Ch 15. Scared

255 38 8
                                    

"Aku lebih suka yang kiri." Semakin hari, rasanya semakin banyak hal yang harus Sakura persiapkan. Hari-harinya kini dipenuhi oleh persiapan pernikahan. Kali ini, ia meminta bantuan Ino, Tenten dan Hinata untuk memilih desain gaun yang cocok saat resepsi.

Katalog itu dibawa Ino tepat sehari setelah Sakura meminta bantuannya. Kini mereka menikmati makan siang sambil melihat katalog itu.

"Aku lebih suka yang menjuntai seperti ini."

"Bodoh. Itu akan membuat Saki kesusahan." Dibiarkan saja Ino yang berbeda pendapat dengan Kiba. Sakura meminta bantuan mereka agar ia bisa menemukan keputusan yang tepat, tapi ternyata dia salah.

Mata Sakura menjelajahi sekeliling. Hingga ia bisa menemukan calon suaminya, sedang berjalan dengan beberapa orang berpakaian formal. Tentu saja, pemandangan baru yang kini biasa Sakura temui adalah, orang itu. Berjalan di belakang Sasuke.

"Asli. Dia memang cantik." Celetuk Kiba yang ikut memandang gerombolan Sasuke. Karena ucapannya itu, orang-orang yang semula berpaku pada katalog mengikuti arah pandangnya.

"Katanya, dia itu lulusan luar negeri. Lalu ada juga yang bilang kalau Sasuke dan Shion itu memang sudah saling kenal dulunya."

"Tahu darimana kau?" Tanya Ino pada Tenten.

"Tentu saja menguping di toilet. Toilet wanita selalu punya rahasia." Balasnya. Tentu saja. Kegiatan wanita jika berkumpul di toilet adalah membicarakan berbagai informasi.

"Mungkin mereka teman satu almamater? Aku dengar dari Naruto-kun kalau Sasuke-kun pernah kuliah di luar negeri sebelum bekerja disini."

"Yang benar?" Ino menatap Hinata. Lalu beralih ke Sakura.

"Saki. Kau tahu sesuatu?"

"Em. Kata Sasuke-kun, Shion-san dan dia pernah mengikuti olimpiade saat SMA. Mereka saling kenal pada saat itu."

"Dan juga, kata orang-orang, Shion itu lebih tua dari Sasuke. Mungkin sekitar 2 tahun?" Sambung Tenten lagi. Perbincangan mengenai Shion itu rasanya tidak bisa terputus begitu saja. Membuat Sakura tak nyaman di tempatnya. Berulang kali ia memainkan kukunya di bawah meja.

"Ku akui dia memang cantik sih. Hei Sakura. Apa kau tak takut sekretarisnya itu menggoda Sasuke?"

Segera Tenten mendelik. "Kau ini apa-apaan?! Sembarangan bicara!"

"Betul. Kalaupun digoda juga, aku yakin Sasuke tidak akan mudah terpengaruh." Ucap Ino menyetujui. Ia sangat yakin karena dia juga yang paling tahu mengenai penantian panjang Sasuke. Hinata juga setuju, karena Naruto berulang kali mengatakan betapa Sasuke-teme itu menantikan Sakura musim semi.

"Y-ya. Siapa tahu begitu. Sakura. Maaf. Aku tidak bermaksud."

"Ya makanya! Kau ini jangan sembarangan bicara! Ku adukan ke Rin, baru tahu rasa!"

"Tidak apa Obito. Sudahlah Ino. Aku mengerti dengan kekhawatiranmu." Ucapnya. Ketika Sakura kembali melihat ke arah pintu kaca, sosok Sasuke dan gerombolan tadi sudah tidak ada.

Jujur saja, tak pernah terbesit di pikirannya bahwa Sasuke akan mengkhianatinya. Tak pernah sedikitpun.

Namun saat ini, masalahnya adalah Shion yang bisa saja bertindak seperti dulu, dan kehadiran orang itu yang mungkin saja masih berkomunikasi dengan Shion.

Hanya itu. Hanya itu yang Sakura takutkan. Sakura juga sedang berusaha menekan rasa takutnya meskipun ia kerap melihat tatapan intimidasi dari Shion.

Ya. Semoga saja hal yang ia khawatirkan tidak pernah terjadi.

NANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang