"Rain main yok!!!" Alam berdiri tepat di depan pintu kamar Rain, neneknya yang menyuruh. Di dalam, Rain masih melayang di alam mimpinya.
* TOK TOK TOK *
"Rain main yok!!!" Panggil Alam sekali lagi sambil mengetok pintu kamarnya, Rain terusik. Ia berjalan gontai dan membuka pintu, Rain mengucek matanya pelan dan menggeram kesal. "Ribut banget tai, mau ngapain?" Sewotnya, ia masih sangat mengantuk. Alam tertawa kecil, "Ayo keluar, hari merah nih. Main yok, nonton kek atau makan di luar gitu." Alam menatap lurus ke arah Rain, Rain terlihat sangat lucu saat bangun tidur seperti ini, "Aku ngantuk banget sumpah." Alam menggeleng, "Aku tunggu 15 menit, harus udah selesai mandi. Kalo engga, aku yang mandiin." Ucapannya dihadiahi pukulan dari Rain, "MESUM BANGET ANJING." Alam tertawa dengan keras, ia lari ke bawah. Takut diamuk oleh Rain.
Rain menutup pintunya dan bersiap mandi, biarlah ia menurut kali ini, pikirnya. Setelah selesai mandi dan berpakaian kasual seperti biasanya, ia turun ke bawah dan mendapati Alam yang sedang ngobrol santai dengan neneknya.
"Aduh, ini anak gadis udah rapih aja. Jangan sampe malam ya pacarannya." Alam tertawa mendengar perkataan nenek, "Siap nek, gaakan malam. Subuh aja, gimana?" Ucap Alam, "Boleh aja kalo berani, tapi kalo kamu nanti digolok sama papanya Rain nenek ga ikutan ya." Balas nenek dengan santai, "Apaan sih nek, gada yang pacaran. Ini cuma mau main." Agatha bergabung dengan mereka, neneknya tersenyum jahil. "Ah affah iyah?" Agatha terkejut, siapa yang ngajarin neneknya menjadi jamet seperti ini?!
"Udah ah, ga kelar-kelar. Jadi ga lam?" Rain bertanya dan menoleh ke Alam, Alam berdiri dan menyalam nenek sambil berpamitan. Mereka bergegas pergi agar tidak terlalu siang.
"Kok aku gatau ini cafe ada di sini? Tau gitu aku ga jauh-jauh mainnya." Ucap Rain saat turun dari motor dan melihat cafe yang ada di depannya saat ini. "Kamu mainnya kurang jauh, woo" Ejek Alam dan dihadiahi pukulan oleh Rain. Mereka masuk dan memesan beberapa makanan dan minuman.
Mereka duduk di lantai 2 cafe itu, tepat di sebelah jendela. Rain tersenyum senang, tempat ini nyaman. Mereka berbicara banyak hal, dari yang penting sampai yang tidak penting.
"Rain, jawaban untuk yang kemarin gimana?" Tanya Alam setelah mereka terdiam beberapa waktu, kehabisan topik. "Yang mana?" Tanya Rain kembali dengan raut bingungnya.
"Ajakan untuk pacaran, itu masih berlaku loh." Jawab Alam dengan santai, Rain menatap bingung. Kenapa Alam terlihat sangat serius kali ini? "Kan udah ku tolak." Balas Rain lagi, Alam menarik nafas panjang, ia tidak mau menyerah. "Kenapa? Emang beneran gabisa kasih kesempatan?" Alam bertanya lagi, ia berusaha sekali lagi. "Engga lam, we're just friend." Alam menggeleng pelan, "Tapi aku gamau cuma jadi temen." Ucapnya singkat, Rain mengusap tengkuknya tidak nyaman.
"Im not into romantic lam. Lagi gamau terikat." Rain sekali lagi menolak, dan bukan Alam kalau menyerah begitu saja. "Oke, komitmen tanpa ikatan. How?" Rain terkejut, sebegitu niatnya kah?
"Repot lam, masing-masing dari kita juga nanti pasti nemu masalah lain." Rain menolak lagi, "Gaakan, percaya dulu aja deh. Ya? I'll treat u as nice as i can, dan kau ga perlu ngerasa sendiri lagi. oke?" Alam meyakinkan sekali lagi, tak mau kalah."3 bulan, kalau setelah 3 bulan kau cape, leave me." Putus Rain final, Alam mengangguk setuju.
"Deal, babe." Alam tersenyum dengan sangat manis, matanya ikut menghilang. 'how cute.' Pikir Rain.
Namun, tidak lama dari itu hp Rain berdering. "Agatha". Rain mengangkat panggilannya.
"Halo sayang" Sapa Rain santai, namun berikutnya raut wajahnya berubah.
"Aku kesana ya, tungguin." Rain langsung bergegas merapihkan barangnya, Alam menatap kebingungan. "Kenapa?" Tanya Alam, Rain menoleh. "Anter aku ke tempat Agatha sekarang." Ucap Rain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lies of life
Teen FictionBanyak orang tertawa karena luka dan menangis karena bahagia, lantas kebohongan mana kah yang harus ku percayai? -Rain.