4

320 39 7
                                    

Setelah sekitar dua jam mengobrol, Brunei, Thai, dan Malay pun pamit pulang.

"Apa ada yang mengganggumu?" tanya Carlos.

Tara pun tersenyum. "Tidak kok paman."

Carlos pun duduk di kursi samping tempat tidur dan memotongkan buah untuk Tara. "Kamu sedang merindukan ayahmu ya?"

Tara diam mendengar pertanyaan itu. Memang ia merindukan ayahnya. Berada di rumah sakit hanya mengingatkan pada dirinya setahun yang lalu.

"Tara, apa kamu tahu kenapa kedai paman diberi nama Candela?" tanya Carlos.

"Kenapa paman?" tanya Tara.

"Candela itu, nama anak perempuan paman," ujar Carlos.

"Apa kamar serba pink yang Tara tempati, juga baju-baju yang paman berikan itu punya Candela?" tanya Tara.

"Yep, kebetulan umur kalian tak beda jauh. Makanya paman berikan," jawab Carlos.

"Lalu, dimana Candela?" tanya Tara.

"Tiga bulan lalu, istri dan putri paman mengalami kecelakaan. Mereka meninggal di tempat," jawab Carlos sambil menyuapi Tara buah.

"..."

"Tara sudah tahu soal pekerjaan paman sebelum membuka kedai itu, kan? Makanya saat paman kehilangan mereka, paman bertanya pada diri sendiri. Ah... apa ini karma?" ujar Carlos.

"Kematian istri dan putri paman itu bukan salah paman..." ujar Tara.

"Mereka yang sudah pergi memang takkan bisa kembali. Wajar jika kita merindukan mereka. Tempat kita dan mereka sudah berbeda. Tapi jangan terus berlarut dalam kesedihan itu. Kita tak mau mereka sedih melihat kita bukan?" ujar Carlos dengan ekspresi seriusnya.

"Pft- ahahahaha"

"Kenapa kamu tertawa?" tanya Carlos heran.

"Mendengar paman bicara lembut dengan ekspresi garang begitu rasanya tidak cocok haha," jawab Tara.

"... Yah, setidaknya sekarang kamu tersenyum," ujar Carlos yang ikut tersenyum.

"Wah, jarang-jarang melihat paman tersenyum seperti ini. Tahan paman! Tara mau foto dulu buat diperlihatkan pada Hana!" seru Tara yang langsung ingin mengambil HP nya.

Carlos pin menjitak Tara pelan. "Jangan macam-macam."

"Aww, paman ini. Tara kan pasien. Masa dipukul?..."

"Sudah, makan buahmu," ujar Carlos yang kemudian menaruh piring buahnya di depan Tara.

Tok tok tok

Carlos dan Tara pun melihat ke pintu. Disana ada ASEAN yang menunggu diizinkan masuk. Setelah diizinkan masuk, ASEAN meminta untuk bisa bicara berdua dengan Tara. Carlos pun keluar.

"Tara, setelah ini apa rencanamu? Kamu bilang kamu ingin keluar dari rumah orang itu kan?" tanya ASEAN.

"Mmm, entah. Saya masih punya sedikit tabungan dari peninggalan ayah. Jadi mungkin saya bisa cari kontrakan dan mencari pekerjaan setelah saya pulih," jawab Tara.

"Kalau kamu tinggal di mansion ku, bagaimana?" tanya ASEAN.

"Eh?"

"Ah, kalau tak mau juga tak apa. Aku membuatmu seperti ini. Jadi aku akan bertanggung jawab hingga kamu sembuh. Aku juga bisa menyekolahkanmu," ujar ASEAN.

"..."

"Apa masih kurang? Aku juga akan memberi kompensa-"

"Tidak tuan, saya merasa sangat berterimakasih. Itu lebih dari cukup," ujar Tara.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang