happy readingg guyss!
vote dulu yuk sebelum membaca💘
***
Mengandung di umur belasan memang bukanlah hal yang mudah, apalagi masih dibawah umur dan menyandang status sebagai pelajar. Hinaan para teman sekolah, ujaran kebencian yang diberikan oleh para tetangga, juga tanpa adanya support oleh keluarga, membuat Mitha tertekan. Ini memang kesalahannya, keluarganya juga kecewa akan hal itu. Tetapi seharusnya, peran keluarga di saat masalah ini membebani dirinya itu menguatkan tetapi malah merapuhkan dan semakin membuat hatinya hancur. Kata-kata pengusiran seringkali ia dengar akhir-akhir ini.
Tiada hari tanpa rasa ingin menyerah. Keluarga yang menghamilinya tidak bertanggung jawab dan memilih untuk pindah ke luar Pulau Jawa. Mitha menahan segala rasa sakitnya sendirian. Dengan berjalan tergopoh-gopoh menuju ke sebuah jembatan sepi. Lalu dia berdiri di atas pembatas jembatan itu.
Dengan wajah yang sembab, air mata yang masih mengalir begitu deras, dia menatap ke bawah. Sebuah sungai yang berisi bebatuan besar. Di gelapnya malam, Mitha berulang kali menatap ke langit. Membenci takdir, membenci kehidupannya sekarang. Kebahagiannya di renggut paksa oleh keadaan, keluarga harmonis itu seketika lenyap begitu saja ketika masalah ini datang, teman-teman SD-nya dulu pun tidak mau berteman lagi dengannya, pembullyan yang kerap ia dapatkan di SMP, hinaan, kata-kata kasar serta pengusiran dari para tetangga yang membuatnya semakin rapuh dan tak berdaya. Dia benci dirinya sendiri.
Mungkin, dengan melompat dari atas kehidupannya selesai. Dia akan tenang meninggalkan segala rasa sakit di dunia. Meninggalkan mereka yang sama sekali tidak peduli akan dirinya.
Matanya terpejam, dan langsung menjatuhkan diri ke bawah. Setelah itu terdapat bunyi seperti retakkan tulang, karena posisi jatuhnya tubuh Mitha tidak ke sungai, melainkan ke sebuah batu besar di bawah sana. Darah merembes ke segala arah. Mitha masih tersadar, tubuhnya kini seperti mati rasa. Lalu, arus sungai menenggelamkannya.
Selamat tinggal, dunia. Mitha tersenyum tipis sebelum menutup matanya.
***
SMP CINTA BANGSA, senin pagi ini gempar akan berita ditemukannya mayat seorang mantan siswi sekolah tersebut yang di keluarkan karena sebuah kasus. Kematian seorang gadis SMP itu diduga bunuh diri akibat depresi dan tertekan akibat banyaknya orang yang mencaci makinya.
Semua warga sekolah kaget, terutama kelas 9E. Kehilangan seorang teman yang pernah bersama dalam satu kelas bukanlah suatu hal yang mudah. Mereka sangat-sangat tidak percaya jika Mitha akan pergi begitu cepat meninggalkan mereka semua.
"Kasian Mitha, mentalnya gak kuat di bully habis-habisan akhirnya gini." Seza menatap kursi kosong yang biasa di tempati Mitha.
"Meski kesalahannya dia, gak seharusnya orang di sekitarnya menghakimi Mitha seenaknya. Gak bisa ngebayangin gue gimana hancurnya perasaan Mitha, rapuhnya Mitha melewati semua ini." Mauren menambahi.
Seza mengangguk sedih."Keluarganya juga malah nggak menguatkan Mitha di saat keadaannya sedang kacau."
"Gue juga kalo jadi Mitha, tapi jangan sampe ya. Bakalan nyerah sama hidup yang kejam ini, mending mati aja." kata Mauren.
"Hustt! Bunuh diri itu nggak diperbolehkan oleh agama, kita nggak boleh menyakiti diri sendiri, kan ada waktunya Tuhan mencabut nyawa kita. Jadi, jangan memilih mempercepat untuk meninggal." Seza menasihati Mauren, gadis itu manggut-manggut.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLASS AND MEMORIES
Fiksi Remaja"Ketika kebersamaan yang telah di lewati bersama tidak ditakdirkan untuk selamanya." Seza Widuri. Murid satu-satunya di kelas 9E yang selamat dalam kecelakaan tragis yang menewaskan hampir satu angkatannya, termasuk semua teman kelasnya. Karena mend...