Hampir satu bulanan, kelas E tidak memiliki kasus yang menyeret Seza hingga ke BK. Gadis itu bersyukur sekali.
Meski tiap upacara, kelas E selalu menjadi terendah 2 perolehan infaq mingguan paling sedikit. Padahal satu orang hampir menyisihkan uang senesar lima ribuan, tapi kenapa masih di posisi terendah 2 paling sedikit?
Riska Gantari---gadis yang di tunjuk sebagai bendahara kelas itu menggerutu sebal, karena banyak sekali anak cowok yang tidak membayar uang kas.
"Minggu lalu gue udah bayarin Vero, Bumi, Abi, Jovan, masa sekarang di tagih?" tanya Rega dengan sedikit kesal. Pasalnya, minggu kemarin dia membayar dua ratus ribu dan itu untuk beberapa minggu ke depan.
"Tapi harus bayar lagi, Rega. Keperluan kelas kita kan banyak." ujar Riska menjelaskan.
Rega menghela napas."Nih sepuluh ribu dulu. Gue lagi di hukum sama ortu gue."
"Iya-iya."
"Woy, Ris. Uang kas kita ada berapa sih? Perasaan pas mau beli sesuatu pasti harus iuran mendadak gitu," Fajar memberanikan diri menanyakan hal tersebut. Cowok wibu itu sepertinya curiga, karena setiap minggu Riska menariki uang anak-anak, tetapi jika ada keperluan harus iuran lagi. Aneh bukan?
"Banyak."
"Nominalnya woylah,"
"Ehm, seratus ribu--"
"Masa dari bulan Juli segitu mulu sih?" protes Mauren yang tiba-tiba ikut nimbrung.
"Hooh, inikan udah bulan November, masa segitu mulu. Bukannya lo rajin nagih kas tiap minggu?" tanya Bulan.
Tubuh Riska mendadak kaku."I--iya, ada kok uangnya."
"Sapu kelas kita udah pada burik, mending di ganti aja. Uangnya ada kan? Sekalian pel 'an, serokan, kemoceng, taplak meja." usul Tara.
"Penghapus juga udah nggak layak pakai tuh, beli aja sekalian tiga." kata Bumi.
"Apaan lo tuh gak di ajak," sungut Bulan.
Bumi berdecak mendengarnya."Sialan." umpatnya pelan.
"Uangnya di bawa kan, Ris?" tanya Seza memastikan.
Tubuh gadis itu menegang."Sorry, nggak ke bawa, hehe."
"Besok pokoknya harus di bawa."
"Gadis, anterin gue ke toilet yuk." ajak Mauren dan di angguki oleh Gadis.
Mereka berdua berjalan keluar dan masuk ke dalam bilik toilet, sedangkan Gadis menunggu di luar seraya bercermin.
Mauren keluar dari bilik tersebut kemudian mencuci tangan juga muka.
"Kok gue heran ya sama gelagat aneh Riska yang selalu gugup pas di tanya tentang uang kas?" tanya Mauren pada Gadis.
Gadis mengendikkan bahunya acuh."Uangnya di pake kali. Atau mungkin hilang?"
"Kalo hilanglah, dia udah laporan. Pasti uangnya di pake buat belanja pribadi. Lo tau 'kan? Sebelum kelas 9, gue nggak pernah tuh liat Riska perawatan wajah. Soalnya pas kelas 7 dia bilang, 'buat apa ngerawat muka? Buang uang aja'. Sedangkan sekarang? Kuku aja dia rawat, busett." jiwa nyinyir Mauren telah terbangun. Yang di bicarakan Mauren memang benar faktanya, dari dulu Riska memang tidak suka memakai skincare. Tapi semenjak awal kelas 9, dia jadi lebih menperhatikan penampilan, wajah, beserta yang lainnya.
"Mungkin mau berubah kali."
"Gak mungkin, duit dari mana coba? Dari kelas 8 aja dia sering ngutang buat jajan ke kita, ya kali dia beli skincare pake duit sendiri." ujar Mauren.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLASS AND MEMORIES
Fiksi Remaja"Ketika kebersamaan yang telah di lewati bersama tidak ditakdirkan untuk selamanya." Seza Widuri. Murid satu-satunya di kelas 9E yang selamat dalam kecelakaan tragis yang menewaskan hampir satu angkatannya, termasuk semua teman kelasnya. Karena mend...