Pagi ini semua orang sudah siap dengan stelan mereka masing-masing. Duduk dengan rapih di bangku meja makan.
Terlihat meja terisi penuh dengan berbagai macam hidangan. Tapi sedari tadi ke-enam anak itu masih diam memperhatikan sajian yang ada di hadapan mereka masing-masing.
"Kenapa diam? Ayo makan!" Ujar wanita seumuran dengan Jean yang terlihat berwibawa mengenakan stelan rok span hitam diatas lutut dipadukan dengan blouse berwarna pastel.
Dia Ellena Elf, kerab anak-anak memanggilnya kak El. Wanita cantik memiliki bulu mata lentik, cukup cerdik dalam hal apapun. Parasnya yang menawan benar-benar membuatnya terlihat seperti wanita kerja biasa. Berbanding balik dengan otaknya yang licik, juga jiwa iblisnya yang keji. Wanita berkebangsaan Belanda ini cukup unik, bagaimana tidak? Ia sempat ikut mendaftarkan dirinya sebagai pembunuh bayaran hanya karna ia merasa bosan saat menyelesaikan studinya di Prancis.
Oke kembali ke meja makan.
Anak-anak itu terlihat melirik satu sama lain, saling memberi kode melalui tatapan mereka.
Hening, hanya dentingan sendok milik El yang masih beradu. Hingga suara El kembali terdengar.
"Aku selesai dan aku akan berangkat ke kantor, kalian jangan ada yang meninggalkan meja sebelum makanan kalian habis!" Ia berlalu setelah menyelesaikan acara makannya itu.
Sedangkan ke-enam anak itu masih diam, harus apa mereka sekarang. Apakah mereka harus menghabiskan sarapan yang sudah di sajikan? Oh sepertinya tidak.
"Kak J, kakak gak mau nolongin kita?" suara Reen terdengar setelah kepergian Ellena.
"Buat saat ini, mungkin engga Reen. Ayo selesaikan sarapan kalian."
Hufttt
Helaian nafas mereka terdengar, Jean yang mendengarnya hanya bisa ikut menghela nafas.
Citt
Decitan kursi terdengar, terlihat gadis berambut Curly itu bangkit dari duduknya.
"Aku sarapan nanti aja diluar." Ucapnya pada teman-temannya.
"Kamu lupa pesan El, Zeyya Movgatha?" Suara Jean memberat, dan terdengar datar.
"Tapi ini bayam kak J, kakak tau aku gak--.."
"Duduk! Dan makan! Itu cuma bayam, kamu bisa menelan gak perlu merasakannya." Potong Jean dengan nekankan setiap katanya.
Dengan cepat Zey kembali mendudukkan dirinya dan memakan sarapannya tanpa mengunyahnya terlebih dahulu. Bisa kalian bayangkan bagaimana sakitnya tenggorokannya?
"Kunyah dulu Movgatha, atau kamu akan menyakiti tenggorokan mu sendiri." Suara Jean kembali menginterupsi tapi tak di gubris oleh Zey.
"Reen, apa yang kamu lihat? Makan sarapan mu, itu cuma terong, dia gak akan gigit kamu."
"Kalian semua, cepat selesaikan sarapan, setelah itu lanjutkan kegiatan kalian masing-masing."
Keadaan kembali kondusif walau sedikit canggung, mereka semua ingin cepat-cepat menyelesaikan acara makan mereka. Hingga satu per satu dari mereka meninggalkan meja makan. Menyisakan Jean yang masih setia pada posisinya.
***
"Gimana? Mereka makan sarapannya kan?" Suara itu mengudara, membuat seorang di sebrang telpon bedehem.
"Hm, kayanya ini terlalu berlebihan El. Movgatha makan tanpa mengunyah makanannya tapi ia menelannya. Entah bagaimana kabar tenggorokan dan perutnya nanti malam."
"Itu salah mereka, aku memberi mereka keringanan karna itu cuma makanan yang gak mereka suka."
"Udahlah, pantau lokasi misi mereka, nanti kirim data sekolah secepatnya." Lanjutnya sebelum ia mematikan telpon sepihak.
El kembali bergulat dengan komputer dihadapannya, sinyal darurat berkali-kali muncul dalam layar komputernya.
Helaian nafas terdengar dari bibirnya, ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sembari memijat pelipisnya guna menetralkan rasa pening yang tiba-tiba menyerang kepalanya.
***
Semburat jingga mulai memudar meninggalkan tempatnya memunculkan bulan yang akan menggantikan peran matahari. Sebagian kota terlihat sudah mulai gelap, lampu-lampu terlihat mulai menyala menghiasi kota Jakarta yang padat ini.
Dari ketinggian gedung berlantai 11 terlihat gadis berambut Curly masih setia menatap padatnya kendaraan berlalu-lalang tanpa ada minat mengalihkan pandangannya. Padahal senja sudah pergi sedari tadi.
Netranya bergerak merekam apa yang ia lihat, menikmati hembusan angin malam yang sedari tadi membelai kulit putihnya, dan menerbangkan beberapa helai rambutnya yang tergerai bebas.
Mulai besok, ia akan menjalankan tugasnya sebagai anggota Elf.
Elf adalah perkumpulan orang-orang berpotensi baik, yang akan dilatih untuk menemukan potensi tersembunyi hingga nanti mereka saling menemukan misi untuk melawan para Vigo.
Vigo sendiri adalah perkumpulan orang-orang yang memiliki nafsu buruk, emosi yang sudah di atur dan di kuasai oleh pimpinan mereka, dimana mereka akan merusak sesuatu dan menghasut orang-orang.
"Masuk Zey, udara malam gak baik buat kesehatan." Ujar Jean yang entah dari kapan ia sudah berdiri di sebelah Zey. Suaranya juga terdengar lebih bersahabat dari tadi pagi saat di meja makan.
Sedangkan Zey, anak itu masih membisu di tempatnya tanpa ada tanda-tanda ia akan beranjak.
"Hey, ayo masuk! kamu gak denger?" Kali ini suaranya terdengar sedikit ia tekan, mungkin ia tengah menahan kekesalannya.
"Besok aku memulai misi ku sebagai anggota Elf resmi, tapi gatau kenapa aku sedikit kurang yakin sama keberhasilan misi ini." Ucapnya mengabaikan perintah dari Jean.
Netranya masih menerawang jauh, membayangkan apa yang akan terjadi di misi mereka nanti. Sedangkan Jean, pria itu terdiam dengan menatap Zey dalam-dalam.
Hatinya sedikit tersentil, ternyata firasat buruk bukan hanya datang padanya.
"Kenapa ragu? Kamu kan gak sendirian, ada 5 teman kamu, aku, El, dan Elf lain yang menyelesaikan misi ini. Jadi gak perlu khawatir, kamu cume perlu yakin dan lakukan yang terbaik." Jawabannya meyakinkan Zey.
"Walau aku sendiri sedikit kurang yakin juga dengan apa yang akan terjadi Zey." Lanjutnya dalam hati.
"Ck, kakak lupa? Aku bisa denger ucapan hati kakak." Sarkas Zey sebelum ia beranjak dari posisinya meninggalkan Jean sendirian.
"Sial, aku lupa potensinya." Umpatnya sembari mengacak kesal surai hitamnya.
***
"Ga nyangka besok kita udah ngejalanin misi aja, perasaan baru kemarin kita dilatih." Ucap Arka yang tengah membaringkan tubuhnya di sofa, menatap langit-langit mension utama Elf.
"Iyaa, gak sabar banget." Sahut Lyn antusias.
"Gua malah takut." Ucap Arka lagi.
Reen yang tengah memainkan ponselnya, Haikal yang tengah membaca komik, Nino yang sibuk dengan kucing peliharaannya, bahkan Lyn yang tengah mengutak-atik pistolnya, mengalihkan seluruh atensi mereka pada Arka sepenuhnya.
"Kenapa?" Tanya mereka serempak.
"Eh, barengan. Haha.." Kagetnya disusul dengan kekehan kecil.
"Ga tau, tapi kaya ada yang ganjel perasaan gua." Lanjutnya yang di angguki teman-temannya.
"Yakin aja kita bakal berhasil, ada kak J sama kak El juga kan. Tenang aja udah." Jawab Reen diiringi anggukan setuju dari lainnya.
"Eh loh, Zey mana?" ucap Arka yang kini sudah bangkit dari posisi rebahannya.
"Oh iya.."
***
Jangan lupa vote untuk part selanjutnya!!
Thankyouu..
KAMU SEDANG MEMBACA
The School (hiatus)
Teen FictionTentang 6 anak dari berbagai daerah yang disatukan dalam satu organisasi modern rahasia. Dimana satu persatu dari mereka memiliki potensi khusus masing-masing untuk menjalankan berbagai misi yang telah ditetapkan. Semua berjalan sesuai dengan apa y...