Ch 21. Initial Attack

139 17 2
                                    

"Kau mau ikut denganku?" Pemuda itu memiliki senyuman yang manis. Sakura selalu menyukai senyuman itu. Jatuh cinta merupakan perasaan yang mendamba, khususnya bagi ia remaja yang baru saja mengenal hal tersebut.

Sakura tersipu malu. Pemuda yang ia kenal melalui sosial media ini selalu tahu cara membuatnya tersipu. "Hm." Lalu Sakura mengangguk malu-malu. Tangannya diraih, oleh pemuda itu. Mengecupnya pelan menimbulkan perasaan yang membuncah.

"Apakah tidak apa? Bukannya kakakmu akan marah kalau tahu kau ikut denganku? Juga sekarang sudah malam." Tutur pemuda itu lagi. Mendengar penuturan itu, membuat perasaan Sakura jelek. Ia sedang bertengkar dengan kakakknya saat ini.

"Aku malas dengannya. Jangan membahas dia. Memangnya salah kalau aku punya pacar? Aku kan sudah SMA." Gerutu Sakura. Hormon masa mudanya meningkat saat ini. Apalagi ketika pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura. Sakura menahan nafas sembari takut-takut akan ada yang melihat, mengingat kini mereka ada di taman komplek yang sepi.

Pemuda itu terkekeh melihat Sakura yang sudah memejamkan matanya. Ia menarik pergelangan tangan Sakura dan menuntunnya menuju motor yang terparkir.

"Ikutlah. Kita akan bersenang-senang dan melupakan kakakmu itu." Pemuda itu menyeringai.

Tubuh Sakura terlonjak bangun. Nafasnya tersengal-sengal setiap kali ia menjalani hipnoterapi.

"Bagaimana Sakura? Apa yang kau rasakan?" Di sampingnya, seorang wanita dengan jas putih memegang pulpen dan papan catatan. Masih menatap Sakura yang berusaha mengatur nafas.

"Maaf Dr. Tsunade. Aku tidak berhasil menjelajah lebih jauh." Dr. Tsunade, nama itu tertera di papan nama yang tersemat di jas putihnya. Mencatat perkembangan pasiennya ini selama seminggu terakhir.

"Sampai mana kau melangkah? Masih sampai di taman itu?" Tanya Dr. Tsunade lagi lalu Sakura mengangguk. Menutup wajahnya.

"Sakura, kau harus lebih berani lagi. Pikiranmu itu milikmu. Kalau kau begini terus, kau tidak akan berani." Sakura mengangguk lemah.

"Tidak apa. Kau sudah bekerja keras. Untuk terapi selanjutnya, kau pasti bisa melangkah lebih jauh. Syukurnya, tidak perlu ada obat yang harus kau minum." Terapi hari itu berakhir. Sakura mengabari tunangannya melalui pesan singkat dan kembali menuju kantor ketika waktu akan menunjukkan jam makan siang.

...........

Seseorang yang dihubungi oleh Sakura itu berada di sebuah restoran Jepang klasik. Menyambut investor yang ia kunjungi seminggu lalu.

"Aku senang sekali bisa merasakan masakan Jepang yang otentik seperti ini. Sudah lama sekali aku tidak merasakannya." Ucap pria ini. Akasuna Sasori, pengusaha perusahaan RG yang saat itu ingin ditemui Sasuke, tetapi tidak berada di tempatnya.

"Kudengar di Amerika juga ada restoran Jepang yang otentik."

"Ah! tetap saja. Makan langsung di negaranya lebih nikmat." Gurau Sasori. Tim produksi dari perusahaan Uchiha yang menghadiri jamuan makan siang itu tertawa ringan.

"Aku setuju itu. Dulu aku kuliah di Australia selama 4 tahun, dan rasanya tersiksa tidak bisa makan ramen enak seenak disini." Salah satu yang hadir adalah Naruto. Ia merupakan bagian dari public relation yang akan terus berhubungan dengan mitra perusahaan.

"Wah. Aku ingin berlama-lama disini. Kau tahu? secantik-cantiknya wanita di Amerika, tetap orang Jepang yang menurutku kawaii. Benar begitu bukan, Sasuke-san?" 

Sasuke menyahut setelah menyesap teh pahit "Ya begitulah."

"Apa kau mau kukenalkan dengan wanita Amerika? Barangkali ada yang menarik perhatianmu."

NANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang