"Bagaimana kalau kalian ikut keluarga kami liburan ke Hokkaidou?" Satu kalimat yang keluar dari bibir kepala keluarga Haruno itu membuat 2 pria ini saling terdiam dengan pikiran masing-masing. Keduanya lalu kompak saling melirik, dan segera memberi jawaban.
"Boleh/Baiklah."
Kemudian, Haruno Kizashi tersenyum di balik cangkir teh yang ia minum.
............
"Sasuke dan Gaara akan ikut kita liburan ke Hokkaidou." Mebuki menghentikan gerakannya menumis buncis. Sakura terdiam dengan sesuap nasi melayang di depan mulut. Ino yang tiba-tiba datang hendak menumpang sarapan, ikut melongo.
"A-ayah." Dengan Sakura yang memanggil ayahnya itu, bermaksud membuat ayahnya kembali memikirkan keputusan. Apa sih yang dibicarakan oleh mereka bertiga kemarin malam? Tetapi tampaknya Kizashi tidak mengerti itu. Ia dengan santai berkata "Kenapa? Lebih ramai lebih bagus."
Sakura tak habis pikir dengan apa yang ayahnya pikirkan. Nafsu makannya pagi ini tiba-tiba saja hilang. Bersamaan dengan pikirannya yang melayang, memikirkan bagaimana Sakura yang sendiri diapit oleh 2 pria yang akhir-akhir ini mengganggu ketenangannya. Si pria yang mengaku telah menunggunya selama 5 tahun, dan si pria yang selalu tersenyum ketika berbicara dengannya.
Merah dan hitam.
Dua kepala itu!
"Ayah. Aku tidak mau ikut kalau Ino tidak ikut." Tiba-tiba Sakura merangkul lengan Ino yang sedang menyantap tumis buncis yang baru matang. Dia mendengus karena dijadikan alasan.
"Tentu saja. Ino, ajak juga Sai." Jawab Kizashi.
"Asyik! Oke paman." Sakura pun baru bisa bernafas lega. Setidaknya ada Ino. Mereka melanjutkan kegiatan sarapan lagi. Setelah selesai, Ino dan Sakura bergegas pergi ke kantor. Hari ini Ino membawa mobilnya. Dia selalu tidak suka ketika berada di mobil sendirian, oleh karenanya dia langsung melesat ke rumah Sakura tanpa pikir panjang.
"Saki, ayahmu sepertinya sedang melakukan penilaian." Bisik Ino ketika Sakura masih memakai sepatunya di genkan. Sakura mendelik. Memangnya sedang ada perlombaan?!
"Terserah kau saja babi!" Tertawalah Ino. Tawa itu seketika berhenti ketika 2 gadis ini melihat mobil Sasuke dan motor Gaara terparkir di depan rumah Sakura. Apalagi ini ya tuhan!! Jerit Sakura dalam hati. Tapi mau tak mau ia harus menghampiri mereka.
"Gaara-san. Sasuke-san." Dari picingan matanya, Sasuke tampak tidak suka ketika namanya disebut belakangan. Sakura menghiraukan itu. Mau bagaimana lagi? Bukan keinginannya. Bibirnya terucap begitu saja.
Tanpa menyia-nyiakan waktu, Sasuke segera menarik Sakura. "Ayo berangkat." Ia sempat melirik Gaara yang tampak terkejut. Kenapa Sakura tidak berontak ketika bersentuhan dengan Sasuke? Gaara pun langsung menyentuh tangan Sakura.
"Sakura, kau ingin naik motor lagi kan?" Tanyanya. Ino melirik keduanya secara bergantian. Terdiam ia tanpa membantu Sakura. Di sisi lain, Mebuki yang hendak mengecek 2 gadis kesayangannya terdiam di depan pintu. Ini kenapa ada tarik-tarikan?
Sakura berkeringat. Tubuhnya kaku tak bisa digerakkan.
"Dou shiyou....*" Batinnya menjerit.
*Apa yang harus kulakukan?"Mebuki, ada apa?" Kizashi bingung saat melihat istrinya terdiam di depan pintu. Ia pun ikut menyaksikan insiden di depan sana. Tertarik bibirnya melihat persaingan itu.
"Hei anak-anak! Sudah waktunya untuk berangkat!" Lalu teriakan Kizashi itu pun membuat mereka berempat terkesiap. Lima termasuk Mebuki.
"Ah iya. Maaf ya para pria tampan. Tapi Sakura sudah ku booking duluan. Kalian mengantri ya. Sampai jumpa di kantor." Ditariknya lengan Sakura menyebabkan dua pria itu melepaskan pegangan pada lengan Sakura. Sakura baru bisa menggerakkan tubuh ketika mobil Ino melaju meninggalkan pekarangan rumah. Sedangkan Sasuke dan Gaara masih terdiam di tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
NANTI
عاطفيةKata orang, ketika kita diberikan kancing kedua oleh seorang pria saat upacara perpisahan sekolah, maka pria itu telah memberikan hatinya padamu. Lalu, siapa dia yang sudah memberikan kancingnya padaku dan berkata bahwa ia mencintaiku? Saat itu, aku...