Prolog

414 36 8
                                    

Sebuah kendaraan taktis dengan 4 tentara didalamnya melaju melewati lebatnya hutan. Suasananya cukup hening.

"Berapa lama lagi hingga kita sampai ke titik terakhir kita kemarin?" tanya Lettu.

"Sekitar 15 menit dengan kendaraan ini," jawab Letda yang sedang menyetir.

"Mayor, apa itu putri anda?" tanya Lettu saat melihat Mayornya sedang melihat selembar foto seorang gadis.

"Ya, haha. Dia sedang sakit tapi dia memintaku untuk mengutamakan tugas," jawabnya.

"Kalau tak salah, istri anda sudah tak ada kan? Anak anda hebat sekali bisa bersikap dewasa di usianya."

"Justru aku sedikit sedih. Kuharap ia masih bersikap manja padaku. Ia dewasa terlalu cepat..." ujar sang Mayor.

"Aku akan memberimu libur beberapa hari setelah misi ini selesai. Jadi habiskan waktumu bersamanya," ujar TNI yang mendengar percakapan bawahannya.

"Hanya untuk Mayor saja Tuan?" tanya Letda.

"Aku akan memberi kalian libur juga. Tak perlu khawatir."

"Saya sangat berterimakasih. Saya sudah berjanji akan membawa putri saya ke taman bermain saat ia sudah sembuh," ujar Mayor.

"Mayor kita ini memang daddy's girl, hahaha," ujar Lettu.

"Lettu, sepertinya anda perlu ikut pelatihan lagi. Kira-kira, anda ingin pelatihan yang mana?" tanya Mayor sambil tersenyum.

"Saya sudah menjadi prajurit yang tangguh. Pelatihan rutin bersama Mayor saja sudah cukup," jawab Lettu.

Saat ini mereka sedang menjalankan sebuah misi yang mungkin menentukan masa depan negara. TNI yang membuat tugas ini menjadi prioritas tertinggi saat ini.

"Tuan TNI, Tuan POLRI memaksa untuk menghubungi anda. Beliau sudah berada di countryhumans city untuk menjemput anda," ujar Lettu sambil memberikan HT pada TNI.

TNI pun menerimanya dan menjawab POLRI. "Ada apa?"

"TNI, hentikan pencarian. Kita belum menemukan petunjuk. Ini akan berbahaya! Kalau master benar-benar sudah tak ada, kamu hanya membahayakan prajuritmu!"

"Aku takkan percaya sebelum melihat jasad master dengan mataku sendiri. Lagipula aku sudah mendengarkanmu untuk tidak melakukan pencarian besar-besaran dan hanya mengerahkan kelompok kecil," ujar TNI.

"Tetap saja! Kamu ini pondasi keamanan negeri! Harusnya kamu menjaga negara! Karena kasus yang menimpa master, beberapa negara terus menekan kita. Kalau ada yang menyerang hingga perang pecah bagaimana hah?!"

"Para bawahan, termasuk panglimaku masih berada disana. Aku yakin AD, AU, dan AL bisa menjaga kedaulatan negara. Aku tak bisa menyerah pada misi ini. Bagaimana jika master masih bisa diselamatkan dan menunggu kita datang?"

"... Tuan UN sendiri yang mengatakan kalau keberadaan master sudah menghilang..."

"Dan kita harus mempercayainya begitu saja? Kita tak bisa mempercayai organisasi luar sepenuhnya. Keamanan negara ada di tangan kita. Arti keberadaan kita adalah untuk menjaga negara ini termasuk master. Master kita adalah tuan Indo! Kalau master tak ada..."

"Sudah 3 bulan kita mencoba mencari dan hasilnya nihil. Sudah saatnya kita menyerah, TNI."

"Tidak, aku takkan berhenti!"

"Haah, baiklah, aku tak punya pilihan lain. TNI, aku datang dengan surat perintah presiden untukmu. Ini kesempatan terakhirmu. Setelah ini, tak peduli master ketemu atau tidak, kamu harus kembali."

"...Baiklah, POLRI. Perbekalan kami cukup hingga 6 hari lagi. Aku... akan kembali jika perbekalan kami habis," ujar TNI dengan ekspresi frustasi.

Ckiit

Tiba-tiba kendaraan itu berhenti karena ada pohon tumbang yang menghalangi. TNI dan 3 bawahannya pun keluar. Setelah mengecek peta, titik yang akan mereka cek sudah tak jauh, TNI pun memutuskan untuk berjalan kaki sambil tetap waspada.

"Harusnya ini tak terlalu berbahaya karena ini hanya misi pencarian. Kita juga sudah melakukan misi ini selama 3 bulan. Tapi entah kenapa firasatku tak enak," ujar Mayor.

"Suasana yang terlalu sepi memang selalu membuat perasaan tak enak," ujar Lettu.

Dor dor dor

TNI dan 3 bawahannya tiba-tiba dihujani peluru dari beberapa arah. Untung saja tak ada yang kena dan mereka sempat berlindung di balik pohon. Saat tembakan berhenti, mereka langsung membalas tembakan sambil mencari tahu keberadaan musuh.

"Sebenarnya mereka ada berapa banyak?!" teriak Lettu.

"Tuan, sebaiknya kita mundur! Ini terlalu berbahaya!" seru Mayor.

"Tidak! Kita sudah dekat dengan tujuan! Kalau kita bisa melewati ini, kita bisa melanjutkan pencarian! Ini kesempatan terakhir kita!" seru TNI.

"Maaf Tuan, tapi prioritas kami adalah melindungi anda. Jumlah kita sepertinya tak sebanding dengan musuh dan persenjataan kita juga terbatas! Mayor benar, ini terlalu berbahaya!" seru Lettu.

"Apa pun yang terjadi, tugas tetap tugas. Kita akan maju," ujar TNI. "Tidak bisa, ini kesempatan terakhirku untuk menemukan master..."

"Mayor, bagaimana ini?" tanya Letda.

"Prioritaskan keselamatan tuan TNI. Bagaimana pun caranya, kita harus membawa tuan kembali dengan selamat," ujar Mayor.

Setelah beberapa lama saling adu tembak, terdengar beberapa teriakan. TNI dan 3 bawahannya berhasil melukai mereka. Sayangnya, karena hal itu mereka jadi menurunkan kewaspadaan. Lettu pun tertembak di kakinya dan langsung terjatuh.

"Letda, bawa Lettu dan Tuan TNI kembali ke kendaraan! Segera beri pertolongan pertama pada Lettu!" seru Mayor.

"Tidak! Kita akan sampai sedikit lagi!" seru TNI.

Setelah beberapa saat, hujan peluru kembali berhenti. Sepertinya mereka berhasil melumpuhkan semua penembak.

"Tuan TNI, ini sama saja bunuh diri. Saya mohon-"

"Apa kamu mau terus membantahku, Mayor Adrian? Kamu berencana berkhianat?" tanya TNI dengan wajah menyeramkan.

"Mana mungkin saya mengkhianati anda dan negara!" seru Mayor.

"Letda, bawa Lettu kembali. Aku akan melanjutkan ini. Jika Mayor juga ingin kembali, silahkan saja," ujar TNI sambil berjalan menjauh.

Mayor langsung mengikuti TNI. "Tuan, kita belum memastikan apaereka sudah pergi atau belum. Saya mohon jangan gegabah. Kami-"

dor

TNI yang tadi sempat berhenti dan mendengarkan Mayor pun terkejut begitu kepala Mayor tertembak.

dor dor

Untung TNI menyadari posisi penembak dan berhasil menghindar.

"Sial, masih ada yang tersisa?" gumam TNI.

Tiba-tiba kendaraan taktis mereka datang menerobos.

"Tuan! Cepat naik!" seru Letda.

TNI pun mengangkat jasad Mayor dan masuk. Dengan cepat Letda mengemudikan kendaraan itu untuk keluar hutan.

"Tuan... Tolong hubungi tuan POLRI atau siapapun di countryhumans city dengan HT nya. Kita perlu ambulance..."

TNI masih sedikit terguncang dengan apa yang terjadi pun tak fokus dan terus menatap jasad Mayor di sampingnya.

"Tuan, saya tak tahu bisa tetap sadar berapa lama lagi. Jadi..."

"Letda, kamu juga tertembak??" tanya Lettu yang melihat Letda menaruh satu tangannya di perutnya dengan darah yang ikut membasahi tangan dan seragamnya.

Mendengar perkataan Lettu, TNI ikut terkejut. Pada akhirnya, misi itu pun gagal dan TNI menurut untuk kembali dengan perasaan penuh rasa bersalah.

– °•°• ~ •°•° –

Pertanyaan :
Berapakah bawahan TNI yang mati?

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang