11. TARA

341 73 5
                                    

happy reading!

sudah siap baca part ini?

vote dulu sebelum membaca, yaww!

***

Kehidupan Tara memang terbilang sempurna. Memiliki paras yang cantik dan tubuhnya yang tinggi, ditambah lagi dirinya berasal dari keluarga orang kaya. Lingkungan pertemanan yang baik, disukai guru muda nan ganteng seperti Pak Nathan membuat siapa saja iri dengan kehidupan Tara.

Namun, dibalik senyum cerianya. Dibalik itu semua, Tara menyembunyikan kesedihan yang dinikmatinya sendirian. Meski anak tunggal kaya raya, dirinya selalu dibanding-bandingkan dengan sepupunya, Clara. Sepupunya itu sangat pandai di bidang akademis maupun non akademis, berbeda dengan dirinya yang hanya pintar dalam pelajaran saja, selebihnya tidak.

Kedua orang tuanya gila kerja, maka dari itu dia pun kesepian di rumah yang terbilang besar nan megah itu. Meski begitu, Tara sudah mulai terbiasa di marahi dan diceramahi pada saat ada pertemuan keluarga atau sekedar Ayah dan Ibunya pulang dan menginap di rumah.

"Clara-Clara mulu, sana rekrut Clara jadi anak kalian aja, Tara capek di banding-bandingin mulu." keluh kesah Tara tak pernah di gubris oleh kedua orang tuanya.

Tara menghentakkan kakinya sebal, percuma kalau hartanya banyak tetapi dirinya kurang akan kasih sayang seperti ini.

"Apa gue jadi sugar baby om-om ya? Gue kesepian banget nih." celetuknya tiba-tiba.

"Astaga, Non. Itu hal yang nggak baik, itu dosa non." ujar Bi Rindi--asisten rumah tangga di rumah Tara memperingati.

Tara menyengir lebar."Bercanda, Bi."

"Non Tara harus sabar ya ngehadepin tuan sama nyonya." Bi Rindi berujar sambil mengelus lembut punggung Tara.

"Kalo Tara nggak punya sifat sabar, pasti Tara udah kabur, Bi." kekeh gadis itu.

"Yaudah, Bibi lanjut beres-beres lagi ya."

Di dalam kamar bernuansa remang-remang itu, Tara menghela panjang.

"Pak Nathan lagi apa ya kira-kira?" monolognya sebelum mengetikkan sebuah pesan dan di kirim ke nomer Pak Nathan.

Tara
Pak Nathan lagi apa?

Selang beberapa menit Pak Nathan langsung membalas pesan tersebut.

Pak Nathan Ganteng.
Saya sedang berpikir bagaimana kita bisa bersama.

Tara mengulum senyum. Dia berguling-guling di atas kasur.

Tara
kalo pada akhirnya kita gak bisa bersama, gimana Pak?

Pak Nathan Ganteng.
Saya akan berbicara pada semesta, berharap kalau kita di takdirkan untuk bersama. Tapi jika tidak saya malah merasa beruntung.

Tara
beruntung?

Pak Nathan Ganteng.
Beruntung bisa menghabiskan sisa waktu ini bersama kamu. Hari-hari saya menjadi lebih berwarna Tara, sejak kita bertemu.

Selamat malam, calon teman hidup.

Rasanya, tolong tenggelamkan Tara sekarang juga! Dirinya benar-benar terbang karena permainan kata guru muda itu.

CLASS AND MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang