3. BAD CLASS

461 112 5
                                    

Pelajaran olahraga kali ini di gabung dengan kelas unggulan, yaitu kelas A. Hal itu di karenakan guru olahraga kelas E-I tidak hadir karena izin.

Di dalam ruang ganti perempuan, Seza menulikan pendengarannya pada saat siswi kelas A, mantan teman sekelasnya dulu membicarakannya.

"Kok Seza betah ya di kelas toxic itu?" tanya salah satu siswi kepada temannya.

"Mungkin udah ikutan toxic kali." balas temannya membuat mereka berdua tertawa ringan.

"Pantes aja sih kelas E dicap buruk, tiap hari aja buat masalah mulu. Jadi males deh olahraga bareng kelas E."

"Pikirannya mungkin, mereka sekolah hanya untuk main-main doang kali."

"Jadi takut ketularan toxic pas olahraga sama mereka."

BRAK

Mauren menggebrak loker yang berada di samping. Menatap tajam anak kelas A yang memandang teman sekelasnya dengan tatapan remeh. Karena perlakuan Mauren, siswi kelas A itu pun tersentak kaget.

"Gue sih lebih takut sama anak kelas unggulan, otaknya sih pinter, tapi kok bisa ya mulutnya kayak nggak pernah di sekolahin?" sindir Mauren.

"Kalo ngomong jangan sembarangan." seloroh Rani tidak terima.

Mauren melipat kedua tangannya di depan tangannya."Gue gak ngomong sama lo tuh, ke sindir ya?"

"Belagu amat lo, anak kelas E aja bangga."

Dissa yang berdiri di tengah-tengah Seza dan Mauren pun terkekeh."Bangga? Ya jelas dong. Lo  nggak tau sih wali kelas kita itu siapa. Lo juga nggak tau ada beberapa cogan di kelas E yang pastinya bikin kalian iri."

"Iri? Gak akan. Kita anak kelas unggulan nggak bakal percaya sama omongan sampah lo itu."

"Sampah kok teriak sampah." cibir Mauren membuat Rani ingin sekali menjambak rambut gadis itu.

"Udah, mending kita segera kumpul di lapangan buat pemanasan." kata Seza mendorong kedua temannya menuju ke lapangan.

***

Usai tiba di lapangan, anak kelas A berteriak histeris. Manik matanya berbinar melihat banyaknya lelaki tampan di kelas E. Mereka semua terpana.

Dissa tersenyum miring, lalu berbaris di barisan dekat anak cowok di kelasnya, di ikuti oleh Mauren dan Seza. Seza berdiri bersebelahan dengan Ibra.

"Kok lama, Za?" tanya Ibra.

"Kelas A cari masalah, biasa."  jawab Seza selanjutnya.

Ibra mengangguk. Tak berselang lama pemanasan pun di mulai. Lalu berlari lima kali putaran mengitari lapangan yang luasnya tidak main-main.

Beberapa menit kemudian, di putaran terakhir, murid kelas A dan E sudah tidak sanggup untuk berlari. Nafas mereka terengah-engah, di tambah keringat yang bercucuran.

Pluit di bunyikan Pak Ryu, mereka semua di beri waktu setengah jam untuk beristihat dan nanti akan di lanjut tanding voli putra antar kelas itu.

Seza mengelap wajahnya yang bersimpah keringat.

"Nih buat lo." Ibra menyodorkan sebotol air mineral.

Gadis itu mendongak."Thanks."

Seza menegak minuman itu hingga sisa setengah. Dia menetralkan napasnya yang masih tidak beraturan.

CLASS AND MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang