Ch 19. Warning

187 16 3
                                    

Banyak orang berkata, sebaiknya jangan pernah menjalin hubungan dengan teman sekantor. Nanti perkaranya jadi susah.

Mungkin itu yang dirasakan oleh Sakura setiap kali ia harus berada di satu ruangan dengan kekasihnya. Ah! ralat. Tunangannya.

Ya. Mereka akan segera menikah bukan? Setelah penantian panjang Sasuke, yang kata Naruto, menunggu ramen selama 3 menit saja Sasuke tidak sudi. Bisa-bisanya dia tergila-gila dengan seorang perempuan selama 5 tahun.

Meskipun ada perbedaan di hubungan Sasuke dan Sakura, tetap saja Sakura harus sebisa mungkin menjaga profesionalitas. Kalau Sasuke tidak usah ditanya. Dia sudah profesional. Jam terbangnya jauh di atas Sakura yang hanya seorang karyawan biasa.

"Peluangnya sangat bagus karena perusahaan Ads berkata akan memberikan invest 10% dari jumlah modal awal."

"Hn. Lanjutkan."

"Kedua, dari hasil pembicaraan dengan perusahaan RG, selain memberikan modal, mereka juga akan menanam saham di perusahaan kita sebesar 10%. Keuntungan penjualan dibagi 70:30."

"Perusahaan Ads memiliki kerja sama dengan suplier ikan tuna di Hokkaidou."

"Perusahaan RG punya channel di pasar Amerika. Kudengar pemilik perusahaan ini memang keturunan dari sana."

"Hm... Sakura, berapa jumlah modal awal untuk produksi?"

"Baik. Akan saya tampilkan." Sakura maju untuk menampilkan tabel melalui layar.

"Perusahaan RG ini base nya di Amerika ya?"

"Betul Sasuke-san." Sasuke kembali berpikir sejenak sembari membaca dengan serius profil perusahaan melalui tabletnya. Pegawai lainnya ikut menyimak melalui tablet masing-masing.

"Apakah anda sudah memutuskannya Sasuke-san?" Dari samping, sekretaris Sasuke bertanya.

"Ya. Lakukan perjanjian pertemuan dengan perusahaan RG. Bilang pada mereka, aku yang akan kesana."

Rapat selesai. Satu persatu meninggalkan ruang rapat. Di seberang meja, berdiri Sakura yang telah melakukan kontak mata dengan Sasuke sedari tadi.

"Ehem. Aku duluan ya." Ucap Tenten sambil tersenyum geli melihat tingkah temannya. Tenten meninggalkan ruangan, diikuti oleh Shion yang sudah selesai membereskan barang-barangnya. Tersisa Sasuke dan Sakura saja disini. Pria ini menghampiri Sakura yang masih terdiam di tempat semula.

"Hari ini kau makan siang bersamaku."

Baru saja Sakura ingin berbicara, tapi sudah didahului. Niatnya ingin berkata bahwa ia akan makan di kantin bersama teman-temannya.

"Tapi aku mau makan makanan kantin."

"Kita bisa makan makanan kantin di ruanganku."

"Baiklah." Tidak ada salahnya menuruti ucapan calon suami. Benar kan Sakura? Sakura tentu tidak keberatan kok. Buktinya ia tersenyum.

Ucapan Sasuke tentang makanan kantin di ruangannya benar-benar terjadi. Hanya dengan sekali telepon, makanan-makanan itu tersaji di ruangan Sasuke.

"Wah. Tentu saja. Aku lupa calon suamiku anak dari perusahaan ini." Sindir Sakura. Tenang! Sasuke tidak akan tersinggung. Justru dia sangat senang dengan kalimat satir itu.

"Terima kasih atas pujiannya. Nanti sore akan kubelikan es krim."

"Belikan yang rasa stroberi."

"Baiklah."

Mereka tidak berbicara selama beberapa saat untuk menghabiskan makanan. Ketika Sasuke terus menatapnya dengan lekat, dan Sakura menyadari hal itu, Sakura terinterupsi.

NANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang