Seperti perintah Jean, kini Haikal dan Arka sudah rapi dengan seragam yang melekat di tubuh tegap mereka. Keduanya terlihat sempurna memang, walau kantung matanya kini terlihat sedikit menghitam karena mereka meninggalkan waktu istirahatnya, itu tak mengurangi kadar ketampanan keduanya.
Tak butuh waktu lama, mobil Alphard putih itu mulai memasuki pelataran SMA Nusa Bangsa. Banyak pasang mata yang kini mulai memperhatikan mobil itu dikendarai dan berhenti di parkiran. Kedua sisi pintu mobil itu terbuka, membuat decakan kagum mulai terdengar. Bahkan beberapa siswi terang-terangan mendekati kedua siswa baru itu untuk sekedar menyapa atau bahkan memberikan mereka sekotak sandwich, susu kotak, coklat, juga beberapa surat yang terselip diantara makanan itu.
Dengan penuh percaya diri, keduanya melangkah melewati koridor menuju lift yang ada di ujung.
"Kata om aku, tadi malem dia barusan ngurus banyak jenazah di sekolah kita." Kata gadis berkacamata yang kini tengah berdiri didepan mading.
"Oh ya? Kok bisa ada jenazah?" Gadis lain itu menimpali.
Haikal yang kebetulan berada di sisi kiri mendengar jelas apa yang dibicarakan kedua gadis itu.
"Iya kok bisa ada jenazah?" Haikal ikut menimpali, membuat kedua gadis itu menegang di tempatnya. Arka menatap Haikal penuh tanya, sedangkan yang di tatap hanya mengedipkan mata dua kali yang membuat Arka seketika memahami isi kepala Haikal.
"Eh santaii aja, kita cuma penasaran ni sama pembahasan seru kalian. Emang tadi malem ada apa klo boleh tau?" Arka ikut maju sembari mengulurkan coklat yang ia terima di parkiran pada gadis berkacamata. Gadis itu tersenyum kaku, lalu menerima uluran coklat didepannya. Dirinya berdehem pelan, kemudian melanjutkan ceritanya.
"Katanya tadi malem ada laporan penyerangan teroris ke sekolah kita. Sampai sekarang polisi masih mencari kebenarannya. Gak banyak yang tau tentang kerusuhan tadi malam, semuanya hilang tanpa jejak."
"Ohh iya, pernah denger juga kalau kepala sekolah kita itu pengikut dari salah satu mafia terkenal di dunia." sahut gadis berpita biru yang kini tangannya menerima uluran susu kotak dari Haikal.
"Iya iyaa, aku inget berita itu." seru gadis berkacamata. "Kabarnya juga, Leo dipaksa ikut andil dalam organisasi itu. Tapi Leo nolak makanya dia beberapa kali disiksa sama kakaknya."
"Leo?" Tanya Arka membuat kedua gadis itu mengangguk. "Iya, Leo kelas 12 IPS A." sahut gadis itu bersamaan.
"Nice info girls, besok-besok kalo ada info lagi kasih tau kita ya? Penasaran juga nih sama sisi gelap sekolah terbaik ini." Kedua gadis itu melongo tak percaya, ternyata cowok ganteng doyan gosip juga ya.
Haikal tertawa geli melihat dua pasang mata itu melotot tak percaya, ia mengeluarkan tangan menjabat tangan gadis-gadis itu sembari memperkenalkan diri "Gua Haikal, murid pindahan dari Jakarta. Salam kenal ya." Diikuti Arka yang melakukan hal serupa.
"Iya salam kenal, aku Nadia." gadis berkacamata itu membalas jabatan Arka dan Haikal begitu juga dengan gadis berpita biru. "Aku Caca."
"Oh iya, bukannya kemarin kalian bertiga? Kok sekarang kalian berdua?" lanjut Caca setelah menyadari ada yang kurang dari mereka berdua.
"itu-.."
"Zeyya demam." Sahut Arka menyela Haikal yang hendak menjawab.
"Yauda kalo gitu, kita naik duluan girls. Have a nice day." Segera Arka menarik Haikal meninggalkan Caca dan Nadia yang masih diam disana. Mereka melanjutkan langkahnya menuju lantai 4.
***
Bel masuk ruangan telah berbunyi 50 menit lalu, 12 IPA A kini tengah bergulat dengan soal-soal kimia yang membuat beberapa siswa menyangga kepala dengan salah satu tangan. Mr. Jay selaku guru yang mengampu pelajaran kimia itu dengan senang hati memberikan ulangan untuk anak-anak kesayangannya. Cukup mendadak memang, namun apa boleh buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The School (hiatus)
Teen FictionTentang 6 anak dari berbagai daerah yang disatukan dalam satu organisasi modern rahasia. Dimana satu persatu dari mereka memiliki potensi khusus masing-masing untuk menjalankan berbagai misi yang telah ditetapkan. Semua berjalan sesuai dengan apa y...