5. FRIENDZONE

362 94 0
                                    

Suasana kelas sedikit tegang. Bumi--cowok yang biasanya mencairkan suasana itu memilih untuk diam dan tak mau menambah masalah baru di tengah-tengah masalah antara Ambar dan juga Roni.

Dua sejoli yang biasa pagi-pagi sudah tebar kemesraan itu kini resmi putus. Mereka menjadi diam-diam an, padahal dulu mengobrol segala hal random, mengomentari hal-hal yang tidak penting. Kini mereka seperti orang asing yang berada di kelas yang sama.

"Njir, nggak enak banget suasananya begini." ujar Vero tiba-tiba.

"Bener banget bro,"

Kaila--gadis cantik dan ceria itu menghampiri meja Vero."Pulang sekolah jadi kan Vero?" tanyanya memastikan.

"Iya, Kaila. Mau ke ujung dunia pun gue jabanin. Asal perginya sama lo." ungkap Vero membuat Aldi memutar bola matanya malas.

"Bucin doang, pacarin dong, Ver." ujar Bumi setengah meledek.

Pipi Kaila memanas."Kita nggak pacaran, Bumi."

"Makanya pacaran." titah Aldi menyahuti.

"Kecilnya nonton projen, gedenya prenjon. Kasian." Bumi geleng-geleng kepala.

"La, mending cari yang lain aja. Yang bisa kasih lo kepastian nggak kayak Vero." timpal Rega ikut-ikutan meledek hubungan Vero dan Kaila yang semakin hari semakin nempel tetapi tidak ada tanda-tanda buat jadian.

Vero berdecak kesal."Diem lo semua."

"Mending gini, ya nggak Vero? Kita nggak mau kalo kita mutusin buat pacaran tapi kalo putus ujung-ujungnya kayak nggak saling kenal. Buat apa? Mending temenan aja kayak gini, gak bakal bisa pisah." cakap Kaila menjelaskan.

"Tuh dengerin, kita takut endingnya kayak Ambar dan Roni." lanjut Vero.

Bumi menghela napas."Susah wis susah, seenggaknya kalian punya kejelasan hubungan lah. Minimal."

"Bilang aja lo iri."

"Iri? Sorry, ya. Gue jomblo abadi, tapi bahagia."

"Bumi mah manusia ter-nggak peka, ada yang suka tapi di anggurin, bego emang." kata Aldi.

Alis Bumi menyatu."Gue? Ada yang suka? Gak mungkin lah."

"Tuh kan, nggak bakalan sadar."

"Emang siapa?"

"Titania," bisik Abi---cowok yang duduk di samping Bumi itu memberitahu.

"Pfttt!" Tawa Bumi meledak. Bumi menggeleng-gelengkan kepalanya."di sukai cewek cupu kayak dia? Najis banget."

"Mandang fisik lo!"

"Cowok nggak mandang fisik bukan cowok namanya, brother. Lagian dia jelek, bukan tipe gue banget, mending pacarin adik kelas." ujar Bumi di akhiri kekehan kecil.

Tanpa rasa bersalah, dan tanpa di sadari perkataannya masuk ke gendang telinga milik Titania. Gadis itu meremas ujung rok sekolahnya, menahan rasa sesak yang ada. Hatinya sepertidi tusuk oleh ribuan jarum. Sudah hampir tiga tahun dia memendam rasa, belum juga di ungkapkan, rasanya sudah sesakit ini. Bumi memang benar-benar brengsek!

"Bumi, perkataan lo udah keterlaluan!" Ibra menperingati.

"Memang kenyataannya gitu bro. Dia jelek, dekil, cupu, culun---"

BRAK

Karena kepalang emosi, Titania menggebrak mejanya membuat atensi kelas mengarah ke arahnya saat ini. Manik gadis itu melirik tajam Bumi.

"Nyesel gue pernah suka sama cowok brengsek kayak lo, Bumi!" teriaknya penuh amarah.

"Gue gak nyuruh tuh."

CLASS AND MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang