Pagi hari di Kyoto, udara yang sangat segar dan sejuk. Rumput-rumput basah karena embun di pagi hari. Kicauan burung yang merdu, pohon momiji yang bergesekan menimbulkan suara yang indah....ah! Sangat tepat untuk melanjutkan tidur. Tapi tidak bagi Sasuke. Dia dan keluarganya sudah rapi karena hendak sarapan bersama karyawan Uchiha Corp.
"Sasuke-kun. Ayo." Ajak ibunya supaya mereka bisa ke restoran bersama-sama. Sasuke mengangguk. Lantas mengambil sebuah syal berwarna coklat senada dengan coat panjang yang ia kenakan. Tubuhnya juga berbalut sweater berkerah tinggi berwarna putih bersih.
"Mio, Sai mana?" Tanya Mikoto yang tidak menemukan keponakannya itu.
"Oh? Biasalah. Dia kan bersama Ino." Mikoto hanya ber-oh panjang. Lalu berangkat bersama keluarganya.
Keluarga yang memiliki aura fantastis itu disapa dengan ramah oleh waitress yang berjaga di depan restoran. Mereka pun melangkah menuju sebuah meja yang dikhususkan untuk keluarga Uchiha.
Sasuke langsung melipir ke coffee and tea station. Dia menekan tombol espresso dan menunggu mesin itu bekerja.
Matanya liar menatap sekeliling hingga menemukan target. Orang yang sedang ia cari seperti biasa duduk bersama kawanan akunting. Ditambah Sai, Naruto dan...entahlah siapa pria itu? Dia berambut coklat.
"Argh! Senior Naruto! Jangan mengambil sosisku-kore!"
"Kau pelit sekali-ttebayo!" Para perempuan mendengus melihat pertengkaran antara Konohamaru dan Naruto yang tidak perlu ini, kecuali Hinata. Tentu saja. Dia dengan kalem menyentuh lengan kekasihnya.
"Naruto-kun. Ambil saja punyaku."
"Terima kasih Hime-chan." Mencuri satu kecupan di pipi sang gadis.
"AISHHH!!!" Segera para jomblo protes. Mereka mengacak-acak rambut, memukul lengan Naruto, menggebrak meja, berdiri dari kursi hingga menimbulkan bunyi deritan.
"Akan kuceritakan kejadian tadi ke Neji!"
"Sai." Panggil Sakura yang tidak menghiraukan Obito yang mengancam Naruto. Dia sedikit memajukan wajahnya guna melihat Sai. Sebab pria itu duduk di sebelah Ino, dan Ino berada di tengah-tengah.
"Apa jidat?"
"Kau kenapa bisa datang kesini? Kau kenalannya Uchiha?" Si pria hanya tersenyum. Senyuman palsu yang selalu ada di wajahnya.
"Kenapa? Kau sekarang sudah jadi fansku ya?"
"Lupakan." Urung ia bertanya. Malas meladeni sikap Sai yang narsis.
"Saki, kalau penasaran, tuh tanyakan saja langsung pada orangnya." Sakura pun mengikuti arahan Ino. Kedua matanya melebar ketika melihat Sasuke yang melangkah ke meja mereka. Teh yang Sakura genggam sampai tidak tenang.
"Hei. Ochitsuite.*" Sambil terkekeh Ino memegang tangan Sakura agar teh itu tak tumpah.
*Tenanglah."Pagi." Meja divisi akunting terasa seperti dihentikan oleh mesin waktu. Mereka yang tadinya ribut karena mengolok Naruto seketika senyap. Memandang tak percaya pada sosok yang sekarang tengah berdiri di hadapan mereka. Lalu menatap pada Sakura yang gugup.
"Sasuke/Sasuke-san." Ucap mereka hampir bersamaan. Sasuke memandang Kiba yang duduk di samping Sakura. Lalu tanpa basa-basi langsung berpindah ke meja lain.
"Silakan nikmati sarapan anda Sasuke." Sempat-sempatnya Kiba menepuk-nepuk kursi. Membersihkannya lalu kabur. Diikuti oleh yang lainnya. Sakura ingin ikut kabur juga tapi Sasuke sudah terlanjur duduk di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NANTI
RomanceKata orang, ketika kita diberikan kancing kedua oleh seorang pria saat upacara perpisahan sekolah, maka pria itu telah memberikan hatinya padamu. Lalu, siapa dia yang sudah memberikan kancingnya padaku dan berkata bahwa ia mencintaiku? Saat itu, aku...