Kapan?

27 3 0
                                    

Author Pov

Sekarang mereka berempat sedang duduk di teras rumah sabitha.

Rain dan Agatha hanya bertukar pandangan tanpa ada niat membuka percakapan antara mereka.

"Ekhem" Dehaman Daniel memecahkan keheningan yang sedari tadi membuat mereka canggung.

"Jadi kapan mau bicara?" Tanya Daniel sambil menatap Sabitha.

Saat ini Sabitha duduk di salah satu kursi sedangkan yang lainnya duduk di lantai menghadap sabitha.

"Jangan liatin aku gitu dong" Ucap Sabitha memalingkan wajahnya.

"Ada apaan sih? Aneh banget deh ga biasanya begini" Agatha mulai jengah dengan kecanggungan antara mereka berempat.

"T-tadi aku liat Indra boncengan sama cewe" Sabitha menundukkan kepalanya.

"YAELAH GEGARA MANTAN TERNYATA ANJING AH GUE KIRA APAAN" Agatha membesarkan suaranya karena merasa hal ini sangat tidak penting.

"Diem." Daniel menatap Agatha tajam.

Rain menghela nafas merasa bingung harus berbuat apa, dia tau sahabatnya satu ini memang selalu gagal untuk move on.

"Maaf" Sabitha belum juga menaikkan kepalanya.

"Gausah minta maaf, kita tau kau belum bisa move on." Daniel berusaha menenangkan.

Rain menatap daniel lama, namun dia tetap diam.

"Aku masih sayang..." Sabitha menggantung ucapannya.

"Ga penting tau ga sa, dia udah ada yang lain sedangkan kau masih mikirin dia. Rugi!" Agatha memutar bola matanya.

"Tapi kan aku gabisa ngatur perasaanku, kalo bisa juga udah dari lama aku mau lupain dia." Sabitha melanjutkan ucapannya.

"Lo tau ga, lo nyia-nyiain satu cowo yang selalu ada buat lo demi tu manusia bangsat." Agatha kali ini ingin sedikit membuat sabitha sadar bahwa indra sudah menjadi masa lalunya.

"Hah? Sia-siain siapa?" Sabitha bertanya dengan wajah polosnya.

"KAU GA TAU?! DIA ITU DA-- AW" ucapan Agatha terpotong karena bahunya disikut Daniel dan dibalas dengan tatapan sinis agatha.

"Heh janda depok kalo ngomong jangan pake toa!" Rain kesal dengan suara agatha yang sangat besar.

"Bacot lo" Agatha kesal dengan Daniel dan Rain.

"Apaan sih maksudnya apa? aku nyia-nyiain siapa?" Sabitha masing bingung dengan ucapan agatha yang terpotong.

"Udah gausah dibahas, kau kaya gatau si agatha anaknya kan gajelas" Daniel mencoba untuk mengalihkan topik.

"Alihin teros ekhem" Rain menggoda Daniel.

"Bacot" Daniel menatap Rain sinis.

"Yaudah ah aku mau balik" Rain berdiri namun langkahnya terhenti ketika mendengar suara agatha yang sedang bertelepon.

"Sean lu dah kelas 12 tapi kelakuannya kek bocah ye, bisa-bisanya lu nyebur ke got" Agatha menggelengkan kepalanya.

Rain, daniel, dan sabitha diam. menyimak pembicaraan mereka.

"Yaudah gue kesana deh, nyusahin doang kerjaan lu." Agatha mematikan telponnya dan berbalik ke arah mereka bertiga.

"Apa liat-liat" Agatha sewot sambil mendekat ke arah mereka.

"Kenapa lagi cowo lu?" Tanya Rain.

"Biasa sok ngebut malah nyebur got" Agatha sambil merapihkan barangnya.

Mereka bertiga langsung tertawa terbahak-bahak karena ulah sean.

"Udah ah gue mau samperin dia dulu, katanya ga jauh dari sini" Agatha langsung melangkah pergi dan dijawab anggukan oleh Sahabat-sahabatnya.

"Yaudah ah aku juga mau balik, anter dan" Rain menarik tangan Daniel.

"Tapi aku masih mau nemenin sa-" Ucapan Daniel terpotong karena Rain menatapnya tajam.

"I-iya deh iya" Daniel mengambil kuncinya dan mereka berdua berpamitan dengan orang tua sabitha.

Dalam perjalanan balik, Rain terus menatap bahu daniel.

"Kapan mau jujur?" Rain berbicara tepat disebelah telinga daniel.

"Gatau" Jawab Daniel singkat.

"Kapan" Rain bertanya lagi.

"Gatau" Daniel tetap menjawabnya dengan singkat.

"kapan!?" Kali ini ada penekanan dalam ucapannya.

"Gatau!" Daniel membalasnya dengan nada yang sama.

Daniel menghela nafas dan menepikan motornya.

Daniel setengah berbalik ke belakang.

"Aku gamau maksain, kalau dia nyamannya cuman berteman ya gapapa, kalau dia nyamannya jadi adekku ya gapapa." Ucap Daniel sambil menatap Rain lekat.

Rain geram dengan Daniel. Rain membalas tatapan Daniel.

"Kau itu cowo! Kau yang pegang kendali! Kalo kau suka, kalo kau sayang ya ucapin bukannya pake kedok sahabat dan abang. Sekarang ku tanya, kau rela dia dapet cowo lain?" Rain menyerang Daniel dengan pertanyaannya.

"Ngga. Tapi aku gamau hanya karena aku jujur nantinya dia canggung" Daniel menunduk.

"Dan, lebih baik begitu daripada nantinya kau nyesel. Jujur aja, kau kalau berani sayang ke cewe kau harus berani jujur dan berani ditolak. Itu baru laki" Rain menepuk kepala daniel pelan.

"Oke, aku bakal jujur. Tapi jangan sekarang." Ucap Daniel.

"Iya terserah. Tapi persiapin dari sekarang mentalnya." Rain menepuk bahu daniel dan dibalas anggukan oleh Daniel.

Daniel kembali mengarah ke depan dan menjalankan motornya.

To be continue.





Lies of lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang