Berhasil?

33 11 2
                                    

Srekk

"Tuhan ye--." ucapan Zey terhenti saat dirasanya tidak ada bagian tubuhnya yang terasa sakit. "Gua jatuh ga si? Tapi ko ga sakit?" Batin Zeyya dengan mata yang terpejam erat.

Perlahan ia membuka mata, "Loh kok nggantung?" Ia mengadah mendapati Rico diatas memegangi kerah belakang kemeja hitamnya. "Pantesan ga sakit, tapi kecekik."

Segera Zey mengulurkan tangannya diterima baik oleh Rico dan Arka yang ada di atas.

"Hati-hati!" Peringat Rico dengan bisikan kecil yang di balas anggukan oleh Zeyya.

Lily yang melihat dari kejauhan menghela nafas lega, sedangkan Haikal menggerutu pelan dihati. "Ye dasar, hampir aja kann, pengen masukin lu ke karung aja udah biar aman. Dasar bocil kematian."

Zey melotot pada Haikal setibanya di lantai 2. Ia membuka penutup wajahnya, "Gua denger ya!!" Ucapnya tanpa mengeluarkan suara, hanya dengar gerakan bibir. Sedangkan Haikal tertawa dibalik masker penutup wajahnya, terlihat dari kedua matanya yang menyipit.

"Zey are u okay?" Jean memutarkan badan Zeyya memeriksa kondisi anak itu. Zeyya mengangguk kecil, "It's okay kakak."

"Hati-hati ya, jalan berikutnya lebih beresiko." Ujar Jean memperingati.

"Ayoo!" Ajak Rico dan memimpin jalan.

Kelimanya mulai bergerak kembali, dipimpin Rico yang kini sudah menumpukan kaki kanannya pada besi pembatas lantai 2 lalu tangannya meraih besi pembatas lantai 3 dan mengayunkan kakinya hingga menyentuh keramik lantai 3 dengan posisi tengkurap. Dirasa keadaan baik-baik saja ia segera membantu yang lainnya untuk segera naik. Begitu mereka lakukan hingga tiba di lantai 6. 

"Oke, kita bagi team yaa."

"Haikal, Arka, kita lewat pembatas lagi. Zey sama Rico kalian lewat tangga utama tapi tunggu instruksi ya, tetap sembunyi apapun yang terjadi kalau belum ada instruksi!"

"Baik."

"Ayo."

Jean dengan timnya bergegas menaiki pembatas dengan hati-hati. Ketiganya lagi-lagi berhasil mendarat hingga lantai 7.

kosong dan sunyi.

Perlahan tapi pasti, ketiganya melangkahkan kaki menusuri lorong-lorong dengan pencahayaan yang remang-remang.

Keadaan sama seperti lantai-lantai lainnya, tetapi semakin kedalam semakin terlihat jika lantai 7 telah di rombak. Dengan tiap-tiap ruangan memiliki warna cat yang berbeda.

Terdengar samar-samar gelak tawa dari satu ruangan dengan pintu berwarna hitam di ujung sebelah kiri lift. Bahkan kini panah pada lift berkedip naik pertanda akan ada orang naik dari lift.

"Kak ada orang!" Bisik Haikal pada Jean.

"Ayo kita turun!" Ajak Jean dengan cekatan.

"Tapi kak, kita udah sampai sini. Kak El bilang waktu kita ga lama." Sahut Arka tak terima.

"Tapi ini bahaya Arka, nyawa kalian taruhannya! Ayo kita turun."

"Enggak kak! Zeyya sama kak Rico udah di dalam, di bawah tangga itu." Arka menunjuk tangga yang berada tepat di sebelah kanan lift setelah menyelesaikan ucapannya.

"Mereka berdua aman, kita yang dalam bahaya!" Ayo pergi!"

"Kak!" sela Haikal di tengah berdebatan Arka dan Jean. Kini perhatian keduanya terpusat pada Haikal.

"Kita di kepung." Ucap Haikal dengan pandangan lurus dari arah mereka datang, membuat Jean dan Arka segera membalikkan badan.

Puluhan orang berpakaian serba hitam dengan logo api yang ada di dada kirinya telah berbaris rapi di dekat pembatas besi, dengan berbagai senjata di tangan mereka masing-masing.

The School  (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang