Bahagia?

16 3 0
                                    

Semua tampak tersenyum dengan mata yang berbinar melihat pemandangan yang ada di depan mereka. Tak lama semua sibuk dengan kamera dari hp masing-masing mengabadikan semua yang ada di sana, foto gunung, hutan, danau yang luas, dan jangan lupakan foto mereka bersama dengan beberapa aib yang sedikit memalukan pun sudah diabadikan oleh mereka.

Dan disinilah mereka sekarang, berhenti di 'penatapan' sambil menunggu pesanan mie kuah mereka yang entah sudah berapa lama dipesan namun belum datang juga. Kalau kata mereka sih, "Ke berastagi ga makan indomie ga afdol" oke baik sebahagia mereka aja.

"Untung ya hari ini kita bangun telat" dengan tanpa dosanya sean tersenyum bangga setelah ucapannya barusan. *bugh* *gedebug* *jeder bum tak tes* semua kompak menganiaya Sean dengan tenaga penuh. "WOI MATI GUA ENTAR" Teriak Sean sambil menangkis semua pukulan temannya. Agatha menatap sinis Sean, "Lagian gatau diri" saut alam.

"Ya coba bayangin, kalo ga telat bangun kita ga bolos dan kalo ga bolos kita gaakan kesini. Jadi bersyukur dong kita telat bangun, salah baim apa?!" Balas Sean dengan tampang yang sedikit memelas. "Banyak" saut mereka bersamaan.

"Kita bisa kesini lagi ga ya setelah lulus? Masih bisa bareng ga ya?" Kini giliran Sabitha yang ngomong, tapi sepertinya topik ini agak sensitif bagi mereka. Terlihat jelas bagaimana raut Agatha yang sudah tak enak dan sedikit menunduk, Daniel yang menatap lurus ke depan, Alam dan Rain yang sibuk dengan fikirannya masing-masing, dan Sean yang menghembuskan nafasnya kasar. "Bisa, pasti bisa." Jawab sean, "Tapi mungkin ga dalam waktu dekat ini, tapi sejauh apapun kita gua yakin ada titik kita bisa balik kaya gini lagi. Gua bukan tim inti di pertemanan kalian berempat tapi gua ngerasa nyaman ada di dekat kalian semua, bukan karena gua pacarnya Agatha makanya gua ada disini sama kalian, tapi gua nganggep kalian emang udah kaya sahabat lama gua, dan kalian itu tempat gua untuk pulang." Lanjut Sean dengan tatapan optimis.

"Gua pindah setelah lulus." Agatha masih nunduk, ngaduk teh manis hangatnya yang sudah mendekati es teh manis karena temperatur sekitar mereka dingin. "Gapapa, lu pindah kan bukan mati? berarti ada kesempatan buat main lagi. Kita udah terlatih kan? hilang, balik, hilang lagi, balik lagi. Inget dua tahun yang lalu kita bahkan jarang dan hampir gapernah ngumpul se-lengkap ini kan? Tapi kita bisa balik ke titik ini lagi, bareng lagi. Sama kek yang dibilang sama sean, kita tuh kayak rumah. Lu ga 24 jam tinggal di rumah, tapi kemanapun lu pergi, seluas apapun lingkungan lu, lu bakal balik kesini. Rumah lu disini, kita sendiri." Balas Daniel dan merangkul Agatha. Sabitha dan Rain beradu tatap dan tersenyum tipis, dengan langkah pasti mereka mendekat dan memeluk Daniel dan Agatha bersamaan.

"Ekhem, boleh gabung ga?" Alam menginterupsi kegiatan berpelukan ala teletubies mereka dan diikuti dengan Sean yang nyengir tanpa dosa, "Sini, lu berdua juga bagian dari kita kok" Sabitha mengizinkan dan merentangkan sebelah tangannya mengajak mereka bergabung, Sean dan Alam segera bergabung dan mengusap punggung satu sama lain. "Danta jangan pecah ya? Kalo pecah, gua sama siapa" Rain mulai menangis, "Yaelah cengeng banget nangis mulu bocil" Ejek Sabitha yang sudah mulai membaik suasana hatinya. "WOI MAU SAMPE KAPAN NI KITA KEK TELETUBIES?! PENGAP WOI" Teriak Agatha dan semua terkekeh geli lalu mulai melepaskan pelukan mereka masing-masing. "Ah gua bakal kangen moment ini" Agatha menarik nafas panjang dan menghembuskan kasar, "Makasih ya, lo semua salah satu hal istimewa yang gua dapetin di kota ini walaupun singkat. Ayo kita bikin lebih banyak lagi kenangan-kenangan lainnya!" Seru Agatha dengan antusias walaupun agak netes sedikit, mau bagaimanapun Agatha juga sama dengan mereka. Dia cengeng, tapi kadang sok kuat kek hulk.

"AYOOOO!!!!!!" saut mereka bersamaan. "Eh ayo makan dulu cok, mie nya ngembang kek Rain." Alih Daniel dan tertawa kecil. "Bangsat" saut Rain lalu kembali ke kursinya dan menyantap mie yang sudah mulai dingin itu dengan hikmat.

Makanan sudah habis, minuman sisa es, perut kenyang, dan mereka terdiam kekenyangan. Daniel dan Sean sibuk dengan rokoknya, Agatha, sabitha dan rain sibuk dengan mimpi masing-masing dan Alam yang sibuk dengan kamera hpnya.

"Eh ayo foto bareng" Seru Alam melirik ke arah temannya. Daniel dan Sean mengedikkan bahu acuh, "Kita mah ikut aja" Jawab mereka.

"WOI TIGA BABI BANGON" Sean teriak tepat didepan rain, sabitha, dan agatha.

Sabitha mengucek matanya sambil sesekali menguap, "Ayo" jawab Agatha yang entah kapan sudah bangun. "Woi gendut bangun" Daniel menyipratkan air bekas cuci tangannya. Rain hanya membuka matanya malas, "Dan kau bisa diem ga" Kesal Rain.

"Udah belum ributnya? ayo foto!" Seru Alam sambil menggandeng satu bocah yang entah didapat dari mana.

"Dek tolong fotoin ya" Alam memberikan hpnya sambil menarik teman-temannya untuk berpose ditempat yang sudah diaturnya.

"Dek hitung dulu sebelum foto" Ucap Sabitha sambil memperbaiki rambutnya yang terkena angin.

"Oke kak, 1 2 3 CHEESE!" Semua tersenyum dengan antusias. "Lagi-lagi!!" Sean sambil memperbaiki bajunya.

"1 2 3 CHEEESE!!" Semua tersenyum ke arah kamera.

"1 2 3 CHEEESE!!" Semua tersenyum ke arah kamera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-tertanda, Rain, Daniel, Sabitha, Agatha.


Lies of lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang