6. [Perasaan]

472 35 4
                                    









Seharusnya gak kayak gini. Rasa sakitnya, terlalu menusuk hingga membuat sesak. Lo harus ngerti ini pertemuan pertama mereka jadi biarin mereka melepas rindu barang sejenak. Apakah gue terlalu iri sama sodara sendiri? Atau karna gue gak terima dia punya kasih sayang yang sempurna dari kedua orang tuanya sedangkan gue kaya tokoh pinggiran yang ngerusak kebahagiaan keluarga mereka. Keluarga mereka? Hah.. Gue juga bagian dari keluarga itu.

Taehyung, pemuda yang larut akan lamunanya itu tiba-tiba meneteskan kristal bening ketika melihat Bundanya begitu senang hingga tak sengaja menabraknya, garis bawahi tak sengaja demi memberi dekapan hangat untuk putra yang sudah lama tak pernah ia lihat. Hanya bisa berbalik menyaksikan sebegitu sayangnya kah Bunda dengan Jungkook atau Bunda merindukan sosok pendamping tercintanya yang memiliki wajah serupa dengan kembaranya.

Entahlah dunia emang gak pernah adil. Jika bisa Taehyung tak pernah ingin terlahir memiliki saudara atau biarkan dia terlahir dengan seorang kakak yang akan siap ada di sisinya dan senantiasa bisa menjadi sandaran jika ia tengah merasa sakit.

Tapi itu cuma angan belaka, Realitanya justru ialah kakak yang senantiasa harus ada dan dapat mengayomi saudaranya, jagankan mengayomi untuk bertegur sapa dengan akrab pun rasanya terlalu sulit.

" Ehmmm... Udah ngapa pelukan kaya teletabisnya, lapernih perut!" ucap Taehyung merusak suasana rindu-rinduan antar ibu dan anak itu. Ia mencoba sebiasa mungkin, memperbaiki suara agar tak parau dan segera menyeka linangan air mata tadi yang sempat tumpah.

" Bilang aja lo iri, iya kan?!" jawab Jungkook yang masih setia berada di dalam dekapan hangat Bunda.

Taehyung yang denger langsung aja pelototin itu satu manusia yang cuma keliatan mata sama kepalanya yang yembul dikit. Kalo dilihat-lihat emang lucu sih, tapi omongannya bikin emosi mulu.

" Apaan sih lo!! Dikira gue bocil apa dikit-dikit iri dikit-dikit nangis, emang kayak lo!"

" Ya biasa aja dong! Pakek ngegas segala!"

" Ini efek karna laper! Makanya ayo makan, dah laper banget nih. Bundaa... Udah dong nanti aja peluk-pelukanya sekarang ayo makan dulu, ini perutnya minta di isi adohhh rasanya pengen pingsan!" keluh Taehyung lebay.

" Yaudah sono pengsan aja, nanti pas lo gak sadar gue sama Mama berangkat makan terus lo kita biarin tiduran di sini"

" Ih kok lo tega sih, inget ya yang bawa lo kesini tu gue. Kalo kagak ada gue lo gak bakal sampek sini ketemu Bunda ngerti kagak! Lo harusnya terima kasih sama gue!"

" Jadi selama ini kalian itu satu sekolah? Taehyung bunda butuh penjelasan!? Juga, kamu Jungkook kenapa kok bisa sama-sama memar kayak Taehyung! Pokoknya nanti kalian harus cerita, abis makan sama ngobatin kalian kita kumpul di ruang tv, oke?" kata si wanita yang bergelar sebagai ibu mereka itu.

" Tidak oke" jawab mereka bebarengan.

Setelah puas makan hingga rasanya Jungkook ingin muntah karena kekenyangan tapi ia tahan tentu saja mana mungkin masakan Mamanya yang super duper enak ia muntahakan begitu saja, Untung kuat.

Sekarang mereka bertiga duduk tenang dengan posisi Taehyung paling kanan, Jungkook berada di tengah dan Ibu mereka berada di paling kiri. Dengan perut yang sudah kenyang mereka siap memulai sesi tanya jawab dengan dua budak berandal sebagai tersangkanya.

" Taehyung, Bunda mau tanya kamu itu setiap hari di sekolah belajar gak sih?" Tanyanya halus, sedangkan satu makhluk di tengah coba menahan tawa yang satunya lagi ngindarin tatapan mata, sengaja biar gak keliatan gugup ples sebel denger suara Jungkook yang kayak ngetawain.

Kembar? Masa iya??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang