3. [Kenyataan]

613 49 6
                                    


Di sebuah rumah cukup nyaman tak terlalu luas namun sangat indah penuh dengan tanaman.

" Bunda, aku Pulang!!" Ucap Taehyung yang baru akan memasuki rumahnya.

" Taehyung.. Jangan suka teriak-teriak sayang, ini bukan di Hutan. Kenapa kamu pulang membawa memar lagi dasar anak nakal! Sudah berapa kali Bunda peringatkan? Jangan membut ulah lagi Taehyung!" Serbu Bunda saat melihat lebam yang cukup banyak pada sang Putra.

" Hehehe.. Jangan marah Bunda, tadi aku bertemu dengan titisan monyet dia bergelayutan dengan mulut yang tidak mau diam, jadi aku memberinya pelajaran dengan dua getokan di kepala, ehh ternyata Monyetnya malah ngamuk bunda terus cakar-cakar sama pukul aku yaa jadinnya kayak gini." Cerita Taehyung panjang lebar, yang semua penuh dengan karangannya.

" Sayang.. Tidak baik mengatai seseorang seperti itu! Apa dia teman barumu? Kenapa tidak diajak main ke sini biar rumah kita jadi ramai?"

" Ya mesti rame orang nanti pada adu jotos! " Jawab Taehyung lirih

" Kamu ngomong apa? Bunda gak denger lo ini!"

" Eh enggak kok bun, nanti Taehyung bawa dia kesini ketemu Bunda."

" Nah gitu dong!, sama besok minta maaf ya sama dia kasian anak orang kamu buat kayak gitu. "

" Ini anak bunda juga babak belur lo! kok masih di suruh minta maaf sih! "


" Siapa yang mulai duluan? Jawab! " balas Bunda galak.


" Taehyung...." jawab nya lirih sambil nunduk

" Siapa yang harus minta maaf? "

" Taehyung.. Ta- tapi!!"

" Enggak ada tapi-tapian Taehyung, Bunda gak pernah ajarin kamu kayak gitu yaa "

" Hemm.. Baik Bun"

" Gitu dong!! Anak Bunda emang paling Ganteng deh. Udah sekarang ganti baju biar Bunda obatin itu memar-memarnya ya!"

" Siap bu Boss" dengan segera ia memasuki kamarnya.

Di tempat lain, rumah yang sungguh besar mungkin di jadiin lapangan sepak bola bisa kayaknya. Seorang remaja gigi kelinci sedang duduk di kursi meja makan seorang diri dengan banyak hidangan yang tersaji di depannya, tak satupun hidangan itu ia sentuh. Kenapa?.. Karena ia sedang menunggu seseorang yang selama ini ia anggap sebagai orang tuanya.


" Bibi.. Kapan ayah akan pulang? " Tanyannya pelan pada Bi Ijum ART di rumah besar itu.

" Mungkin sebentar lagi Den, emm Den Jungkook mau makan dulu? Biar bi ijum ambilkan."

" Tidak Bi.. Aku menung.." Ucap Jungkook terpotong saat terdengar suara pintu terbuka.

Ceklek...

" Ayahh! Ayo kita makan Malam Bersama!" Ajak Jungkook dengan girangnya sambil menarik lengan jas Ayahnya yang baru pulang.


" Maaf Jungkook Ayah sangat lelah.. Kau makan sendiri saja ya!" Ucap sang Ayah pelan, wajahnya terlihat gurat kelelahan karena seharian harus berada di kantor dengan berkas-berkas yang selalu menumpuk.

Ekspresi yang semula sangat senang dan bersemangat kini berubah menjadi datar, pegangan pada jas kantor itu mulai luruh terlepas, mungkin rasa kecewalah yang sekarang mendominasi.


" Ayah mohon mengertilah!" Imbuh si kepala keluarga.

Jungkook rasa-rasanya ingin berteriak sekarang, Siapa yang tidak mengerti siapa disini. Bertahun-tahun setelah berpisah dengan keluarga lengkapnya, Ayahnya menjadi gila kerja dan melupakan semua yang ada di sekitarnya dia lupa masih ada seorang anak yang harus di perhatikan, perlu kasih sayang dan perlu ia didik, dirinya selalu terabaikan.

Kembar? Masa iya??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang