"Ck! Ayolah kenapa dia tidak membalas pesan ku" sedari tadi Skala sibuk berkutat dengan benda pipih di tangannya, ia bahkan tidak memperdulikan laptop yang menyala di atas meja. Pikirannya terus terganggu dengan kondisi Sayna yang masih marah padanya. Tapi kenapa wanita itu menjadi sangat sensitif? Apa mungkin tamu bulanan itu datang lagi?
Saat akan pergi saja Sayna tidak mengantarnya sampai depan. Tidak ada ucapan hangat yang biasa wanita itu sampaikan untuk menyemangatinya, bahkan ia tidak mendapat kecupan sedikit saja pada pagi hari ini.
Memijat kepalanya frustasi, Skala masih setia membuka room chat nya dengan Sayna. Yah walaupun pesan-pesan itu hanya dibaca tanpa di balas oleh istrinya. Serius? Skala harus tidur sendirian lagi malam ini? Tidak mauuu,,
Sarga menyenggol lengan Sakha yang sibuk memakan cemilan. Mereka tengah duduk santai di sofa ruangan Skala, dengan beberapa cemilan yang sudah disiapkan. Jangan berprasangka buruk, di atas meja mereka pun terdapat laptop yang menampilkan pekerjaan masing-masing.
Sarga melirik Skala, pria itu lantas memberikan kode kepada kembarannya untuk melihat raut cemas daddy-nya.
"Kenapa lagi bapak lo" tanya Sakha pelan.
"Kayanya belum di maafin sama mommy" ujar Sarga tak kalah pelan. Tadi pagi ia juga berangkat duluan, memberikan ruang untuk daddy-nya menangis.
"Kasian ya, mana udah tua lagi"
Sarga mengangguk membenarkan "ubannya pasti udah banyak" ujarnya sok tau. Layaknya ibu-ibu arisan, kedua remaja itu bahkan sangat pandai dalam bergosip.
Ceklek
Pintu terbuka, menampilkan seorang perempuan yang sedari tadi Skala pikiran. Bahkan pria itu sampai tidak menyadari jika Sayna sudah duduk di sofa, berkumpul bersama kedua anaknya.
"Mommy, daddy sedari tadi bermain ponsel terus. Jangan-jangan sedang chatting-an dengan wanita lain" ujar Sakha memulai permainan. Untuk kali ini sepertinya Sarga tidak akan ikutan dalam memfitnah daddy-nya. Ia sedikit tidak tega melihat wajah Skala.
"Hm?" Sayna yang tengah membuka bekal makanan yang ia bawa, langsung beralih menatap anak itu dengan tampang bertanya.
Skala chatting-an dengan wanita lain? Ia sangat tidak percaya akan hal itu. Mengingat sedari tadi ponselnya bergetar, mendapatkan pesan masuk dari pria itu. Lagi pula Skala tidak punya kontak wanita lain, selain ia dan Alice-mamahnya. Bahkan pria itu saja tidak menyimpan kontak Novi, Vivian, maupun Vanilla.
"Udah, kalian makan dulu. Udah jam istirahat kan" Sayna menyerahkan dua kotak bekal makanan, yang langsung diterima keduanya.
"Mom, ternyata bekerja seperti daddy sangat pusing" ujar Sarga tiba-tiba.
Sakha menganggukkan membenarkan, pria itu lantas menyuapkan makanan kedalam mulutnya. "Sakha kira cuma duduk, tanda tangan, terus dapet uang. Eh ternyata daddy juga harus membuat keputusan yang tepat, ga asal-asalan"
"Apalagi saat meeting berlangsung, otaknya harus dipakai semaksimal mungkin. Huhh Sarga saja sudah sangat pusing mom" ujar anak itu mengadu. "Mommy tidak kasihan pada daddy?"
Bukan hanya Sayna yang menatap kearahnya, bahkan Sakha pun selaku abang menatap Sarga dengan shock. Ini kenapa kembarannya malah berpihak pada daddy-nya begini sih?
Menatap Skala yang masih fokus pada ponselnya. Sayna beralih mengambil benda pipih yang sedari tadi bergetar. Sepertinya ia sudah sangat kelewat dalam mendiami pria itu.
Mengambil kotak makan bergambar kupu-kupu, Sayna berjalan kearah Skala. Iya, ini adalah kotak makan kesukaan Skala selain boxer kupu-kupu yang dulu sempat ia belikan. Wanita itu berdiri tepat di belakang kursi suaminya, yang sampai sekarang bahkan tidak menyadari keberadaannya. Memencet kontak suaminya, Sayna menghubungi nomor Skala yang sedari tadi terus ia tolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Family (SEQUEL) || END
Humor(SEQUEL NOT PERFECT HUSBAND) #RANDOM 🗿DISARANKAN MEMBACA NPH DULU🗿 Kisah perjalan rumah tangga Skala dan Sayna setelah dikaruniai dua anak kembar laki-laki yang memiliki tingkah sangat absurd. Sakha Alltha Mahendra, Anak pertama dengan tingkah yan...