Gitu doang?

17 3 1
                                    

"Kak ayo makan malam dulu" Mama sudah berada di depan pintu kamar Rain. 
"Iya ma" Rain langsung bangkit dan mengikuti langkah mama menuju ruang makan dan duduk di sana. 

Dengan hening Rain bergabung dengan papa dan neneknya yang sudah daritadi berada di meja makan lalu mengambil makanannya.

"Gimana tadi jalan-jalannya kak?" Tanya mama berbasa-basi.
"Ya gitu ma biasa aja" jawab Rain singkat. "Mama kapan balik ke Aceh?" Tanya Rain balik.
"Besok kak, mama berangkat pagi." Jawab mamanya dan dibalas anggukan oleh Rain.

"Ma kakak udah selesai makannya, kakak ke kamar duluan ya" Rain langsung memeluk mamanya dan mencium kedua pipi mamanya.

"Papa ga dipeluk kak?" Tanya papanya.

"Gamau ah bosen, ketemu papa kan tiap hari" Jawaban Rain membuat papanya terkekeh.

"Yaudah goodnite ya sayang, sleep well" Mama mengelus rambut Rain dengan lembut.

Rain langsung beranjak pergi ke kamar lalu mengunci pintu dan berbaring di kasurnya.

"Ah besok mama udah ga di sini lagi" Tak terasa pipinya sudah mulai basah oleh air matanya sendiri.
"Rain bego, kenapa ga ngomong langsung aja coba? Kenapa ga ngomong langsung kalo lu tuh pengennya mama disini! Sama lu!" Rain semakin terisak dan memukul dadanya yang terasa sedikit sakit.

Namun setelah itu Rain justru menggelengkan kepalanya dengan tetap terisak. "Ga ga ga gua gaboleh egois, Rain lu gaboleh egois! Kalo emak lu ga kerja lu makan apa dongo?! udah deh jangan cengeng" Rain meyakinkan dirinya sendiri dan berusaha untuk berhenti menangis.

Rain mendudukkan dirinya, lalu memeluk kakinya sendiri. Dia menarik nafas panjang dan berusaha menghentikan tangisnya namun tetap saja justru ia semakin terisak.

Di kepalanya kini saat ini teringat beberapa kenangan semasa ia kecil. Ia teringat bagaimana ia sedari kecil seringkali dititipkan di rumah tantenya karena orang tuanya yang harus kerja di luar kota atau sekedar dititip pagi lalu malamnya dijemput lagi. Rain tersenyum mengingat itu, Rain juga ingat bagaimana dia sangat senang setiap akhir pekan atau akhir bulan karena seringkali ia diajak mamanya untuk jalan-jalan ke puncak bersama rekan kerja mamanya. Tangis Rain semakin menjadi ketika ia juga mengingat bahwa akhir-akhir ini mamanya sangat amat sibuk, walau dia ada di sini namun tetap fikirannya ada di pekerjaannya.

"Ma Rain kangen kita yang dulu" Rain menahan isakannya agar tidak terdengar oleh nenek ataupun orang tuanya.

Dalam isakannya perlahan Rain masuk dalam ruang mimpinya, dengan pipi yang basah kini mata itu tertutup tenang, namun isakannya masih bisa terdengar walau sangat kecil.

Keesokan pagi Rain sengaja bangun pagi karena ia mau melihat keberangkatan mamanya.

"Ayo doa dulu" Neneknya memanggil untuk berdoa sebelum keberangkatan mama.

Setelah doa selesai, mama mulai memeluk neneknya dan berpamitan, lalu memeluk suaminya. Namun saat mamanya mau memeluk Rain tiba-tiba temannya yang akan ikut ke Aceh datang dan membuatnya pergi sebelum memeluk Rain. "Ma" Rain memanggil mamanya karena ia belum dipeluk. "Eh iya mama lupa" Mamanya datang mendekat namun.. "Nih" mamanya memberikan uang untuk pegangan Rain.

"Ehm ma.." Rain tampak kecewa karena mamanya lupa.
"Apa? Kurang? Udah cukupin aja pokonya" Mamanya pun langsung bergegas pergi.
Rain memandangi uang yang saat ini dipegangnya, dia tersenyum miris. "Terlupakan" Ucap Rain pelan lalu masuk kedalam rumah tanpa memperhatikan mamanya pergi.

Agak sedikit sesak sebenarnya namun tetap bersiap untuk pergi sekolah.

"Kak ayo sarapan dulu" Ucap opung setelah melihat Rain keluar dari kamar.

Rain mengangguk dan ikut duduk di meja makan.

Setelah selesai sarapan Rain bergegas karena Alam sudah menunggu sedikit lama di teras rumahnya.

"Pung aku pergi ya" Rain dan Alam menyalami opung lalu pergi.

------Di sekolah----

*KRING KRING KRING* Bel berbunyi dan siswa berhamburan masuk ke kelasnya masing-masing.

Rain dan Alam yang ngos-ngosan karena hampir telat pun langsung duduk dan menarik nafas panjang saat sampai di kursinya.

"Selamat pagi anak-anak" Sapa bu Monica yang baru saja masuk.

"Pagi bu" Jawab siswa dengan semangat, apalagi siswa laki-laki yang sangat bersemangat karena hari ini diawali dengan guru yang 'good looking'.

Siswa cewe hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap para cowo lainnya.

Tak lama setelah itu waktu istirahat pun tiba dan siswa langsung keluar dari kelas dan berpencar ke kantin.

Rain yang ngantuk hanya diam di kelas dan mencoba untuk tidur sebentar.

Namun tiba-tiba, "Dor!" Satu suara mengejutkan Rain.

"ALAM!" Rain langsung menjitak Alam dengan keras.

"Aduh sakit" Alam mengelus kepalanya "Nih" Ucap Alam lagi dan memberikan roti dan minuman pada Rain.

"Buat siapa?" Tanya Rain dengan wajah polosnya.

"Buat bu monica, nanti sampein ya" Alam berlalu dengan santai.

"Oh oke" Rain mengangguk dan melanjutkan tidurnya.

*Pletak*

"aduhh, lo jahat banget sih" Rain mengelus tengkuknya yang dijitak oleh Alam.

"Itu buat lo bego! Masa gua beliin buat bu monica sih?" Alam sedikit menahan nadanya karena emosinya naik melihat Rain yang dengan polosnya percaya apa yang dikatakannya.

"Ih serba salah deh, kan kau yang bilang buat bu Monica" Rain masih mengelus tengkuknya karena masih nyeri.

"Buat lo jubaedah buat lo! " Ingin sekali Alam menjitaknya lagi tapi sedikit tidak tega.

"Oh makasih deh kalo gitu" Jawab Rain singkat lalu melanjutkan tidurnya.

"Udah gitu doang? Trus itu gamau dimakan?" Alam semakin kesal.

"Ihh terus harus gimana, makasih ya Alam ganteng. Gitu? Nanti aku makan kalo laper" Rain mendongak sedikit.

"Ah gatau deh serah" Alam kembali ke kelasnya dengan wajah kesal.

Rain hanya mengedikkan bahunya bersikap acuh.

To be continue







Lies of lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang