Hujan--4--

142 14 0
                                    


"Dibawah naungan hujan"

Pertemuan antara kedua keluarga terkenal itu berakhir dengan disetujuinya perjodohan antara kedua pihak.
Naruto dan Hinata kedua orang itu masihkah sangat asing. Hinata yang sama sekali tidak mengerti tentang perjodohan dan Naruto yang sudah menaruh rasa pada pertemuan mereka.

Hiashi dan Hinata memilih untuk pulang lebih dulu karena ada pekerjaan yang harus di tangani oleh hiashi. Sementara itu keluarga Uzumaki masih ada didalam restoran itu menikmati makanan yang sudah mereka pesan.

Khusina menatap putranya itu
"Ara, Naruto bukankah dia cantik??"tanya khusina wanita itu tengah menggoda putranya yang sejak tadi belum memindahkan bola matanya ditempat Hinata duduk tadi. Jelas khusina tau apa yang tengah dipikiran oleh anaknya

"Naruto!!"panggil khusina keras. Naruto benar benar tidak mendengar pertanyaan ibunya tadi.

"Ah, iya ibu menurutku dia lumayan"ucapnya bohong padahal tadi dia sendiri tidak mengalihkan pandangannya dari hinata dan dia juga tadi sudah mengutarakan perasaannya dan membuat wanita itu kaget dan bingung.

"Kau bohong Naruto, tapi benar kan dia cantik dan ibu tidak salah memilih istri untukmu"ucap khusina lagi sambil memasukan hidangan penutup dimulutnya

Sementara itu didalam mobil berlambang Hyuga. Hinata tengah termenung memikirkan sikap Naruto saat dia mengajak dia ke balkon restoran tadi.

"Aku menyukaimu"

Ucapan itu terus terngiang entah sudah berapa kalinya ucapan itu tidak hilang dari benaknya.

"Hinata, bagaimana tadi??"ucap hiashi disampingnya

"Semuanya baik"

"Apa yang Naruto bicarakan denganmu tadi sampai harus menjauh dari kami??"tanya ayahnya itu

"Tidak ada apa apa, kami hanya berkenalan saja itu saja ayah tidak lebih"

"Baiklah"

Hiashi menatap sendu putrinya itu dia sama sekali tidak menyangka jika putrinya yang selalu dia kurung dan marahi dirumah akan segera meninggalkan dirinya dan tinggal bersama orang lain. Dan rasanya baru kemarin dia dewasa. Wajah dari putrinya itu jelas terlihat sangat mirip dengan mendiang istrinya yang sudah meninggal. Dia tidak ingin melepaskan pandangannya dari putri kecilnya itu.

"Ayah"panggil Hinata. Hiashi menggoyang kepalanya mengusap air mata yang entah sejak kapan turun dari matanya.
Wajah Hinata berubah drastis yang tadinya tenang menjadi khawatir

"Ayah kau baik baik saja?? Ayah kenapa??"

"Hahah, aku tidak apa apa"ucapnya. Hiashi memegangi wajah putrinya itu
"Hinata, sebentar lagi kau akan meninggalkan ayahmu ini. Ayah harap kau memaafkan ayahmu ini dan selalu bahagia nak!"

"Ayah apa yang kau katakan, aku tidak pernah menyalahkan ayah aku akan tetap bahagia jadi ayah juga harus bahagia"ucap Hinata lalu memeluk erat ayahnya itu.
Hiashi membalas pelukan anaknya dan mengelus puncak kepala hinata dengan lembut. Pemandangan ini merubah sikapnya yang keras tiba tiba menjadi lembut saat putri satu satunya akan segera meninggalkan dirinya sendiri dirumahnya yang besar bagaikan istana.

*

Hinata menbaringkan tubuhnya di kasur empuknya itu. Rasa lelahnya kini sedikit lentur pertumuan tadi sedikit cukup melelahkan ya walaupun mereka hanya duduk dan bicara tapi bagi Hinata itu agak membosankan apalagi mengingat apa yang terjadi antara dia dan orang itu.

love destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang