i feel enough

14 0 0
                                        

     Setelah perjalanan yang cukup panjang dan cukup melelahkan, disinilah mereka sekarang. Rumah Agatha yang sudah tidak berbentuk lagi, semua berbaring dengan posisi yang tidak karuan.  Entah apa yang menjadi awal, tapi satu persatu dari mereka mulai mengusap matanya pelan, "Udah jam berapa ni?" Monolog Sabitha sambil membuka handphonenya dan terkejut saat melihat angka yang menunjukkan pukul 22.15 atau jam 10 malam. "WEH GILA JAM 10 MALAM!!" Sentak Sabitha sambil bangkit dan mencuci wajahnya di kamar mandi. 

          Agatha, Rain terbangun dan mencoba untuk mengembalikan kesadarannya. "Kita nginep aja lagi sab, daripada pulang jam segini. Ini yang cowo juga pada cape pasti abis nyupirin kita." Jawab Rain enteng.  Semua mengangguk setuju dan melanjutkan istirahatnya. 

      Pagi datang, semua sudah bersiap untuk ke sekolah masing-masing. Rain dan Alam sudah bergegas lebih dulu karena harus kembali ke rumah untuk mengambil seragam, Agatha dan Sean pun sudah berangkat, sama halnya dengan Daniel dan Sabitha yang berangkat bersama. Selama di perjalanan, Daniel dan Sabitha hanya diam tanpa ada topik pembicaraan sampai pada akhirnya daniel yang memulai terlebih dahulu. "Sab, kalo nanti aku ajak nonton mau ga? Soalnya ini ada tiket nganggur satu lagi." Agatha diam sambil mengamati Daniel dari spion, "Tumben banget? Ga ngajak anak-anak?" Tanya Agatha sedikit heran dan dibalas gelengan oleh Daniel. "Kita aja, kalo kau gamau juga gapapa sih.. aku ga maksa" Nada Daniel sedikit mengecil, jujur ada rasa takut. Takut ditolak dan takut kecewa dengan jawaban Sabitha. 

           Daniel mencoba menebak jawaban apa yang dia akan terima, tapi tetap tidak mendapat clue apapun. Dan sabitha saat ini hanya diam memperhatikan jalan, tidak menolak ataupun menerima ajakan Daniel. Sedikit sakit namun Daniel bisa apa? Dia tidak bisa memaksa.

            Setelah sampai di sekolah Sabitha, saat dia ingin menarik gasnya untuk bergegas. Sabitha menarik pelan lengan jaket Daniel, "kabarin gua filmnya hari apa dan jam berapa ya.. thanks btw Dan, hati-hati di jalan" Setelah itu Sabitha berbalik dan masuk ke sekolahnya. Sedangkan Daniel? Jantung dan wajahnya tidak bisa dikondisikan, seperti ada yang hampir meledak tapi bukan balon. Ada yang merah tapi bukan tomat. Senang bukan main rasanya! Ajakannya diterima oleh pemilik hati, nikmat mana lagi yang kau dustakan? Daniel buru-buru bergegas dengan perasaan bahagianya yang meledak, selama di perjalanan membayangkan bagaimana nanti rasanya menonton bersama dan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. 

      Lain hal dengan Sean saat ini yang sedang berdiri di depan tiang bendera, kalau ada yang bertanya kenapa.. alasannya cuma satu. Ya, dia lupa untuk membawa buku soal yang seharusnya mereka bahas berhubung dia kelas akhir dan semester ini adalah semester persiapan dia untuk masuk perguruan tinggi. "YaAllah, hari-hari kalo ga dihukum ya diprank jam kosong.. nasib hamba gini banget" Sean menarik nafas panjang, kalau bisa dia lipat sekolah ini sepertinya itu opsi terbaik baginya untuk saat ini.  "Sean!!" Sean menoleh dan mengernyitkan dahinya, dia lagi? Kenapa harus sekarang?!

    "Kau ngapain Resya? Bukannya kau bawa buku ya?" Tanya Sean heran, "Bawa, tapi mending dihukum di sini lah sama mu daripada di kelas" Jawab Resya dengan cengiran santainya. Sean menarik nafas panjang sambil berdoa agar Rain tidak melihat ini dan mengadukannya pada Agatha. Ya, Agatha bukan tipe pencemburu buta. Tapi khusus gadis satu ini, Agatha sangat tidak menyukainya. Resya lavronie mantan sean satu-satunya, putus karena Resya lebih memilih untuk berpacaran dengan pasukan 'halo dek' namun setelah putus justru kembali dan mengganggu Sean lagi. Hanya Resya yang pernah membuat Sean nangis hanya karena diputusi dan menjadi objek 'gagal move on' selama beberapa bulan. Di awal hubungan sean dan agatha pun, resya sempat hadir dan membuat sean goyah. Namun, akhirnya Sean kembali memilih Agatha.

40 Menit lamanya berlalu, Sean dan Resya hanya diam berdiri di depan tiang bendera. "Sean, kamu belum ada niat putus dari pacarmu itu?" Sean mengernyit saat mendengar perkataan resya, "Ga ada niat, dan gaakan pernah." Jawab Sean dengan mantap. "Yakin? We have a lot of memories Sean. We made for each other." Resya kini berbalik menghadap Sean, menatap berusaha meyakinkan. "If we made for each other, you will never leave me for other man resya." Jawab Sean dengan nafas panjang, "Lagipula, masa untuk kita berdua udah lewat. Sekarang, gua nemuin agatha, dia emang orang baru sya. but i feel enough with her." Bersamaan dengan perkataaan terakhir sean, bel istirahat berbunyi. "Gua cabut duluan ya. lo semangat belajarnya jangan bolos mulu" Sean pergi meninggalkan Resya di lapangan dengan wajah penuh kesal. 

"Sean, we made for each other." Gumam resya lalu pergi meninggalkan lapangan.


  "SEAN ANJENG MINUM GUA JANGAN DIABISIN!!!!" Rain mengamuk, minumnya hampir habis dalam hitungan detik. Sean hanya tertawa, "Sorry lah, aku abis dihukum di lapangan.. kau ga kasian nengok aku ha? dah cem ikan teri aku ni" Sean melanjutkan minumnya sampai habis, Rain hanya diam pasrah, mau dilarang pun pasti akan tetap dihabiskan. "Huft, kau datang kalo ga nyari masalah ya ngelawak gajelas. Sean sean, dah tua bukannya makin bener malah makin halal disepak" Rain menelungkupkan wajahnya ke meja, dia mengantuk. 

Setelah selesai minum, Sean duduk di sebelah Rain. "Tadi Resya nyamperin gua lagi" Rain menolehkan kepalanya, "Ngapain lagi tu cabe?" Sewotnya, "Biasa, another bullshit" Jawab Sean enteng. Rain menegakkan badannya, "lo ga betingkah lagi kan? Temen gua kalo lo apa-apain, pala lo gua ratain." Ancam Rain, dia tidak pernah bercanda kalau urusannya berhubungan dengan perasaan temannya. "Engga bocil, temen kau aman samaku." Jawab sean mantap dengan senyumnya, "Dah ya, gua balik kelas. Thanks minumnya brodie" Sean melengos begitu saja, Rain menarik nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya. "I wish a happy ending buat kalian berdua."







"I have looked at you in million of ways and I have loved you in each."


Lies of lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang