyut sakit. Gadis, maksudnya mantan 'gadis' nya kini telah menikah dengan saudara kembarnya. Huaaa,, ingin menangis saja rasanya.
Sakha kembali menyuapi satu sendok salad kedalam mulutnya yang masih penuh. Dilihatnya kini Sarga yang tengah mencium kening Felica setelah wanita itu menyalami punggung tangannya. Hal itu tentu saja membuat hatinya kembali meringis.
Harusnya, dia yang di sana kan?
Srott
Sakha kembali membuang ingusnya pada dua lembar tissue yang tidak bersalah. Pria itu membuang asal tissue penuh ingus tersebut ke lantai. Sialnya tak berselang lama, pasangan suami-istri yang bisa diperkirakan jika itu adalah teman mommy-nya lewat di hadapannya dan menginjak tissue tersebut hingga menempel pada high heels. Tentu saja hal tersebut membuat ibu-ibu itu terlihat seperti ayam yang kakinya tersangkut plastik.
"Ahahaha,, hikss,,.heuhhh,,,hikss" Sakha menahan tawa disela tangisannya. Sialan, siapa yang menggoyangkan perutnya ini hingga terasa geli. Ini benar-benar sangat menyiksa dirinya.
"Sayna,, haii"
"Intan? Astaga apa kabar, huhh kangenn" kedua wanita itu saling berpelukan melepas rindu. Memang semenjak lulus dari SMA keduanya jarang sekali bertemu, keduanya disibukkan dengan urusan masing-masing. Sayna yang sibuk mengurus Skala, sedangkan Intan melanjutkan kuliah ke luar negeri.
Jujur saja waktu itu ia sedikit iri dengan sahabatnya yang masih bisa bebas ke sana ke sini, melakukan semua aktivitas yang ingin sekali Sayna lakukan. Tapi mau bagaimana, dirinya sudah punya kewajiban di saat usia remaja.
"Gua baik,, lo sendiri gimana?"
"Alhamdulillah baik"
"Ga kerasa ya na waktu berjalan begitu cepat. Gua ga bisa lupain awal kita ketemu di SMA, sekarang lo udah mau nikahin anak aja na"
"Iya Tan, nanti yang punya cucu ternyata gua duluan" keduanya tertawa, dulu saat masih sekolah keduanya memang sering membayangkan masa depan. Biasa, mereka ini termasuk kedalam kategori cewek-cewek halu. "eh gimana sama kandungan lo?"
Intan melirik suaminya dengan senyum manis, membuat pria yang ada di sampingnya ikut tersenyum. Setelah lamanya mendambakan sang buah hati, akhirnya di usia pernikahan yang ke 2 tahun ini dirinya dinyatakan hamil. Intan sangat bersyukur akan hal itu, di tambah suaminya pun tak pernah menuntut agar cepat hamil, pria itu malah mensupport nya. Memang yah, membuat pria dingin menjadi bucin itu sesuatu.
"Doain aja ya hehe"
"Pasti dong, eh ayo duduk dulu. Bumil ga boleh lama-lama berdiri" Mereka duduk di salah satu kursi, sementara Sayna, wanita itu izin pergi untuk memanggil Skala.
"Mau salad? Aku ambilin" tanya Tian perhatian. Yah, Tian, pria itu berhasil merebut hati kedua orangtuanya. Jujur saja, Intan tak pernah sekalipun berpikir dapat menikah dengan es batu berjalan seperti suaminya. Dingin, cuek, berprestasi, rajin, dan bonusnya wajah tampan lelaki itu, sangat bertolak belakang sekali kan sama dia yang pemalas, mengerjakan tugas pun jika mau. Tapi dia tidak bodoh-bodoh banget ko, hanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Family (SEQUEL) || END
Hài hước(SEQUEL NOT PERFECT HUSBAND) #RANDOM 🗿DISARANKAN MEMBACA NPH DULU🗿 Kisah perjalan rumah tangga Skala dan Sayna setelah dikaruniai dua anak kembar laki-laki yang memiliki tingkah sangat absurd. Sakha Alltha Mahendra, Anak pertama dengan tingkah yan...