Selesai dengan rapatnya, Jeno keluar dari ruangannya dengan muka kusut. Ia sangat lelah dan ingin pulang. Jeno buru buru menuju mobilnya ia ingin menjelaskan semuanya ke mark, takut jika jeno dicuekin oleh istrinya itu.
Mark sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan malam, sedangkan chenle sedang bermain dengan boneka singanya. Tapi anehnya chenle banyak diam, dia tak se aktif biasanya.
Chenle beralih menuju mark, dengan memeluk kakinya. Mark yang sudah menata makanan di meja makan juga merasa hangat di bagian kakinya. Kenapa bisa? karena ia sedang memakai celana pendek jadi bisa merasakan pelukan dari chenle.
"Anak mommy kenapa hm?" Mark mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi chenle
"Eungg mommy hiks" Chenle tiba tiba menangis dan berpindah memeluk mark.
Dapat mark rasakan badan chenle hangat, "dia sakit, badannya hangat".
Tok.... Tok...
Mark mmbuka pintu mansion dan ternyata itu jeno, "balasnya nanti aja mark, sekarang urus chenle dulu. Harus sabar" batin mark.
"Mas tolong beliin obat penurun panas"
"Loh loh siapa yang panas? kamu dek" Ucap Jeno panik
"ck chenle, cepat sana belikan aku harus mengurus chenle"
"yaudah, mas beliin dulu" Jeno bergegas menuju mobilnya kembali
Setelah kepergian Jeno, Mark membawa chenle ke meja makan. Mark mencoba menyuapi chenle.
"Chenle makan sedikit dulu ya, biar gak kosong perutnya lalu minum susu" Mark menyuapi sup sedikit demi sedikit. Tapi saat suapan keempat chenle merengek.
"Udah dong sayang nangisnya, chenle minum susu okei" Mark mengambil botol susu yang berada di sebelah mangkuk chenle.
Tapi chenle menolak untuk minum susunya, mark merasakan badan chenle semakin panas "lele mau apa, bilang dong sama mommy"
"Mommy mau susu"
"Iya sayang ini kan susu" Mark menyodorkan botol susunya, tetapi lagi-lagi chenle menolaknya.
Mark duduk di atas sofa, bersandar pada kepala sofanya. Dia menduduki chenle di pangkuannya dan membuat chenle menghadap dirinya.
Mark membuka kancing piyamanya yang ia pakai, sedangkan chenle masih terlihat sesenggukan. Tapi setelah melihat dada mark menangis nya mulai mereda.
Melihat chenle yang berhenti menangis, mark mengarahkan mulut kecil chenle untuk menyusu. Mark melihat kebawah, chenle memejamkan matanya dengan mulut yang masih menyusu.
"AHH SHIT!" pekik jeno membuat mark menoleh ke arah jeno berdiri dengan menenteng plastik berisikan obat.
"Berisik kamu" Mark melotot ke arah Jeno, takut takut chenle terbangun.
Jeno meneguk ludahnya, ya pasalnya selama ini jika mark menyusui pasti akan membelakangi nya atau menyuruh ia menjauh.
"Tolong itu matanya kedipin" ucap mark yang langsung membuat Jeno mengalihkan pandangannya.
"Terus ini obatnya gimana?"
"Buka dulu terus dituang ke botol susu chenle. Satu sendok makan aja, kalau udah kasih air putih hangat"
"Udah" Kata jeno yang sudah memegang botol berisi obat tersebut.
"Ini nanti kalau mulut chenle aku lepasin, mas langsung kasih itu ke mulut chenle"
Mark mencoba melepaskan mulut chenle dari dadanya, "sekarang mas" Perintah mark dan jeno langsung memasukkan dot ke mulut chenle dengan terburu-buru.
"Aku mau tidurin chenle dulu, mas mandi sana bau jalang tadi masih kecium"
"Ya, mas mandi"
"Eh mandi di kamar mandi tamu, gak ada ya mandi di ruang kamar kita ataupun di kamar chenle"
"Iya" Jeno pasrah aja sekarang, jeno bergegas menuju kamar mandi.
Mark langsung menaruh chenle di tengah kasur, pinggirnya ia gunakan untuk memberi bantal kanan dan kiri, supaya chenle tidak terjatuh nanti.
Dirasa sudah cukup, mark berjalan menuju kamarnya. Ia juga melihat jeno sedang menaiki tangga mungkin ia ingin tidur?.
Mark mengambil bantal, guling dan selimut, "sayang kamu mau ngapain?" ahh ternyata jeno sudah berada di belakang mark dengan ekspresi bingung.
"Nih" Mark menyodorkan barang barang tadi untuk jeno
"Aku diusir?"
"kalo diusir dari kamar kamu bener, malam ini kamu tidur di sofa gih"
"gak bisa gitu dong dek"
"ini permintaan dede nya tau, dede nya lagi gak mau deketan sama daddy nya"
"Pliss yang kamu itu salah paham, ak-"
Mark menepis itu. "Masih ngejelasin yang jelas jelas aku lihat sendiri?"
"Kamu masih cinta sama dia?"
Diam, jeno memilih diam karena takut ia salah ngomong dan melukai hati istrinya.
"Oh, you still love her?"
Jeno menggeleng, "Sayang dengerin dulu"
Belum juga menjelaskan mark sudah terlebih dahulu menutup pintu kamar.